Istri Rahasia Suamiku

Antoni yang mengira jika waktu dirinya muncul sebagai calon pengantin pria sudah tiba. Bergegas keluar dari ruang ganti.

Antoni berjalan dengan penuh semangat. Antoni tidak menyadari jika di dalam aula pernikahan, sedang terjadi sesuatu yang tidak dia bayangkan sebelumnya.

Dengan senyuman dan penuh percaya diri, Antoni membuka pintu aula utama dan mendapati kegaduhan terjadi.

"Sepertinya hal lain terjadi, sebaiknya aku tidak menampakkan diri terlebih dahulu."

Antoni memutuskan untuk kembali masuk ke ruang ganti, guna menyelamatkan dirinya sendiri.

"Sial, Aku ingin sekali datang ke sana untuk mengetahui sebenarnya apa yang terjadi. Tidak, jika aku ke sana dan ternyata semua tidak berjalan sesuai rencana. Aku bisa saja kehilangan semuanya."

"Lebih baik aku tetap di sini,"

Sementara itu, yang terjadi di aula pernikahan...

"Mas, apa maksud kamu berkata seperti itu? Kenapa kamu berkata seolah-olah aku sedang berkonspirasi untuk membohongimu?" tanya Maria.

"Cukup, Maria. Tidakkah kamu lelah bersandiwara?" ketus Hendri.

"Mas, ini adalah hari terindah untuk kita berdua. Kenapa kamu merusaknya dengan lelucon semacam ini?"

"Aku beri waktu kamu untuk mengakui semua kesalahan kamu, sebelum aku sendiri yang memutuskan apakah kamu pantas di penjara atau tidak."

"Aku tahu, ini hanya alasan kamu untuk membatalkan pernikahan ini karena aku sudah tidak lagi mengandung darah daging kamu."

"Maria, Maria. Apa aku akan begitu mudah percaya dengan perkataan kamu?"

"Apa maksud kamu, Mas?" tanya Maria, sementara Diandra dan Zay saling berpandangan, karena mereka belum mengetahui apa yang terjadi.

"Apa kamu kira aku tidak tahu sebenarnya siapa Ayah dari bayi yang sedang kamu tanya?"

"Mas?" ketus Maria.

"Asal kamu tahu, Maria. Sejak istriku meninggal. Aku melakukan operasi, jadi sangat mustahil aku bisa membuat wanita hamil. Apalagi, wanita yang tidak pernah aku tiduri,"

Deg !!!

Seketika ingatan Maria mengingat momen percakapan dirinya dengan Antoni.

Flash back singkat......

"Maria, aku rasa lebih baik kamu tidak perlu mengatakan jika kamu sedang mengandung anak Hendri," ujar Antoni saat mereka baru saja keluar dari ruang pemeriksaan.

"Kenapa? Bukankah itu adalah ide yang sangat bagus. Jadi, Hendri tidak akan mempunyai alasan untuk meninggalkan aku,"

"Maria, aku rasa kamu belum mengenal penuh sifat dari mertuaku itu. Dia bisa saja mengikuti setiap permainan dari kita hanya untuk meyakinkan bahwa dia akan melakukan apa yang kita inginkan. Padahal dia sendiri sedang menyusun rencana untuk memberikan semua apa yang sudah menjadi tujuan dari kita,"

"Hahaha. Antoni, tenang saja. Apa kamu lupa siapa aku?"

"Terserah, yang penting aku sudah mengingatkan kamu."

"Kamu tenang saja biarkan semuanya aku yang mengurus. Kamu hanya tinggal duduk diam saja dan menikmati hasilnya nanti."

Flashback off....

Hendri mengangkat tangan dan bertepuk tiga kali. Maria terkejut saat melihat kedua orang tuanya datang bersama dengan orang yang dia sewa untuk berpura pura menjadi orang tuanya, saat Hendri ingin bertemu.

"Papa, sebenernya apa yang terjadi?" bisik Diandra kepada Hendri.

"Sayang, Apa kamu pikir Papa tidak tahu saat pertama kali wanita ini datang menemui mu dan secara terang-terangan berkata bahwa dia adalah istri siri dari Antoni?"

"Papa tahu?"

"Sayang, Kamu adalah satu-satunya putri yang Papa miliki. Bagaimana bisa Papa membiarkan kamu berjuang sendiri untuk mengumpulkan bukti kebusukan yang di lakukan suami kamu,"

"Hiks, Papa...."

Diandra langsung memeluk Papanya, Diandra tidak mengira jika sebenarnya sang ayah sudah mengetahui perihal itu semua.

"Sudah. Sekarang bukan waktunya untuk menangis. Lebih baik sekarang kamu pergi mencari Antoni dan memintanya untuk mengakui segala kebusukan yang sudah dia lakukan,"

"Aku tahu dia dimana," ujar Zay.

"Jadi, Maria. Dimanakah diantara mereka yang menjadi orang tua kamu?" tanya Hendri sesaat setelah Diandra dan Zay pergi untuk menemukan Antoni.

"Maria, apa yang terjadi?" tanya Mama Maria dengan bahasa Spanyol.

"Benar, kenapa tiba-tiba kami di ajak kesini?" imbuh papa yang juga berbahasa Spanyol.

"Silahkan, Maria. Aku yang akan menjelaskan atau kamu sendiri?"

Maria membuka berkas yang baru saja dia tanda tangani. Betapa terkejutnya Maria saat melihat kertas itu bukanlah berkas miliknya. Melainkan berkas yang sudah Hendri katakan sebelumnya lengkap juga dengan tanda tangan Antoni.

"Kamu penipu, Mas. Kamu menipu aku,"

Maria kemudian berbicara dengan kedua orang tuanya yang mengatakan jika dirinya sudah ditipu oleh pria yang ada di hadapannya. Kemudian dengan cepat Maria mengajak kedua orang tuanya untuk pergi dari gedung pernikahan itu.

"Pa, Kenapa Papa membiarkan Maria pergi begitu saja?" tanya Diandra begitu dia kembali.

"Biarkan saja, tidak akan lama..." ucap Hendri sambil tersenyum.

"Dimana Antoni?" tanya Hendri.

"Sepertinya dia sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung ini, Om." ucap Zay mewakili Diandra.

Hendri hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian mengajak Diandra untuk meninggalkan gedung pernikahan.

"Pak, bagaimana dengan serangkaian acara yang sudah tersusun?" tanya seorang yang bertugas sebagai manager wedding.

"Pakai saja untuk pernikahan kamu dan pacar kamu, aku tahu kamu sangat ingin menikahi kekasih kamu," ujar Hendri sambil terus berjalan keluar dari aula pernikahan.

"Gila, orang tajir...." Manager itu segera menghubungi kekasihnya dan melangsungkan pernikahan tentunya.

Antoni bingung harus pergi kemana, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke kantor.

Sayangnya, Antoni tidak bisa masuk karena di tahan oleh satpam. Satpam itu juga mengambil paksa mobil yang di gunakan Antoni.

"Jangan main-main, kamu. Apa kamu lupa siapa saya?" ketus Antoni.

"Ya saya ingat. Anda adalah mantan menantu dan mantan pekerja di perusahaan Gautama."

Antoni menunjuk ke arah satpam, kekecewaan tidak bisa lagi di tahan oleh Antoni.

Antoni memaki-maki satpam itu. Sayang sekali, itu tidak ada artinya. Antoni berjalan menuju Atm terdekat untuk menarik uang.

Sekali lagi, kesialan menimpa dirinya.

"Argh, sial." Ketus Antoni sambil memukul mesin ATM saat mesin itu memunculkan kata jika kartu sudah di blokir.

Antoni mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Maria begitu dia keluar dari Atm.

Baru saja Antoni akan berkata 'halo', seorang jambret tiba-tiba datang dan merampas ponsel Antoni.

"Woy, ponsel gua..." Antoni berteriak dan mencoba mengejar jambret yang sudah kabur membawa ponselnya menggunakan sepeda motor.

Antoni terus berteriak sambil menendang setiap batu yang dia temui di sepanjang perjalanan tanpa tujuan.

Hingga, secara tidak sengaja, batu yang dia tendang mengenai salah satu preman yang sedang menjaga ketertiban kawasan nya.

"Mati aku.." Antoni menelan ludah saat melihat tatapan tajam dari salah satu preman yang terkena lemparan batu.

Sebuah mobil berhenti di depan Antoni, begitu para preman itu sudah selesai memukuli nya.

"Diandra..." lirih Antoni lemah sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Sakit ya, Mas?" tanya Diandra sambil berjongkok agar setara dengan Antoni.

"Sedikit.."

Antoni menjulurkan tangan saat Diandra berdiri, dengan senyuman terbaik Antoni mengira Diandra datang untuk membantu nya.

Sayangnya tidak!

Diandra justru kembali ke dalam mobil tanpa membantunya berdiri.

"Diandra, kenapa kamu tidak membantu aku?" tanya Antoni.

"Aku pikir kamu sudah bisa berdiri sendiri." ucap Diandra sambil meletakkan koper di hadapan Antoni.

"Apa ini?" tanya Antoni.

"Pakaian kamu."

"Kenapa ada disini?"

"Ya, aku tahu kamu sudah tidak lagi memiliki kendaraan. Jadi, aku datang agar kamu tidak perlu mencari taksi untuk mengambil barang milik kamu yang ada di rumahku."

"Diandra, apa maksud kamu? kamu ngusir aku? jangan durhaka jadi istri."

"Aku durhaka? really?"

"Diandra, aku bisa jelaskan."

"Jelaskan di pengadilan,"

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...