Kemala adalah seorang wanita mandiri yang masih memiliki suami. Namun karena suami yang sangat pelit ia terpaksa bekerja sambil membawa anak nya yang masih kecil. setiap hari Burhan suaminya hanya memberi uang sebesar 10.000 rupiah beserta uang jajan untuk nya. Selama menikah dengan Burhan ia hanya tahu bahwa Burhan adalah seorang supir truk pengangkut sawit, tanpa ia ketahui suaminya itu adalah manajer di perusahaan kelapa sawit terbesar di kota itu. bagaimana kah kelanjutan rumah tangga Kemala? akan kah badai itu terus menerus datang ataukah akan ada pelangi setelah hujan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Bang Heru
"Alhamdulillah, hari ini kau sudah bisa keluar dari Rumah Sakit Kemala. Kasihan si Aska sudah rindu sekali dengan kau."
"Iya Wak, Mala juga sangat merindukan Aska." Ucap Kemala dengan air mata di pelupuk mata.
Untuk saat ini Aska lah yang membuat diri nya kuat. Ia tidak akan sanggup membayangkan jika tidak ada Aska. Entah harus bagaimana hidup nya kedepan nanti.
Kemala di jemput oleh Wak Nur dan Heru. Mereka pulang dengan menggunakan mobil milik nya. Mobil milik sejuta umat itu baru saja di beli Heru saat ia mendapatkan gaji pertama nya sebagai seorang pengacara.
Uang hasil menabung selama lajang, ditambah Gaji pertama dan uang tambahan dari Wak Nur, jadi lah Mobil sejuta umat itu ia miliki. Heru memang tidak ingin mengambil kredit. Ia lebih suka menabung dan membeli mobil itu langsung.
Mala tidak ingin banyak bertanya, ia langsung naik dan duduk di belakang dengan Wak Nur. Pikiran nya saat ini sudah penuh dengan begitu banyak nya masalah.
"Loh, kok pada duduk di belakang semua? Yang nemenin Heru siapa ni? Udah kayak Abang supir aja."
"Waduh, Ibu nggak berani duduk didepan Ru, Ibu jantungan. Apalagi kau kalau bawa mobil itu suka selip sana sini. Mala, kau temani Heru di depan. Jangan merajuk nanti dia kita jadikan supir."
"Apa an sih Bu. Nggak sampe merajuk juga, kan Heru udah besar. Memang nya Asih tu yang sering merajuk."
"Memang nya nggak apa kalau Mala duduk di depan? Mala takut nanti ada yang salah paham." Ucap Mala pelan.
"Duduk saja Mala. Kau itu baru sembuh dari sakit. Kan ada Wak di belakang. Sudah, ayo naik nanti keburu siang. Kasihan Aska menunggu kau dirumah dari tadi."
"Iya Wak. Terimakasih ya. Oh ya kita ke toko mainan sebentar apa boleh Bang? Mala nggak mungkin pulang dengan tangan kosong."
"Siap Ibu Ratu Kemala."
"Bang Heru ada-ada saja."
Mobil itu pun melaju dari pelataran Rumah Sakit ke Jalan Raya. Tidak lupa mereka mampir di toko mainan. Selama hidup nya Aska tidak pernah tahu seperti apa itu mainan. Selama ini ia hanya memainkan mobil-mobilan milik anak tetangga yang badan mobil nya sudah lepas semua.
Setelah mendapat kan satu set mobil-mobilan model terbaru, mereka pun langsung pulang. Tidak sabar rasa nya Kemala ingin bertemu Aska anak nya.
"Wah, belum juga kita cerai sudah gatal saja kaki mu itu pergi dengan laki-laki lain."
Tiba-tiba Burhan melintas dengan sepeda motor nya di depan Kemala yang baru saja turun dari mobil.
Kemala tidak membalas perkataan Burhan. Buat apa ia buang-buang waktu meladeni laki-laki seperti Burhan.
" Kalau aku ngomong itu di jawab. Apa sudah tuli kau Kemala!"
Suara Burhan menggelegar seperti biasanya. Tidak, ia tidak akan pernah berubah. Bahkan baru beberapa hari yang lalu Mak nya Kemala mengatakan Burhan akan berubah. Tapi ternyata memang keputusan untuk berpisah itu lebih baik.
" Bukannya tuli, tapi aku malas menjawab pertanyaan yang tidak penting. Minggir, aku mau lewat."
"Sombong sekali kau Kemala. Kau itu cuma gadis miskin dulunya. Beruntung aku mau menikah dengan kau sehingga kau bisa hidup layak."
"Bahkan semiskin-miskin nya aku dulu, aku tidak pernah masak di dapur kayu. Aku tidak pernah makan kerak nasi campur garam, aku juga selalu bisa membeli baju baru setiap lebaran tiba. Tapi setelah menikah dengan mu, itu semua hanya mimpi. Bahkan, aku sudah sangat menyesal menikah dengan mu Burhan."
Tidak ada lagi yang harus di jaga. Bagi Kemala sekarang Burhan hanyalah orang lain. Jadi, tidak perlu lah ia hormat dan bermanis kata dengan laki-laki penghancur hidup nya itu.
" Awas saja jika kau pulang kerumah, akan ku patah kan kedua kaki mu itu supaya tidak bisa lagi menggatal kemana-mana."
"Yang menggatal itu kau Burhan. Pergi kesana kemari setiap hari hanya berdua dengan si Tiwi. Bahkan istri mu saja tidak pernah kau bawa jalan-jalan."
Tiba-tiba Wak Nur datang menimpali ucapan kami. Ternyata mulut Wak Nur sudah gatal dari tadi hanya bisa diam dan tidak di izinkan oleh Heru untuk ikut campur.
" Jangan ikut campur! Ini urusan ku dengan istriku Kemala. Kau cuma orang asing di sini. "
"Sebentar lagi Kemala akan menceraikan kau Burhan. Sadar dirilah kau itu. Sudah pelit, tidak bertanggung jawab malah suka menyiksa istri." Ucap Wak Nur lagi.
"Siapa kau berani menyuruh Kemala untuk bercerai dengan ku? Tau apa kalian soal perceraian. Kalian itu hanya orang kampung yang tidak mengerti hukum."
"Perkenalkan saya Heru pengacara yang di tunjuk oleh Ibu Kemala. Saya sudah mendapatkan beberapa bukti yang kuat sehingga Ibu Kemala bisa dengan mudah berpisah dengan anda."
Burhan ternganga, ia tidak percaya sama sekali ternyata Kemala berani ingin bercerai dengan nya. Padahal belum lama ini, Mak nya Kemala sampai berlutut di hadapan Ibunya.
" Bukankah Mak mu tidak setuju kita bercerai Kemala?"
" Yang akan bercerai itu aku. Bukan Mak ku yang ada di kampung. Jadi, hal ini tidak ada urusan nya dengan beliau. Mulai sekarang jauhi aku dan anakku. Kita akan segera bercerai bang."
Setelah mengatakan itu Kemala langsung masuk kedalam rumah Wak Nur. Burhan yang mendengar penjelasan Kemala langsung terduduk lemas di atas sepeda motor nya yang baru.
Entah dari mana uang untuk membeli sepeda motor keluaran terbaru itu, Kemala tidak mau tahu. Bagi nya ia ingin hidup tenang untuk saat ini tanpa hinaan, cacian, bahkan pukulan. Hidup Kemala begitu berharga.
"Bundaaaaa..."
Aska berteriak kegirangan saat melihat Kemala pulang sambil menenteng mobil mainan.
"Bunda apa kabar nya? Aska rindu sekali sama Bunda. Wajah Bunda kenapa? Kok kepala nya di perban?"
"Bunda nggak sengaja kejedut lemari sayang. Bunda terlalu senang karena bisa pulang dan menemui Aska, sampai-sampai ada lemari di depan tidak Bunda hiraukan."
"Bunda nggak bohong kan? Aska tahu Bunda bukan pulang dari bekerja. Tapi Bunda baru pulang dari Rumah Sakit."
Kemala sangat terkejut mendengar nya. Tidak ia sangka Aska mengetahui hal yang selama ini berusaha ia tutupi.
"Memang nya Aska tahu nya dari mana? Kan Aska nggak lihat sendiri."
"Kata Mama nya Tika. Waktu itu Aska lagi main sama teman-teman di surau, trus Mama nya Tika nanya-nanya Aska. Kata Tante Tiwi, nanti Aska boleh ikut kerumah nenek karena Bunda masih dirumah sakit."
"Apa Tante Tiwi bilang ke Aska penyebab Bunda masuk rumah sakit?"
"Enggak Bunda, karena setelah itu Aska langsung lari dan kabur. Aska nggak mau tinggal di rumah nenek sihir. Aska takut Bunda. Apalagi sama Mama nya Tika yang super galak. Nanti Aska di cubit, kan sakit."
"Memang nya Mama nya Tika pernah cubit Aska?"
"Pernah, kan waktu kerumah yang waktu itu."
"Ayah nggak lihat?"
"Lihat, tapi Ayah nggak marahin Tante Tiwi. Malah ayah diam saja."
"Yasudah, kita lupakan saja semua yang sudah terjadi ya sayang. Mulai sekarang Aska akan tinggal sama Bunda saja. Nggak papa kan kalau Ayah nggak tinggal bersama kita lagi?"
"Horeeeeeeee, akhir nya kita nggak tinggal lagi sama ayah."
Hati Kemala terenyuh, sesenang itu kah anak nya hidup berpisah dari Ayah kandung nya. Bahkan Aska meloncat-loncat kegirangan saat di beri tahu.
"Halo anak ganteng. Kok kayak nya senang sekali ni."
"Iya om, Aska senang karena kami nggak perlu lagi tinggal sama Ayah. Ayah jahat om. Jahat sekali. Aska benci Ayah."
"Eh, anak ganteng nggak boleh ngomong gitu. Nggak baik. Ni, om ada hadiah untuk Aska."
"Wahhh, ini kan mainan mobil yang ada remote nya Bunda. Makasih ya Om Heru, Aska senang sekali."
Tiba-tiba Aska langsung memeluk dan mencium pipi Heru.
"Aska, tidak boleh seperti itu nak. Tidak sopan itu namanya."
"Tidak apa Kemala, kau tenang saja. Aska dan Heru memang sudah lama seperti itu." Ucap Wak Nur.
"Iya Bunda, Om Heru yang setiap malam menemani Aska tidur. Kan Aska usah besar, jadi nggak boleh tidur dengan Kak Asih. Malu."
"Anak Bunda sudah besar. Sudah tahu apa itu malu ya nak. Oh ya, Bunda hampir lupa. Bunda juga punya oleh-oleh untuk Aska."
"Terima kasih Bunda. Aska senang sekali rasanya. Hari ini banyak dapat hadiah."
Setelah itu Aska langsung berlari menuju rumah teman-teman nya yang lain. Ia ingin menunjukkan mainan nya yang baru ia dapat itu.
"Terima kasih Wak Nur dan Bang Heru sudah banyak menolong Kemala dan Aska. Kemala tidak tahu bagaimana jika tidak ada kalian." Ucap Kemala dengan air mata yang jatuh di pipi nya.
"Sudah jangan bersedih lagi Kemala. Kau harus kuat demi Aska. Bangkit lah mulai sekarang. Kau itu pintar, apa saja jadi uang jika berada di tangan mu."
"Ah Wak Nur bisa aja. Memang nya Mala penyihir bisa mengubah barang menjadi uang."
Hari itu, mereka menghabiskan waktu dengan tertawa dan bercerita. Kemala seakan lupa dengan masalah hidup yang ia alami. Ternyata di balik kesusahannya, ia masih memiliki orang-orang baik yang selalu datang menolongnya.
Kemala berharap, suatu saat nanti ia bisa membalas budi kepada Wak Nur dan juga Heru. Orang-orang yang sudah menganggap nya sebagai saudara.