Annette seorang bangsawan miskin yang tinggal jauh dari kekaisaran. Hidupnya terbilang sederhana akan tetapi penuh kebahagiaan. Hingga suatu hari masalah muncul di hidupnya.
Utusan kekaisaran tiba-tiba datang kerumahnya dan mengatakan jika dirinya telah menikah dengan kaisar dengan cara yang tidak diduga.
"Aku tidak mau! Aku mau cerai!"
Bagaimanakah kelanjutannya? Apakah Annette bisa bercerai atau tidak? Ayo pantengin terus ceritanya di "KAISAR AYO BERCERAI!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yok bisa Annete
Di ruangan yang begitu dingin tampak seorang pria menatap tajam pada tubuh pria yang ada di hadapannya. Lantai yang dari awal sudah kotor dengan debu kini berganti dengan darah yang mengalir.
"Benar-benar sampah yang tidak berguna."
Dia menatap hina pada pria yang hanya bisa menatapnya tanpa mengatakan apapun. Bagaimana ingin berbicara jika lidahnya saja sudah lama di lepas.
"AKH!" hanya beberapa saat Aldrich telah memotong semua kaki dan tangan dari Baron Johan.
Pria itu hanya bisa menyesali hal bodoh yang ia lakukan. Ia tidak menyesali tentang kejahatannya akan tetapi ia lebih menyesal karena tidak mengenali pria berbahaya yang bahkan lebih kejam daripada iblis sekalipun.
"Membosankan, Gabriel berikan dia pada anjing-anjing yang kelaparan. Tampaknya menjadi makan binatang akan membuatnya berguna."
"Baik yang mulia."
Aldrich hanya melihat Gabriel sejenak dengan ujung matanya lalu pergi dari tempat tersebut.
"Tak, tak, tak."
Setelah kepergian Aldrich, Gabriel berjalan dengan pelan kearah pria yang bahkan sudah di ujung kematiannya.
"Huh...hanya baron, akan tetapi berani sekali mengusik keluarga kekaisaran bahkan berniat membunuhnya."
'Saya tidak mengusik keluarga kekaisaran, hanya ada wanita yang tidak sopan itu dan juga anak kecil yang bersamanya.'
"Akh, melihat dari matamu tampaknya kau masih belum tahu."
Gabriel cukup pintar untuk mengenali apa arti tatapan seseorang.
"Baiklah, wanita itu asal kau tahu adalah ISTRI YANG MULIA. Dengan kata lain calon permaisuri negeri ini."
Sontak perkataan Gabriel membuat Baron Johan membulatkan matanya.
"Ya sudahlah, toh kau juga akan mati sekarang." Gabriel menyeringai lalu melayangkan pedangnya dan hanya dalam hitungan detik Baron Johan sudah tidak bernyawa.
'Tampaknya aku harus mandi lagi,' pikir Gabriel dengan menghapus darah yang mengenai wajahnya.
Sedangkan di tempat lain Annete langsung mengistirahatkan tubuhnya. Hari ini benar-benar cukup berat baginya dan ia juga sangat mengantuk.
Hingga malam telah tiba dan wanita tersebut telah membuka matanya.
"Seluruh tubuhku rasanya sangat sakit," keluhnya saat hendak bangkit.
"Tok, tok, tok, kak..." panggil Bina yang berada di luar kamarnya.
"Ya, masuklah."
Mendengar perkataan Annete membuat Bina tanpa ragu membuka pintu.
"Kak, ayo makan malam. Nenek telah menyiapkan makanan untuk kita."
"Hmm baiklah, kau bisa kesana lebih dahulu dan aku akan menyusul setelah mencuci muka."
"Baik kak."
Setelahnya Annete mencuci mukanya lalu menatap pada cermin yang memantulkan bayangan tubuhnya.
"Mata biru, rambut merah muda, hidung yang pas, dan juga mata yang bulat. Tidak ada sisi jelek sedikitpun hanya pria itu saja yang buta mengatakan jika ku jelek."
"Hmm ya sudahlah."
Lanjut Annete lalu pergi meninggalkan kamar mandi menuju ke ruang makan.
"Ayo kak duduk."
"Terimakasih Bina."
Suasana terasa begitu canggung, Annete bahkan tidak bisa menelan makanannya dengan baik jika dua orang lainnya terus memperhatikannya.
"Apa ada yang ingin kalian sampaikan."
Kedua orang tersebut saling berpandangan seolah ingin mengatakan sesuatu yang begitu besar.
"Ehem, maafkan kami Annete atas ketidaknyamanannya. Kami hanya ingin membalas budi atas apa yang telah kamu lakukan untuk kami," jelas wanita paruh baya tersebut.
"Ternyata itu, kalian tidak perlu memberikan ataupun melakukan sesuatu."
"Tapi kami benar-benar ingin membalas kebaikanmu..."
Annete sedikit bingung, jujur saja ia ingin meminta uang saja tapi bukankah itu terlalu picik. Namun beberapa saat ia berpikir hingga matanya bertemu dengan Bina.
"Baiklah jika kalian ingin membalas budi maka...jaga Bina dengan baik."
Sontak seluruh orang yang ada disana tercengang akan permintaan Annete.
"Jangan melihatku seperti itu, menjaga anak ini dengan baik merupakan sesuatu yang membuatku lega. Ya walaupun kalian pasti akan menjaganya dengan baik juga sih tapi tidak ada salahnya meminta hal tersebut."
Wanita itu tersenyum dengan manis dan terasa menyenangkan bagi siapa saja yang melihatnya.
"Ternyata begitu kamu memang seseorang yang sangat baik hati. Kami akan menjaga Bina dengan sangat baik karena kami memang sangat menyayanginya."
Kali ini kakek Bina yang berbicara setelah sebelumnya tidak mengatakan apapun. Setelahnya dia mengelus kepala Bina dengan lembut. Anak itu juga sangat bahagia sejak berada dengan kakek dan juga neneknya.
'Kurasa mereka memang menyayanginya.'
Annete tersenyum senang dan lega. Ia sekarang bisa tenang mengenai anak ini.
"Oh ya, bagaimana kamu bisa tahu bahwa kami berada di rumah Baron Johan?" tanya nenek Bina dengan cukup penasaran. Jujur saja mendengarkan cerita dari Bina masih membuatnya bertanya-tanya.
"Hmm saya tahu dari cerita Bina jika Baron Johan sering datang kesini untuk membeli rumah dan tanah ini. Lalu tetangga yang tampak begitu takut saat kami menanyakan tentang keadaan kalian jadi dari sana sudah pasti ada hubungannya dengan seseorang yang memiliki kekuasaan."
Ketika orang tersebut benar-benar terpukau dengan pemikiran Annete yang begitu detail.
"Tapi kak, bagaimana dengan darah di kebun?" tanya Bina penasaran.
"Itu adalah darah hewan, karena rumah ini berada di ujung dan dekat hutan tidak heran jika ada hewan yang muncul. Lagipula kebun kalian begitu banyak makanan bagi hewan jadi ketika pemiliknya pergi maka hewan-hewan akan datang untuk mencari makan. Aku tidak tahu bagaimana kematian hewan tersebut atau jenisnya dengan pasti tapi tampaknya itu hanya seekor babi hutan yang terluka karena mencoba menerobos pembatas kawat di kebun."
"Itu masuk akal."
Kakek Bina menganggukkan kepalanya saat melihat salah satu pagar duri yang ia buat tampak rusak.
"Ternyata tim penyelidik dari kekaisaran sangat pintar dan luar biasa." puji kakek Bina yang disetujui oleh lainnya.
"Jangan menatapku seperti itu, ah...ayo kita makan lagi. Nanti jika dingin akan terasa berbeda."
Seketika orang berbeda usia itu menganggukkan kepalanya dengan patuh lalu menyantap hidangan yang telah di siapkan.
Akhirnya malam itu menjadi malam yang begitu tenang bagi Annete semenjak ia menikah dengan Aldrich.
'Rasanya sangat malas untuk pulang kekaisaran.'
Annete menatap bintang dari jendela kamarnya.
"Ayolah Annete, kau pasti bisa. Lagipula aku hanya harus menyelesaikan kasus di buku itu. Jika nanti sudah selesai maka aku bisa bercerai dan kembali ke tempat ayah dan ibu lalu menjalani hidup dengan santai."
Memikirkan bagaimana rencana indahnya membuat wanita tersebut tidak bisa untuk tidak tersenyum.
Udara mulai terasa dingin hingga membuat Annete menutup jendela berniat untuk tidur.