Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Bertemu Ibu Mertua
“Sa, mulai besok elu anter jemput gue ke kantor ya. Gue bayar deh, itung-itung elu punya sampingan ngojek.” Ucap Maureen saat mereka dalam perjalanan pulang.
“Hem,” sahut Essa pandangannya tetap terarah kedepan.
Tiba-tiba dia menghentikan laju motornya di depan toko milik keluarganya. Jujur, semenjak mereka menikah tak sekalipun Maureen datang dan menemui Ibu dan Adiknya Essa, entahlah selama ini dia merasa tak perlu melakukannya mengingat pernikahan mereka terjadi karena ketidak sengajaan.
“Tunggu bentar Reen, aku mau ambil belanjaan pesanan Mamah dulu.” Ucapnya sambil turun, karena Essa turun Maureen pun ikut turun. Essa masuk kedalam toko, sedang Maureen menunggu sambil diam mengawasi gerak-gerik Essa dari kejauhan.
Ibu Hasna menoleh kearah Maureen dengan tatapan datar, membuat Maureen merasa tak nyaman.
‘Bu Hasna gitu banget liatin gue, apa karena gue belum pernah nyapa dia sekali pun ya?’ Maureen tersenyum kaku, namun Bu Hasna malah melengos membuang muka kearah lain.
Essa keluar sambil membawa kantong keresek berukuran cukup besar dan menaruhnya di pijakan motornya.
“Emangnya Mamah nitip apa Sa?” tanya Maureen sambil menilik isi kantong kresek yang tak nampak sama sekali.
“Cuma bahan-bahan dapur biasa.” Sahutnya sambil kembali naik ke motornya.
“Oh,” sahut Maureen, dia ikut duduk di belakang Essa, sebelum pergi dia kembali melirik kearah Ibu mertuanya yang kali ini tengah sibuk melayani pembeli.
“Sa!”
“Hem?”
“Semenjak kita menikah gue belum pernah berkunjung ke rumah elu kan, apa Bu Hasna gak papa?” tanyanya walau ragu.
“Ibu gak papa, emang kenapa?”
“Enggak, tadi gue liat Bu Hasna di toko, dari wajahnya sih kayanya dia gak suka ama gue ya?”
Essa terdiam tak langsung menjawab pertanyaan Maureen, “Beliau pasti juga gak setuju ya, pas elu mutusin buat nikahin gue?”
“Nggak ko, Ibu setuju-setuju aja. Mungkin itu karena elu gak pernah berinisiatif buat nemuin dia Reen, bisa gak ini jadi salah satu permintaan gue, selama kita terikat dalam pernikahan tolong temuin Ibu gue, gak papa walau cuma sekali doang.” Ucapnya.
“Ko lu ngomongnya gitu sih Sa, gue terkesan jadi menantu durhaka.” Protes Maureen.
Essa terkekeh pelan, “kalau lu gak mau di cap jadi menantu durhaka malam ini ayo kita temuin Ibu.”
“Boleh. Gue harus bawa apa, makanan, minuman, baju atau apa? Makanan kesukaan nyokap lo apa aja?”
“Ribet banget sih Reen, gak usah lah tinggal dateng aja ko.”
“Gak bisa gitu Essa, masa ia untuk pertama kali gue dateng ke rumah lo tapi gak ada buah tangan apa-apa dari gue, gue juga malu kali.”
“Ck serah lu dah, tapi jangan yang terlalu berlebihan, makanan aja udah cukup.”
“Oke, tapi makanan apa?”
“Apa aja lah Reen, Ibuku gak pilih-pilih makanan ko.”
“Oh jadi semuanya terserah gue nih?”
“Iya.”
***
Malam harinya, Essa berpamitan pada Bu Arumi untuk membawa Maureen pulang ke rumahnya. Tentu saja itu disambut baik oleh Bu Arumi, Ibu paruh baya itu sangat senang mendengarnya.
“Reen kamu harus jaga sikap ya, gak boleh gak sopan sama Ibu mertua kamu. Oh ya Mamah udah bikin kue bolu buat Mamahnya Essa. Sampaikan salam dari Mamah juga ya.” Ucapnya nada senang.
“Iya, Mamah bawel banget sih.” Keluh Maureen.
“Ih kamu mah, itu karena Mamah seneng akhirnya kamu mau nerima Essa sebagai suami kamu.” Protesnya.
Maureen melirik malas, “Kalian kan udah saling menerima, terus kapan kalian mau kasih Mamah cucu?”
Uhuk...uhuk...
Essa yang sedang minum langsung tersedak mendengar perkataan Ibu mertuanya itu, sedang Bu Arumi hanya mengulum senyum melihat reaksi keduanya.
“Dih Mamah apaan sih, dah ah Maureen pergi dulu, assalamualaikum.” Ucapnya sambil menyalami tangan sang Ibu, memutus percakapan mereka yang sudah menjurus kearah 18+.
“Kami pergi dulu ya Mah, Assalamualaikum.” Tambah Essa sambil ikut menyalami tangan Bu Arumi.
“Wa'alikum salam,” jawab Bu Arumi.
❤❤❤❤❤😉😀😀😀😀😀
di perusaahaan lain masih banyak...
❤❤❤❤
itu akal2an Arkan aja biar Maureen mau kembali padanya...
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤