"harusnya kamu gak usah lahir ke dunia! mama nyesel lahirin anak iblis kayak kamu,"
satu tamparan mendarat di pipi mulus celin, ia tak bisa berhenti menangis karena mamanya selalu mengeluarkan kata kata pedih dari mulutnya.
"aku kan gak minta di lahirin ma," celin menangis memeluk kaki mamanya.
"hidup kamu gak bakalan bener kamu sama aja kayak kakak kamu cuma bisa jadi pelacur!!!" sentak mama celin sebelum pergi meninggalkan celin di pinggir jalan.
celin hanya duduk dan menangis di bawah guyuran hujan melihat mobil mamanya yang perlahan menjauhi dirinya.
selengkapnya>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mermaidku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 18
Celine sudah berhari hari selalu rajin mengunjungi bima yang tak sadarkan diri, tak pernah absen kalimat doa dari mulutnya.
"Bima, gue dateng lagi," ucap celine meletakkan bunga mawar putih di nakas.
"gimana bim gue cantik gak? Gue pakai dress yang waktu itu gue bawa ke kantor lo,"
"bima, gue abis testpack. Dan gue hamil," celine tersenyum getir. Ia tau tau mau bagaimana karena ia hamil sedangkan pria yang menjadi ayah dari anaknya sedang terbaring tak berdaya di brangkar.
"gue hamil bim, gue harus gimana?" celine tak bisa menangis, ia hanya merasa sedih. Ditambah lagi tak mungkin ia akan memberi tahu retno jika diirnya hamil diluar nikah. Apalagi jika retno tau kalau bima tak sadarkan diri.
"gue harus gimana? Gue harus ngapain bim?"
Celine mengambil tangan bima, ia mengusap jemari bima yang dingin. "gak gini bim yang gue mau, ini bukan rencana gue. rencana gue adalah punya anak dan segera nikah sama lo,"
"tapi perlu di akui kalau semua yang berjalan di hidup gue itu bukan kemauan dan rencana gue,"
"celine," panggil winda yang langsung membuat celine terkejut.
"kenapa ma?"
"kamu hamil?" tanya winda khawatir.
celine mengangguk dan merapatkan kakinya, ia takut. Benar benar takut, ia harus menghadapi tatapan semua orang seorang diri karena bima tak sadarkan diri.
"celine," winda menutup mulutnya, ia benar benar terkejut dan makin rapuh sampai sampai ia terduduk lemas di lantai.
"dingin ma," celine membantu winda untuk duduk di sofa.
"anak bima? Celine terus gimana? Bima kan lagi sakit, anak ini gimana celine?"
"celine juga gak tau tapi, celine bakalan pergi kok ma. Tolong jangan kasih tau bima kalau bima udah sadar, celine bakalan pergi. Mama jaga diri ya,"
"gak gak bima harus tanggungjawab kamu hanya perlu menunggu bima bagun,"
"enggak ma, celine udah rusak hidup bima. Harusnya bima gak pernah cinta sama aku, kalau dia gak cinta sama aku, aku yakin dia sekarang udah sehat setelah operasi,"
"kamu ngomong apa sih, celine mama gak mau tau kamu harus nunggu bima bangun,"
"anak aku gak butuh ayah, aku pergi dulu ya ma. Tolong banget jangan bilang bima kalau aku hamil. Aku gak mau ma, Tolong ya? Aku mohon ma aku mohon," celine bersujud di kaki winda, ia tak mau kembali merusak hidup bima.
"dengan syarat kamu harus tetep kabarin mama, dan biarin mama yang bertanggungjawab untuk biaya hidupnya,"
"iya ma celine janji bakal kabarin mama terus tapi tolong jangan bilang bima ya?"
"celine maafin mama ya,"
"celine yang salah, celine pergi dulu ya ma,"
Celine lari keluar dari kamar bima, ia sudah tak sanggup menahan air matanya. Hidupnya benar benar hancur, ia tak tau harus bersembunyi dimana lagi.
...****************...
pukul 8 malam celine sedang membantu ika dan rahmat, ia masih belum bercerita apapun tentang kehamilannya.
"jadi mas bima lagi koma?"
"iya," jawab celine lesu.
"sabar ya mbak pasti mas bima bentar lagi sembuh, bisa sama mbak celine lagi deh," timpal ika.
"eh kalian tau gak?"
"enggak," jawab ika dan rahmat kompak.
"aku hamil anak bima," jawab celine cepat.
Rahmat langsung meluncurkan gelas yang ia pegangi sampai pecah berkeping-keping. Sedangkan ika langsung tersiram air panas yang sedang ia bawah.
"aduh aduh, mbak jangan becanda deh gak lucu tau sakit jadian tanganku,"
"beneran," celine mengeluarkan testpack dari saku celananya. Garis dua tertera di benda panjang berwarna pink itu.
"mbak, aku kan baru bilang jangan sampai hamil," kesal rahmat.
"kamu dah tau mat?" tanya ika bingung.
"udah!"
"aku rencananya mau sembunyiin bayi ini, tolong jangan ada yang bilang sama siapapun ya. Termasuk bima,"
"mas bima kan ayahnya," jengkel rahmat, ia rasanya ingin melempar bangku yang ia duduki ke wajah celine.
"aku gak mau bima kepikiran jadi aku bakalan rawat sendiri, tolong jangan ada yang kasih tau bima ya,"
"kalau mas bima sadar kan pasti kesini nyariin mbak celine,"
"aku mau pindah," kalimat itu membuat rahmat dan Ika langsung duduk di lantai dengan wajah cengo. Mereka benar benar syok..
"kenapa malah jadi kucing kucingan sih mbak?"
"pokoknya aku mau pergi, satu tahun mau aku habisin di Singapura atau dua tahun, biar mama gak tau,"
"terus kalau bu retno kesini?"
"ya aku bakalan bilang kalau mau belajar disana, jadikan gak bakalan bikin mama cariin aku,"
"mbak beneran?" tanya rahmat
"beneran mat, tolong jagain aku dari sini ya, aku kayaknya berangkat seminggu lagi. Mau nyiapin semua keperluan,"
Ika langsung memeluk celine, ia menangis tersedu-sedu melihat hidup celine yang tak pernah beruntung dalam percintaannya.
"mbak celine yang kuat ya, jangan lupa bales chatku. Aku bakalan kangen banget sama mbak celine,"
"iya ika, janji deh nanti aku sering sering telefon. Kan aku juga harus urus kafe walaupun dari sana,"
"celine," panggil doni.
"ehh mas doni, pulang kerja mas?" tanya celine menghampiri doni yang duduk di bartender.
"iya baru pulang sekalian mampir,"
"mas, bisa ngomong dulu gak?" tanya celine pelan.
"bisa bisa, main ke rumah baruku yok? Kamu belum tau kan?" ajak doni antusias.
"wahh udah beli rumah lagi, aku mau liat,"
"ayo,"
"bentar mas aku ambil tas dulu,"
...****************...
"jadi aku hamil mas," ucap celine yang langsung membuat doni melotot. Ia baru saja duduk setelah mengambilkan air minum, namun ia langsung kembali berdiri setelah mendengar kalimat dari mulut adik iparnya.
"gendeng, kamu hamil sama siapa ha? Gak bertanggung jawab orangnya?" mata doni sudah memerah, ia sudah sangat emosi.
"bentar mas aku ceritain dulu,"
Doni kembali duduk di samping celine, ia berusaha menahan emosinya sampai celine selesai bercerita.
"gitu mas, bukannya dia gak mau tanggung jawab tapi dia lagi sakit parah jadi gak mungkin aku makin rusak hidupnya lagi," jelas celine.
"terus anak ini gimana?" tanya doni pelan.
"aku mau ke Singapura, mau sembunyiin ini disana. Mas tolong jagain mama ya,"
"kamu yakin? Kamu gak kenal siapa siapa disana. Kamu jangan sembrono deh lin,"
"enggak mas celine yakin, celine udah sewa apartemen yang deket sama rumah sakit,"
"aku bisa tanggungjawab lin," ucap doni pelan.
"apaan sih mas, gak lucu. Lagian aku bisa sendiri kok, dari dulu apa apa aku sendiri kan? Udahlah mas gak usah kasihan sama aku," tolak celine.
"mas beneran lin, mas suka sama kamu. Mas gak papa kalau harus tanggung jawab yang bukan anak mas," ucap doni berusaha merayu celine, ia merangkul pundak celine sampai mereka benar benar dekat dan menempel.
"gak perlu mas celine bisa,"
"mas juga bisa temenin kamu," ucap doni sebelum akhirnya ia menyesap bibir celine.