Dijebak oleh sahabat dan atasannya sendiri, Adelia harus rela kehilangan mahkotanya dan terpaksa menerima dinikahi oleh seorang pria pengganti saat ia hamil. Hidup yang ia pikir akan suram dengan masa depan kacau, nyatanya berubah. Sepakat untuk membalas pengkhianatan yang dia terima. Ternyata sang suami adalah ….
===========
“Menikah denganku, kuberikan dunia dan bungkam orang yang sudah merendahkan kita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Ternyata, Dia ....
BAb 32
Tidak peduli dengan keramaian dan kehebohan rekan kerjanya, Adel hanya fokus mengerjakan tugas. Heboh karena penasaran dengan direktur baru mereka. Bahkan Mona sedang asyik bergosip membanggakan posisinya yang harus ikut menghadiri acara tersebut.
“Jadi, posisi gue udah diperhitungkan banget di marketing. Baek-baek kalian, mana tahu direktur baru masih muda, single terus tertarik sama gue. Gue bisikin pemecatan untuk kalian yang punya masalah sama gue,” tutur Mona dengan halusinasi tingkat dewa.
Adel mendengar ocehan itu hanya menggeleng samar.
“Yang suka ngelawan, siap-siap hengkang.”
“Jadi penasaran, kayak gimana direktur baru kita,” seru rekan lainnya.
“Oh tenang saja, nanti gue foto dan bagikan ke grup rakyat jelata. Jadi, kalian tunggu saja. Gue duluan ya, mau touch up dulu biar penampilan makin cetar.”
Sempat melirik ke arah Mona yang melenggang meninggalkan ruangan lalu menghela nafas.
“Mimpinya tinggi banget,” gumam Adel.
Ponsel miliknya bergetar, ada pesan masuk dari Abi.
[Doakan aku ya, hari ini penentuan aku layak atau tidak diterima bekerja. Posisinya lumayan, gajinya bisa untuk belikan kamu mobil biar nggak usah naik taksi terus]
Adel tersenyum membaca pesan dari suaminya, bergumam mendoakan yang terbaik untuk pria itu lalu membalas pesan dengan isi doa yang sama.
Sedangkan di ujung sana. Abi tersenyum membaca balasan pesan Adel. Menatap cermin yang memperlihatkan penampilannya.
“Del, suamimu ganteng pol,” gumam Abi. Penampilannya kali ini memang berbeda, sangat rapi dengan setelan jas lengkap dengan dasi dan sepatu mengkilat. Rambut tempat unik di kuncir. Tetap terlihat rapi dan gagah.
Ponselnya berdering, kali ini panggilan dari Kemal.
“Hmm.”
“Kirain belum bangun. Udah di mana ini?”
“Baru mau otw. Nggak usah dipantau terus, gue pasti nyampe ke sana. Khawatir banget gue kabur ya.”
“Papi lo yang khawatir, gue mah nggak,” sahut Kemal.
Karena kesal Abi langsung mengakhiri panggilan dan keluar dari kamar. supir yang akan mengantar sudah menunggu. Semalam ia menginap di apartemen dan beberapa hari ini ia berada di tempat itu untuk mempelajari beberapa hal agar saat menjabat sudah tahu lingkup pekerjaannya.
Dimentori langsung oleh rekan Indra, yang pernah menjabat di perusahaan dan sudah pensiun tahun lalu.
***
Zahir menarik nafas dan menghela pelan. Terlihat gugup, sangat gugup. Sudah berada di ruangan dimana acara akan berlangsung. Sempat saling tatap dengan papa mertuanya dan mengangguk hormat. Sang mertua baru saja memasuki ruangan sebagai pemegang saham beserta pemegang saham lainnya.
Mona duduk di samping kanan Zahir dan Neli di samping kiri.
“Pak, kayaknya gugup banget sih. Santai ajalah, saya yakin nama bapak disebut.”
Zahir hanya tersenyum smirk. Tadi pagi sempat beredar isu kalau Zahir memang kandidat utama, karena kandidat lain kurang layak. Bahkan putra Indra yang menjadi pembicaraan, disebut tidak layak dan menolak untuk dicalonkan.
“Kalau bapak naik, ingat saya pak. Kasih jabatan yang lebih layak. Masih bisalah kita senang-senang di sela jam kerja, malah lebih leluasa,” bisik Mona.
Zahir kembali tersenyum membayangkan dia sebagai direktur. Mendapatkan sekretaris baru, tawaran Mona dan dengan jabatannya dia bisa memilih ingin bermain dengan yang lain yang lebih menarik.
‘Dasar mesum b4jing4n,’ batin Mona.
Pembawa acara menyampaikan Indra Daswira selaku presdir memasuki ruangan, Mona menoleh menatap pria itu begitu pun semua yang berada di dalam ruangan itu.
“Ya ampun udah berumur, tapi masih gagah. Kayaknya waktu muda ganteng deh, sekarang aja masih kelihatan ganteng. Mau deh jadi selingkuhannya,” gumam Mona dan Zahir kesal mendengar hal itu. Teringat pada Murni yang pernah menjadi selingkuhan Indra. Apa mungkin saat bekerja dulu, sifat Murni seperti Mona.
Pandangan Zahir tertuju pada Kemal, masih ada rasa kesal karena insiden semalam. Mengancam akan menyingkirkan pria itu.
“Lihat saja, kamu adalah orang pertama yang aku pecat,” batin Zahir. “Kalau masih ada Abi, kalian berdua yang aku tendang duluan.”
Direktur yang sebelumnya menjabat sedang memberikan sambutan di depan, bukan dipecat atau resign. Melainkan mendapatkan kepercayaan Indra untuk memimpin kantor cabang.
Tiba saat Indra harus menyampaikan sambutan dan mengumumkan direktur pengganti juga calon penerusnya. Indra beranjak ditemani Kemal menuju podium diiringi tepuk tangan.
“Selamat pagi,” sapa Indra sambil menurunkan kaca matanya dan menatap seluruh orang yang hadir di ruangan. “Tidak usah panjang lebar, karena kalian pasti sudah resah dan penasaran.,” ujar Indra. Beberapa orang yang hadir tersenyum bahkan ada yang terkekeh karena setuju dengan ucapan Indra.
“Perusahaan ini berkembang sejak saya masih muda, sudah lebih dari dua puluh tahun. Saya butuh penerus dan ini sedang berproses. Siapapun nanti yang terpilih, kita dukung sepenuhnya. Ada beberapa kandidat dan semuanya sangat layak. Sangat sulit untuk menentukan, apalagi ada banyak masukan dan pertimbangan dari rekan-rekan," tutur Indra dan menatap ke depan ke arah pintu masuk.
"Posisi direktur operasional yang baru akan digantikan dengan ...." Indra menjeda ucapannya lalu menarik nafas.
Suasana ruangan itu mendadak teg4ng dan hening, hanya terdengar Hela dan tarikan nafas saja.
Zahir terlihat percaya diri dengan dukungan yang diberikan untuknya. Tinggal selangkah lagi, pikirnya. Bahkan sejak tadi ia kesal karena Indra terlalu banyak bicara dan basa-basi. Tidak sabar untuk mendengar namanya disebut.
Pintu ruangan terbuka, terdengar langkah kaki seolah berderap dan begitu menggema.
"Putra saya, calon penerus keluarga Daswira." Tangannya menunjuk ke depan. Refleks yang hadir menatap ke arah depan.
"Hah, dia 'kan ...." Mona tidak melanjutkan ucapannya.
"Abimanyu Bagas Daswira," ucap Indra.
Kemal bertepuk tangan diikuti oleh yang lain. Sebagian yang hadir mengenal Abimanyu adalah OB tidak menduga ternyata putra dari Indra Daswira.
Mona tercengang bahkan mulutnya ternganga mendengar kenyataan siapa sebenarnya Abimanyu.
"Abi putra Pak Indra," gumam Mona.
Zahir mengepalkan tangan. Bukan hanya geram, tapi emosinya sudah berada di ubun-ubun. Menduga dan menunggu namanya disebut ternyata tidak. Yang lebih menyebalkan saingan dan yang terpilih ternyata pria yang selama ini dia benci.
Abi berada di podium bersama Indra. Menatap seluruh yang hadir di ruangan dengan tatapan percaya diri.
Indra merangkul dan menepuk bahu Abi. "Putraku, Abimanyu Bagas Daswira."
Semua yang hadir pun berdiri dan bertepuk tangan.
"Bapak udah tahu dia anaknya pak Indra?" bisik Mona, tapi diabaikan oleh Zahir. "Nasib aku, gimana Pak? Dia suaminya Adel."
Benar juga, Adel menikah dengan Abi, batin Zahir.
"Waduh, brengs3k juga si Adel. Bisa-bisanya menjebak kita. Pak, tolong amankan posisi aku ya," rengek Mona lirih sambil memegang lengan Zahir.
Kesal dan kecewa ditambah Mona yang berisik membuat kepala Zahir seakan mau pecah.
"Berisik!" pekik Zahir lalu berdiri meninggalkan ruangan membuatnya menjadi perhatian.
\=\=\=\=\=\=
Tenang, ini belum seberapa, bentar lagi Zahir bakal stroke 🤣
palang merah euy baru jg dikasih paham dah mau nyosor aja 🤣
Lagi bucin²nya suamimu..
🥹🥹🥹🥹🥹
anak yang terlahir dan dididik dari seorang pelakor mank beda yaaaa...
ngeri bener...gak takut dosa ke orang tua...
ya mau gimana lagi,sepak terjang emaknya aja dia tau,jadi ya hilang rasa hormat anak ke ibunya...
ayooook cari cara lain lagi ...
yang lebih dahsyat rencana nya...
yang bisa sekali tepuk kamu dan moda langsung ikutan modar
ada aja ya pemikiran mu Del 😆😆😆