Follow IG author : arafaq_9
Jangan lupa like dan komentarnya ❤
Ketika Jordan Rodriguez, seorang pria tampan dan kaya yang dikenal sebagai pria yang tak terkalahkan dalam bisnis dan hubungan, bertemu dengan Grace, seorang wanita muda yang penuh dengan ambisi dan keinginan untuk sukses, keduanya langsung terseret dalam kisah cinta yang liar dan penuh gairah. Namun, di balik pesona dan kebahagiaan yang tampaknya sempurna, terselip rahasia gelap yang mengubah segalanya.
Seiring hubungan mereka berkembang, Jordan mulai menunjukkan tanda-tanda kecemburuan dan posesif yang tidak wajar. Jordan menyembunyikan identitas yang sebenarnya, terkait dengan masalalunya yang gelap dan berbahaya.
Saat rahasia terkuak, Grace harus memilih antara melarikan diri dari kegelapan yang mengancam atau mempertaruhkan segalanya demi menyelamatkan hubungan mereka. Dalam pergulatan antara cinta dan ketakutan, Grace menghadapi pilihan yang sulit. Yang akan mengubah takdir mereka selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arafaq_9, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GRACE!!!
***
"Bangunlah, Baby. Ayo aku suapi, kau belum makan sedari tadi bukan?" Jordan mengelus wajah cantik Grace, membuat gadis itu terusik. Grace menggeliat, ia meringis saat merasakan sakit pada tubuhnya.
Detik setelahnya ia membuka pejaman matanya, Grace menatap Jordan yang tengah menatapnya. Jordan mengulas senyumnya.
"Ayo bangunlah, aku sudah membuatkan bubur untukmu." Jordan membantu Grace bangun, dan duduk. Setelahnya pria itu mengambil bubur di atas nakas.
Jordan mulai menyuapi Grace, membuat Grace mau tidak mau menerima setiap suapan yang Jordan berikan. Hingga gadis itu menghabiskan semuanya tanpa sisa.
"Minumlah, mumpung masih hangat." Jordan memberikan segelas susu kepada Grace, Grace menerimanya, ia meneguk minuman tersebut hingga setengah gelas.
Setelahnya Grace menaruhnya di atas nakas.
"Ada apa denganmu, Jordan? Kenapa kau cepat sekali berubahnya? Setelah menyiks*ku tanpa ampun, lalu kau berbuat baik seperti ini," lirih Grace, gadis itu menatap nanar ke arah Jordan yang mengulas senyum.
"Aku tidak kenapa-kenapa, Baby. Ada apa denganku memangnya, hm? Aku tetap sama, hanya saja aku akan menghukummu setiap kau melakukan kesalahan," jawab Jordan tanpa merasa bersalah.
Grace menggeleng, air matanya menetes.
"Apa kesalahanku, Jordan? Bahkan aku tidak tau apapun, di sini kau yang membohongiku. Kau yang memiliki orang lain, sedangkan aku ... aku hanya memilikimu! Lalu dimana kesalahanku?"
Jordan tersenyum, senyum yang menakutkan menurut Grace.
Tangan besarnya terulur ke wajah Grace, bergerak mengelus wajah Grace dan mengusap air mata gadis itu.
"Istirahatlah, kau kelelahan. Jangan terlalu sering menangis, tidak baik untuk kesehatanmu." Jordan menarik lembut kepala Grace, pria itu mengecup kening Grace lama. Membuat Grace kembali meneteskan air matanya.
***
Satu bulan berlalu, setelah kejadian dimana Jordan menyiks* Grace. Setelahnya pria itu tidak lagi melakukannya terhadap Grace, Jordan seakan berubah menjadi sosok yang lain. Pria itu kembali berlaku lembut, dan penuh cinta.
Membuat Grace bingung, dan merasa waspada. Karena Jordan adalah sosok misterius baginya. Meskipun Jordan berubah seperti awal Grace kenal, tetap membuat Grace tidak mempercayai pria itu.
"Baby," panggil Jordan, pria itu menepuk pahanya.
Grace menoleh, ia melangkah mendekati Jordan. Detik selanjutnya, Grace duduk di atas pangkuan Jordan. Gadis itu mengalungkan kedua tangannya di leher kekar, Jordan.
"Ada apa, Honey?"
"Aku merindukanmu," bisik Jordan, Grace mendengus.
"Kau merindukanku atau kehang*tanku, hm?"
Jordan terkekeh, pria itu mencuri satu kecupan di bibir Grace.
"Kehang*tanmu, aku baru saja kembali dari Italia. Apakah kau tidak ingin memberikan sesuatu yang membuatku semangat?"
Grace mengulas senyumnya, "Kau mau semangat yang bagaimana? Mau aku yang di atas atau kau yang di bawah, hm?"
"Jika bisa dua-duanya kenapa harus salah satu?" Jordan mengedipkan sebelah matanya, pria itu menyambar bibir Grace.
Tangannya bergerak menciptakan gerakan abstrak pada Grace.
"Jordan!" Grace memanggil nama Jordan.
Jordan menyeringai, pria itu meninggalkan beberapa jejak kemerahan pada leh*r Grace.
Jordan terkekeh, kemudian ia menggendong tubuh Grace menuju ranjang, ia membaringkan Grace dengan hati-hati.
Sebelum akhirnya segala sesuatunya tidak dapat di tunda, Jordan segera menuntaskan segalanya. Membuat keduanya menggila.
Menyapu segala hal yang ada pada Grace.
Sudah beberapa minggu ini Grace kembali di buat melayang, setelah sisi lain Jordan yang pernah ia rasakan.
"Jordan, pleaseee?"
Jordan menggeram, pria itu menuruti permintaan Grace. Membuat Grace menggila hebat, gadis itu tidak dapat menahannya kembali. Hingga akhirnya ia mencapai punc*knya.
"Terimakasih, Baby." Jordan mengecup lembut kening Grace.
***
Victoria University of Wellington, 10.00 AM.
"Apakah ada yang aneh lagi dari, Jordan?" Jasmine menatap Grace.
Grace menghembuskan nafasnya pelan, gadis itu menatap Jasmine. Kemudian ia menggeleng.
"Tidak ada, pria itu tetap berlaku lembut dan penuh cinta seperti pertama kali kita kenal. Tetapi aku tetap tidak yakin, pasti ada yang ia sembunyikan. Tidak mungkin jika Jordan berubah secepat ini, Jasmine,"
Jasmine mengangguk, "Kau benar, kau harus tetap berhati-hati dengannya. Kita tidak bisa menebak jalan pikiran Jordan, jadi aku ingatkan kepadamu. Jangan kembali menaruh perasaan lebih kepadanya,"
Grace mengangguk, gadis itu ingin meneguk jus miliknya. Namun mual tiba-tiba menyerangnya.
Hoekkkk ... hoekkkk ... hoekkkk
Grace menutup mulutnya, gadis itu beranjak bangun dan segera berlari ke kamar mandi. Grace menumpahkan segala isi perutnya, Jasmine yang mengikuti Grace sontak membantu Grace.
"Ada apa denganmu, Grace? Apakah kau sakit?"
Grace menggeleng lemah, gadis itu mencuci mulutnya di wastafel. Kemudian ia mengusap sisa-sisa air dengan tissue.
"Tidak tau, tetapi tadi pagi aku tidak apa-apa. Mungkin hanya kelelahan," ujarnya dengan lirih.
"Kalau begitu kita pulang saja, lagi pula sudah tidak ada kelas. Ayo." Jasmine membantu Grace, gadis itu membawa Grace keluar dari kamar mandi.
Setibanya di depan kamar mandi, tidak sengaja mereka bertemu dengan sosok Luke.
"Grace?" panggil Luke, pria tampan itu menatap memicing ke arah Grace.
Grace mendongak, ia menatap Luke.
"Hai, Luke. Sedang apa kau di sini?"
"Ada beberapa urusan yang sedang aku urus, kau sakit Grace? Kenapa wajahmu pucat sekali, hm?" tanya Luke dengan khawatir, Grace menggeleng.
"Tidak, hanya kelelahan saja. Kau sen_"
Brughhh!
"GRACE!!!"
"Astaga, Grace!" pekik Jasmine, beruntung Luke dengan sigap menahan tubuh Grace. Hingga Grace tidak sampai terjatuh ke lantai.
"Nona, bisakah Anda membantu saya? Ambil kunci mobil saya di saku belakang, biarkan saya membawa Grace ke rumah sakit,"
Jasmine mengangguk, gadis itu mengambil kunci mobil milik Luke dan memberikannya kepada Luke. Kemudian Luke membawa Grace ke mobilnya.
***
Regional Hospital Wellington.
Luke dan Jasmine menunggu Grace dengan cemas, gadis itu masih di dalam ruangan pemeriksaan.
Lama mereka menunggu, hingga setelahnya seorang dokter wanita keluar dari ruangan pemeriksaan Grace.
"Keluarga Nona Grace?"
"Saya keluarganya, dok." Jasmine berdiri, membuat dokter tersebut menatap Jasmine.
"Suaminya?" tanya dokter tersebut membuat Jasmine dan Luke saling berpandangan, sebelum akhirnya Jasmine menatap ke arah dokter tersebut.
"Hanya saya keluarganya, dok,"
Dokter tersebut mengangguk, "Bisa ikut saya ke ruangan, Nona?"
Jasmine mengangguk, gadis itu mengikuti langkah dokter di depannya. Sementara Luke menunggu mereka berdua.
***
"Bagaimana keadaan Grace, dok?" tanya Jasmine, dokter tersebut menghembuskan nafasnya pelan.
"Tekanan darahnya rendah, dan itu sangat mempengaruhi janin yang ada di dalam kandungan Nona Grace. Sebisa mungkin untuk menjaga pola makan, dan tingkat stresnya. Agar janin yang ada di kandungan Nona Grace tetap sehat,"
Deg!
Jasmine terkejut, tidak hanya Jasmine. Dua orang yang sedang menguping pembicaraan mereka di tempat yang berbeda turut terkejut. Namun setelahnya salah satu di antara dua orang tersebut tersenyum.
***