Follow IG : renitaria7796
Zivana adalah seorang pelayan di Rumah besar keluarga Pradipta. Karena memiliki wajah yang sangat cantik, Zivana sengaja menyembunyikan kecantikan wajahnya. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian laki-laki.
Suatu hari karena sebuah insiden, Zivana di kejar oleh seorang penjahat. Zivana di tolong oleh pemuda tampan bernama Sean Pradipta. Zivana tidak mengetahui jika Sean adalah majikannya.
Sean Pradipta mempunyai calon istri bernama Rissa. karena suatu insiden Rissa tidak hadir di acara pernikahannya bersama Sean. Untuk membantu agar reputasi Sean tidak hancur, Ziva lalu mengantikan Rissa menjadi istri dari Sean.
Namun Zivana tidak mengetahui ada rahasia besar yang telah di sembunyikan oleh Sean. Lalu bagaimana nasib pernikahan Sean dan Zivana di saat kehidupan masa lalu Sean dan Ziva muncul menghadang?
Season 2
Menceritakan kisah Angel anak dari Sean Pradipta. Angel menyukai Jimi sang asisten orangtuanya. Namun Jimi mempunyai kekasih dan akan segera menikah.
Bagaimana cara Angel menaklukkan hati Jimi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Ziva menuruni anak tangga menuju dapur. Dia akan memasak makan malam untuk suaminya. Saat Ziva berjalan menuju dapur, dia bertemu dengan Rissa.
Rissa melipat tanganya lalu dia memutari tubuh Ziva. "Jadi selama ini kamu hanya berpura-pura jelek?"
Rissa sudah mengetahui dari para pelayan, yang mengatakan kalau Ziva yang menikah dengan Sean. Awalnya dia juga kaget mendengar hal itu. Dia mengira yang menikah namanya juga Ziva. Ternyata Ziva pelayan yang sengaja menyembunyikan kecantikan wajahnya.
Rissa menujuk dada Ziva. "Apa kamu tidak malu. Kamu itu sudah merebut calon suaminku."
Ziva menunduk. "Maaf Nona, saya tidak bermaksud seperti itu. Nona sendiri yang tidak hadir."
Rissa mendorong kepala Ziva dengan jari telunjuknya. "Lantas ... kalau tidak hadir, bukan berarti kamu bisa mengantikan diriku." Rissa berbicara dengan nada tinggi.
"Maaf Nona, sebaiknya tanyakan saja pada Tuan Sean. Saya tidak tahu apa-apa. Saya permisi dulu," ucap Ziva.
Ziva melewati tubuh Rissa tetapi Rissa malah menarik rambut Ziva. "Aku belum selesai bicara," ujar Rissa.
Ziva meringis sakit rambutnya di tarik. "Lepaskan ... kalau kamu tidak melepasnya, aku akan membalasmu."
Rissa menganggap remeh perkataan Ziva. "Coba saja kalau bisa."
Ziva geram mendengarnya, dia lalu menginjak kaki Rissa. Sontak saja Rissa melepas tangannya dari rambut Ziva. Saat itu juga Ziva membalas menarik rambut Rissa.
"Akhh ... sakit, lepaskan," rintih Rissa.
"Aku sudah mengatakanya padamu. Di mana telingamu saat aku mengatakan untuk melepas tanganmu. Sekarang kamu rasakan sakitnya rambut di tarik," ucap Ziva.
Ziva melepas tarikan tanganya dari rambut Rissa. "Kamu itu tamu di sini. Bersikaplah sewajarnya."
Rissa memegang kepalanya. "Wanita gila ... kamu tidak bisa mengusir diriku. Aku akan mengeser posisimu. Aku sedang mengandung. Sebentar lagi Sean sendiri yang akan mendepak dirimu.
Ziva malas untuk meladeni Rissa. Dia tidak mengubris perkataan yang di ucapkan Rissa. Biar saja Rissa bicara apa yang ingin dia katakan. Rissa menghentakkan kakinya kesal. Ziva tidak terprovokasi dengan apa yang di katakanya.
Dari atas sana Sean tersenyum melihat pertengkaran Ziva dan Rissa. Dia tidak mengira kalau Ziva berani melawan Rissa. Tadinya dia mau turun untuk menolong Ziva. Tidak di sangka-sangka, istrinya itu bisa melindungi dirinya.
"Istriku memang hebat, dia tahu statusnya sekarang adalah Nyonya Sean. Dia tidak mau di tindas oleh seorang simpanan," gumam Sean.
"Simpanan?" Sean bingung sendiri akan apa yang dia ucapkan barusan. "Apa sekarang Rissa menjadi simpanan?"
Sean tampak berpikir akan status dari Rissa. Wanita itu bukan siapa-siapa Sean. Tetapi Rissa mengandung anak darinya. Sean mengedikan bahu, masa bodoh akan status Rissa. Sean lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.
Rissa kembali ke dalam kamarnya. Entah siapa yang mengijinkan dirinya untuk tinggal di rumah Sean. Pada hal Sean tidak bicara apa-apa saat pergi meninggal Rissa.
Rissa dengan sendirinya memilih kamar untuk dia tempati. Dia berencana untuk tinggal di rumah Sean hingga tujuannya tercapai.
Rissa tidak mau kehilangan segala kemewahan yang sudah dia nikmati. Rissa memukul-mukul bantal menghilangkan rasa kekesalanya pada Ziva.
"Awas ... kamu Ziva. Aku balas kamu nanti," gumamnya.
Rissa juga tidak menyangka tadi. Ziva berani melawan dirinya. Pada hal waktu di hotel saat Rissa merobek bajunya, Ziva sama sekali tidak melawan.
Rissa berdecak kesal. Pasti pada waktu itu Ziva tidak berani di depan Sean. Rissa berpikir kalau Ziva hanya menjaga imej baik di hadapan Sean.
Rissa akan merencanakan sesuatu untuk menjebak Ziva. Agar nanti Ziva akan di benci oleh suaminya sendiri. Dia akan mengunakan kehamilannya untuk menjebak Ziva.
Ziva selesai dengan acara memasaknya. Pelayan datang untuk membantu Ziva membawa makanan ke meja makan. Semua di tata dengan begitu rapi.
Sean menuruni anak tangga menuju ruang makan. Dia tersenyum melihat istrinya tengah sibuk menata makanan di meja. Sean datang dengan memeluk Ziva dari belakang.
Ziva kaget akan hal itu. Pelayan yang membantu segera bubar ke arah lain. Sean menaruk dagunya di bahu Ziva. Dia juga mencium pipi Ziva.
"Hubby ... jangan seperti ini, malu di lihat yang lain," ucap Ziva.
Sean membalikkan tubuh Ziva agar menghadap padanya. "Biarkan saja ...."
"Ayo kita makan malam dulu," ajak Ziva.
Ziva berusaha agar Sean melepas pelukanya. Tetapi Sean malah semakin mengeratkan tanganya. "Aku ingin makan kamu."
Sean ingin mencium wajah Ziva tapi Ziva menghalangi wajah Sean. "Aku lapar ... kita makan malam dulu."
Sean melepas pelukanya. Dia pasrah harus menuruti keinginan Ziva. Sudah sejak kemarin dia menginginkanya. Sean kembali memanggil pelayan untuk melayani mereka.
"Hubby ... kita makan sama-sama Rissa. Dia pasti juga lapar," ucap Ziva.
Sean menatap wajah Ziva. "Biar saja ... lagian, siapa yang menyuruhnya di sini."
Ziva mengengam tangan Sean. "Hubby ... jangan seperti itu. Dia tengah hamil anakmu."
"Itu belum tentu anakku. Aku akan menyelidikinya terlebih dahulu," ucap Sean.
Ziva mengeleng. "Anak siapa pun yang dia kandung, selama dia di sini kita harus memperhatikan dia."
Sean menghela pasrah. "Baiklah Nyonya Sean ... kita akan mengajaknya makan bersama."
Sean lalu menyuruh pelayan untuk memanggil Rissa. Sepasang pengantin itu menunda dulu untuk makan malam. Mereka menunggu Rissa terlebih dahulu.
Rissa datang ke ruangan makan. Sean menatap malas wajah Rissa. Hanya sekejap saja perasaan cinta itu kini menjadi kebencian untuk Rissa.
Rissa duduk di setelah pelayan mempersilakan dia duduk. Ziva melayani Sean dengan mengambilkan dia makanan.
"Terima kasih, sayang," ucap Sean.
Rissa mengulurkan piringnya kepada Ziva. Dia ingin Ziva juga melayani dirinya. Sean melotot melihat kelakuan Rissa.
"Rissa ... kamu tidak punya tangan?" Sean berkata dengan ketus.
"Sean ... anak kita yang memintanya," lirih Rissa.
"Kamu ... jangan membawa anak untuk menyuruh istriku," hardik Sean.
Ziva memegang tangan Sean lalu mengeleng. Dia lalu mengambil piring Rissa lalu menaruh makanan di atasnya. Dia lalu memberikanya pada Rissa.
Rissa memasang senyum palsunya. "Terima kasih."
Mereka lalu mulai makan malam. Rissa mulai membuat cemburu Ziva. "Sean ... suapi aku."
Rissa berkata dengan nada manja. Sean mengeram kesal. Wanita di sampingnya ini benar-benar tidak tahu malu.
"Baiklah ... aku akan menyuapi kamu dan anak kita." Sean berkata dengan sangat manis.
Rissa tersenyum sinis melihat wajah Ziva. Sean memberi cabe di dalam nasinya. Dia tahu kalau Rissa tidak tahan pedas. Sean menyembunyikan cabe itu di balik nasi putih.
Sean menyodorkan nasi ke dalam mulut Rissa. Dengan memasang wajah semanis mungkin pada Rissa. "Ayo ... buka mulutmu!"
Rissa membuka mulutnya. Sean memasukan sendok berisi nasi ke dalam mulutnya. Rissa mengunyah makanan itu. Rissa melotot lalu memuntahkan makanan di dalam mulutnya.
Dia mengipas-ngipas bibirnya karena pedas. Ziva kaget melihatnya dan segera memberi Rissa air untuk minum. Sean malah tertawa melihat Rissa.
"Pedas ... Sean kamu keterlaluan," ucap Rissa.
"Maaf Rissa ... aku tadi tidak tahu ada cabe di dalam nasinya," sahut Sean.
Ziva meminta pelayan untuk membuatkan Rissa susu. Ziva hanya mengeleng melihat kelakuan Sean. Bisa-bisanya Sean yang dingin itu mengerjai Rissa.
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
top lah 👍😍😍😍