Hai! Kali ini, Novel saya menceritakan tentang seorang gadis Muslimah yang bertemu dengan seorang ketua geng motor yang hampir menabraknya. Bagaimana kisah manis mereka bisa terjalin? Yuk simak kisahnya di sini ya. Jangan lupa kasih dukungan kalian ya. Terimakasih....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Terungkap
Mau boomlike silahkan biar likenya gak sepi....
Tiba di apartemen, Syahdan membuka kunci apartemen dan memberi jalan supaya Syana masuk dulu. Kemudian Syahdan masuk setelah dirasanya aman dan tidak ada orang yang dia kenal melihat keberadaannya. Syana segera menuju kamar sebelah, bukan kamar yang semalam mereka tempati bersama.
Syahdan mengikuti Syana dan meraih tangannya. "Tunggu!" Tubuh Syana sampai membalik dan kini mereka berdua saling berhadapan.
Syana heran dan merasa kaget.
"Aku sudah menepati janjiku."
"Janji apa?" heran Syana.
"Janji menemui kedua orang tuamu dan menceritakan kenapa aku sampai menikahimu dan latar belakang di sebaliknya. Aku juga sudah minta maaf pada keluargamu," terang Syahdan berubah sendu.
"Orang tuamu memintamu kembali padanya. Jika kamu diminta kembali, apakah kamu akan kembali?" Mendengar itu Syana benar-benar terkejut, raut mukanya berubah bahagia. Dia bahagia ternyata keluarganya masih menginginkannya.
"Benarkah?" Syahdan mengangguk dengan raut wajah murung seketika, sedangkan Syana kini seakan bahagia. "Kapan, kapan aku bisa pulang ke rumah orang tuaku?" tanya Syana gembira.
"Secepatnya," jawabnya sembari keluar dari kamarnya. Syana sangat bahagia mendengar berita gembira dari Syahdan. Ternyata cowok urakan yang hoby balap liar itu telah menepati janjinya. Syana tidak menghiraukan lagi keberadaan Syahdan, yang sudah keluar kamarnya.
Syahdan masuk kamarnya setelah mengatakan berita itu pada Syana. Dia duduk terpekur di tepi ranjangnya. Baru saja merasakan madu kesenangan dunia, dia harus rela secepat kilat kehilangannya. Syahdan menenggelamkan wajahnya diantara tumpuan tangannya. Kesedihan tiba-tiba menjalar dalan jiwanya.
"Benar kata Papa, tidak akan ada perempuan baik-baik yang mau menerima aku. Aku sampah masyarakat seperti yang sering Papa dan si cewek tengil katakan juga," gumannya sedih dan kecewa. "Lebih baik terjerumus dan masuk jurang sekalian," ucapnya putus asa sembari mengutak-ngatik HPnya mencari nama seseorang.
Di kamar Syana, setelah Syana menjalankan ibadah Isya, tiba-tiba Syana mendapatkan WA dari seseorang yang selama ini dirindukannya. Nomer WA itu aktif kembali setelah si pemilik nomer yang mengirimkan Wa tersebut sepertinya sudah membuka blokirannya.
"Syala," gumannya seraya membaca pesan WA dari adik yang selama ini dia rindukan.
Syala ; "Assalamualaikum, Mbak. Tadi siang ada orang datang ke rumah, rupanya suami Mbak yang menikahi Mbak tempo hari yang datang. Ternyata kedatangannya hanya untuk meminta maaf dan menceritakan kronologi kenapa dia sampai tega melecehkan Mbak dan mengakui bahwa kalian telah melakukan hubungan mesum sebelum menikah, sehingga dia perlu mengajak nikah Mbak secepatnya karena takut Mbak keburu hamil. Tapi semua itu dibantahnya demi satu alasan."
Pesan pertama masuk dari Syala, sungguh mengharukan karena Syahdan si cowok urakan itu mau berkata jujur pada keluarganya tentang kronologis kenapa dia bisa menikahi Syana. Dan beberapa menit kemudian pesan kedua masuk kembali dari sang adik.
Syala; "Apakah Mbak tahu alasannya? Hanya karena merasa terzolimi karena Papanya selalu memaksakan kehendak dan mengatur hidupnya harus sesuai dengan apa yang dikehendaki Papanya. Bahkan soal jodoh saja Papanya yang atur. Dia tidak mau dijodohkan kemudian dia kabur-kaburan dan bergabung menjadi anggota geng motor. Papanya otoriter sehingga dia melampiaskan hidupnya terjerumus ke dalam balapan liar dan bahkan menjadi ketua geng motor di dalamnya. Papanya selalu memaksakan kehendak, dan dia kali ini tidak suka dan jadi pembangkang. Saking kesalnya pada suami Mbak, Papanya sampai berulang kali menyumpahinya sebagai sampah masyarakat. Juga menyumpahi tidak akan ada perempuan baik-baik yang akan menerimanya karena telah menolak perjodohan yang diberikan Papanya." Pesan kedua dari Syala sukses Syana baca dengan dada yang sesak.
"Jadi, si cowok urakan ini menikahiku hanya karena sumpah serapah Papanya? Dan kalimat sampah masyarakat yang selalu dia ceritakan itu adalah sumpah Papanya sehingga membuat dia seolah trauma, kemudian mengantarkan aku menjadi pelampiasan amarahnya kemudian melecehkan aku karena tanpa sengaja aku menyebutnya sampah masyarakat juga?" guman Syana terheran-heran dengan kepala yang mulai pusing karena memikirkan alur cerita si cowok urakan yang miris. Pesan ketiga Syala muncul kembali.
Syala; "Bapak sudah memaafkan suami Mbak, asal Mbak dikembalikannya. Kalau mendengar kisahnya, aku prihatin juga Mbak. Dia hidup dalam keluarga yang otoriter, giliran dia berontak malah disumpahi. Siapapun anaknya pasti bakal sedih dan berontaklah. Termasuk suami Mbak itu. Tapi aku tetap tidak membenarkan cara dia menikahi Mbak dengan mengaku telah berbuat mesum sama Mbak sebelum nikah sehingga membuat kami salah paham dan benci sama Mbak." Pesan WA yang ketiga dari adiknya sudah dibaca. Di sini Syana sedikit miris dan terharu mendengar kehidupan Syahdan yang penuh kekangan orang tua.
Syala ; "Lantas apa yang akan Mbak lakukan ke depannya setelah tahu penyebab suami Mbak melakukan pelecehan terhadap Mbak?"
Pesan WA dari Syala, sang adik yang terakhir sepertinya meminta balasan, namun belum Syana balas. Kepala Syana mendadak sakit memikirkan semua berita ini yang seakan menghujam dadanya. Ada rasa prihatin yang tiba-tiba muncul terkait fakta yang sebenarnya yang menimpa Syahdan si cowok urakan.
Malam sudah tiba, suara hujan mulai terdengar. Syana keluar kamar untuk menuju kamar mandi. Membuang lelah dan sakit kepala yang tadi menderanya. Saat berada di muka pintu, Syana mendengar Syahdan tengah menerima telpon dari seseorang di ruang tamu. Syana mengendap dan mencoba mengupingnya.
"Ok, besok jam tujuh malam di trek biasa." Syahdan menutup sambungan telpon setelah menyetujui apa yang dikatakan si penelepon.
Tidak berapa lama bunyi telpon kembali berdering. Syahdan segera mengangkatnya.
"Aku sudah tidak peduli dengan hidupku, Kak. Sudah tidak ada yang mau denganku seperti apa yang Papa katakan. Selamat untuk Papa karena sumpah serapah Papa jadi kenyataan. Biarkan aku jadi sampah masyarakat. Atau kalaupun nyawaku melayang saat balapan, aku tidak peduli, karena tidak ada yang peduli sama aku," tandas Syahdan jelas dan tegas. Obrolannya di telpon barusan sangat jelas di telinga Syana.
Syana mengusap dadanya yang terasa sesak sembari beristighfar. Ada rasa sedih yang kini menghimpit dadanya.
Pagi menjelang, Syana sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuknya dan Syahdan. Syana membuat sandwich ala rumahan yang sering dia buat bersama Syala saat libur.
Dua helai roti sisir diisi telor mata sapi di dalamnya, dilengkapi sayuran seperti tomat dan salad, lalu ditaburi saos tomat dan sambel. Sarapan pagi berupa sandwich ala Syana telah jadi.
Syana menyapa Syahdan yang baru bangun pagi itu. "Kak, mandilah dulu setelah itu kita sarapan pagi." Syahdan tidak menyahut ajakan Syana, dia berlalu dengan muka yang kusut dan lelah. Syana tahu, semalam Syahdan tidak cukup tidur.
Mereka kini berada di meja makan menikmati sarapan sandwich buatan Syana, tanpa kata. Sesaat setelah mereka menyudahi sarapannya, Syahdan berdiri dan tiba-tiba berkata, "bersiaplah, hari ini aku antar kamu pulang," ucap Syahdan dengan wajah tegas menyembunyikan kesedihannya.
Syana berdiri menatap Syahdan sedih. Tega banget cowok urakan itu ingin begitu saja mengembalikan dirinya pada orang tuanya setelah dia berhasil merenggut segalanya darinya.
"Antar aku bekerja ke toko buku," titah Syana segera berkemas tanpa memberikan kesempatan Syahdan untuk bicara. Syana menuju pintu dan Syahdan berhasil mengerutkan keningnya.
"Baiklah, kamu boleh tetap bekerja di sana sesuka hatimu. Tapi jangan kembali ke apartemen ini," sergah Syahdan membuat Syana kecewa. Syana tidak membalas ucapan Syahdan. Dia segera memburu pintu, masuk lift dan menuju basement di mana motor Repsol Syahdan terparkir gagah.
Motor Syahdan membelah Jalan Revolusi kemudian memasuki jalan Sudirman. Syana memeluk erat pinggang Syahdan seakan tidak ingin lepas. Perlahan titik air mata ikut mengiringi kepergian mereka ke toko buku tempat Syana bekerja.
sya sya semua siih...
typo kan tuuu..
harusnya Syila sama Sailendra..
lucu kayaknya...
Syana, shaina, syalala syahdu
semangat