Kayena de Pexley adalah ratu termalang dalam sejarah kerajaan Robelia. Sampai akhir hayatnya, Kayena tidak mendapat sedikit pun cinta dari sang suami. Ia diperlakukan layaknya mesin pembuat anak serta simbol kerjasama antara dua belah pihak. Sedangkan Katarina adalah selir paling dicintai dalam sejarah kerajaan Robelia. Mantan pelayan Kayena yang mendapat anugrah berupa cinta tulus sang raja.
Ketika berhasil melahirkan bayi ke-4 yang kelak akan menjadi raja paling berpengaruh dalam sejarah kerajaan Robelia, Kayena memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah mengetahui rencana sang suami yang akan memisahkan dia dengan sang putra. Namun, alih-alih meregang nyawa, Kayena malah terbangun pada masa baru kehilangan bayi pertama. Lima tahun sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri karena mengalami depresi.
Mendapat kesempatan kedua, mampu kah Kayena merubah nasibnya yang malang? cari tahu selengkapnya.
🚩🚩
Cerita pertama Author dengan tema reinkarnasi 🔱
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaka Shan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0018. The King’s Effort Apologized (Usaha Raja meminta maaf)
0018. The King’s Effort Apologized (Usaha Raja meminta maaf)
Plak!
Suara tamparan yang terdengar nyaring itu menggelegar di seisi ruangan. Dua orang saksi, yaitu Killian dan Kima sampai mematung di tempat ketika melihat secara langsung pertikaian berujung tamparan yang melayang.
Entah apa yang dibisikkan oleh raja Robelia, sampai-sampai sang Ratu yang tidak pernah melayangkan tangan out of control. Telapak tangan kecil milik Ratu yang telah melahirkan satu orang putra itu berhasil memberikan bekas tamparan yang cukup kentara.
“Apakah di mata Yang Mulia, saya sangat rendahan?” suara Kayena kembali terdengar setelah sekian lama hening mengambil alih. “Apa pernah saya menunjukkan gelagat sebagai wanita rendahan seperti yang Anda tuduhkan?”
Terdiam. Hanya itu respon raja Robelia. Kemungkinan besar ia masih berada dalam ambang ketidaksadaran pasca mendapatkan tamparan dari tangan wanita yang tidak pernah ia bayangkan.
“Apa Anda tidak sadar jika belakangan ini sikap Anda sudah keterlaluan?” tukas Kayena. “Anda memang pemimpin di negeri ini dan masih berstatus suami saya, tetapi kenapa sikap Anda sangat semena-mena?”
Kayena marah. Itu tergambar jelas di wajah cantiknya yang biasa tenang dalam raut datar. Kali ini ada percikan kemarahan yang telah berkobar.
“Kayena.”
Baru Kaizen kembali angkat suara ketika melihat bola mata ratunya berkaca-kaca. Rasa sakit yang mampir di pipinya tak sebanding dengan rasa nyeri yang baru saja penampar kewarasan dengan telak. Belakangan ini ia memang menampilkan respon “berlebihan” jika menyangkut ratunya. Semenjak muncul rumor tentangan kedekatan ratunya dengan Pangeran Kaezar, ditambah lagi rumor itu muncul tak berselang lama pasca ratunya mengutarakan keinginan untuk bercerai, Kaizen sadar jika dirinya menjadi semakin egois. Padahal ia hanya mencintai Katarina.
Tujuan utamanya mempertahankan Ratu adalah “demi” menjaga hubungan politik serta mendapatkan keturunan dari seorang wanita bangsawan. Walaupun begitu, Kaizen tak rela jika ratunya dekat dengan pria lain, apalagi dengan adik tirinya. Ia bahkan menyuruh beberapa prajurit bayangan untuk mengawasi keseharian sang ratu secara diam-diam. Kaizen gelap mata demi mewujudkan keinginannya. Sampai-sampai ia tidak mempedulikan perasaan ratunya lagi. Sekarang, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana ratunya tersakiti oleh tuduhan keji yang baru saja ia layangkan.
“Pria yang barusan Anda pukul adalah Killian. Tailor pribadi saya,” ucap Kayena dengan suara rendah. Jelas jika ia tengah menahan kilatan amarah yang hendak membuncah. “Asal Yang Mulia tahu, tidak ada apa-apa di antara kami. Saya juga tidak melakukan hal rendahan dengan Killian. Di sini ada pelayan pribadi saya, jika Anda meragukan pernyataan tersebut.”
Kaizen menarik napas dalam, sebelum menghembuskannya perlahan-lahan. Apa yang baru saja dikatakan sang istri kembali memukul kewarasannya.
“Lebih baik Yang Mulia kembali lain kali. Saat ini saya sedang tidak bisa mengendalikan diri.”
Itu adalah kalimat usiran yang dibuat sangat halus, namun efeknya bagi Kaizen tetap sama. Ia diusir oleh istrinya sendiri yang tengah menahan amarah. Bahkan pada saat seperti ini, istrinya tetap menomor satukan tata krama kepadanya.
“Kayena, dengar …”
Kayena mengangkat kedua tangannya di depan dada, membuat simbol permohonan yang ditujukkan langsung pada Kaizen. “Pergilah, Yang Mulia. Sebelum saya benar-benar menaruh kebencian semakin besar pada Anda.”
Kaizen terdiam. Otaknya tak langsung memproses perintah untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Ia sempat membuang muka ke sembarang arah, sebelum kembali menatap wajah istri cantiknya. “Aku tidak akan kembali dalam waktu dekat. Nikmati lah waktumu.”
💰👑👠
Penyesalan memang selalu datang terlambat. Kaizen juga baru mengetahui kebenaran dari kalimat tersebut pasca insiden main hakim sendiri. Kayena manarik diri. Ia semakin membatasi intensitas pertemuan di antara mereka. Hal itu tentu saja membuat Kaizen merasa tidak senang. Ia rasa wanita cantik itu semakin jauh saja dari jangkauan, padahal mereka masih tinggal di tempat yang sama. Walaupun belum bisa melakukan kunjungan, setidaknya Kaizen masih punya waktu untuk memikirkan cara to pologize (meminta maaf) sampai bisa berkunjung ke istana ratu.
“Undangan dari Raja Alexia?”
Pagi ke-5 pasca perang dingin terjadi antara mereka, ia masih memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaan sebagai pemimpin. Mengesampingkan sejenak masalah rumah tangga yang berjubel di kepala. Di hadapannya, Carlos—sekretaris yang sudah bekerja untuknya sejak lama—tampak menganggukkan kepala.
“Benar, Yang Mulia. Raja Alexia mengundang pemimpin Robelia dalam rangka menyambut kelahiran Putra Mahkota serta perayaan tahunan kerajaan Alexia.”
Alexia adalah salah satu negeri yang terikat hubungan bilateral—perjanjian antarnegara sahabat—dengan Robelia. Letak Alexia berada di seberang, cukup jauh dari Robelia. Bisa menghabiskan waktu 12 jam perjalanan darat dan laut jika ditempuh tanpa adanya hambatan seperti badai, hujan lebat, dan sebagainnya.
“Saya bisa mengosongkan jadwal jika Anda berniat memenuhi undangan tersebut, Yang Mulia,” ujar Carlos dengan pandangan tertuju pada sebuah catatan tangan yang merupakan isi schedule harian sang Raja. “Kebetulan Yang Mulia Ratu juga tidak memiliki jadwal penting bertepatan dengan undangan tersebut.”
Mendengar ratunya dibawa-bawa dalam obrolan, Kaizen langsung terdiam. Benar juga, mereka pasti akan pergi bersama jika memenuhi undangan raja Alexia. Toh, undangan itu memang ditujukan pada mereka, Raja dan Ratu Robelia. Kayena pasti akan senang berkunjung ke Alexia setelah sekian lama. Ditambah lagi kondisi di Alexia saat ini masih musim semi. Keindahan alam Alexa akan membuat Kayena betah berlama-lama. Lewat perjalanan ini Kaizen juga berharap jika hubungan mereka bisa menjadi lebih baik. Mungkin menghabiskan lebih banyak waktu bersama di luar istana bukan ide yang buruk.
“Yang Mulia!”
Mengangkat pandangan, itu lah yang Kaizen lakukan ketika mendengar suara lembut yang selalu berhasil menariknya pada pusaran hasrat yang dahsyat di atas ranjang. Entah sudah berapa hari mereka tidak bertemu, karena ia memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan.
“Apa Yang Mulia punya sedikit waktu untuk saya?”
Rasanya ingin menolak, karena dokumen serta perkamen di depannya masih menggunung. Namun, ia rasa terlalu “kejam” jika terus mengabaikan selir kesayangannya itu.
“Carlos, keluarlah. Katakan pada penjaga, jangan mengizinkan siapapun masuk sebelum aku memberikan perintah.”
Carlos mengangguk paham. Ia pun pamit undur diri setelah memberi penghormatan pada raja dan selir kesayangannya. Bukan sehari dua hari Carlos bekerja dengan Kaizen, jadi ia tahu apa yang akan dilakukan rajanya jika menurunkan perintah demikian.
“Apa Yang Mulia sangat sibuk belakangan ini? sampai-sampai tidak sempat berkunjung ke kamar saya?”
Kaizen tersenyum tipis seraya menatap lawan bicaranya. Wanita bertubuh mungil itu tampak cantik, manis, dan menggoda dalam waktu bersamaan. Tubuh mungilnya dibalut gaun model vintage dress warna yellow rose yang lengkap dengan bodice, korset, dan crinoline. Walaupun mungil, tubuhnya berisi di tempat-tempat yang seharusnya.
“Ada banyak hal yang harus dikerjakan, Katarina.”
“Setidaknya Anda harus memberi saya kabar,” sahut Katarina yang sekarang sudah berpindah posisi. Duduk di atas pangkuan raja Robelia yang tampak tidak keberatan sama sekali.
“Ada apa? kau membutuhkan sesuatu?”
Gelengan kepala Katarina berikan. “Tidak,” jawabnya seraya memeluk tubuh Kaizen erat-erat. “Saya merindukan Yang Mulia.”
Dari jarak sedekat ini Kaizen bisa mencium aroma rose yang identik dengan wewangian Katarina. Namun, entah mengapa ia rindu aroma taman bunga khas Kayena. Aroma berbagai jenis bunga yang selalu ditutup dengan aroma citrus, kadang bergamot atau wood yang menimbulkan kesan segar serta tegas.
“Yang Mulia tidak merindukan saya?” Katarina bertanya seraya melonggarkan pelukan. Salah satu tangannya bergerak mengelus rahang tegas Kaizen.
“Aku berniat mengunjungi kamar mu malam ini,” balas Kaizen. Satu kecupan ia daratkan di bibir mungil kekasihnya. “Rupanya yang merindu tidak sabar menunggu,” tambahnya.
Katarina tersenyum malu mendengarnya. “Saya dengar Raja Alexia mengirimkan undangan. Saya bergegas menuju ke sini setelah mendengar informasi tersebut, karena takut Anda pergi ke Alexia tanpa bicara pada saya.”
“Demi Tuhan, bagaimana bisa Katrina mengetahuinya?” rutuk Kaizen di dalam hati. “Memangnya kenapa jika aku pergi ke Alexia tanpa bicara pada mu?”
“Saya akan marah!” seru Katarina dengan wajah yang kini direbahkan pada bahu tegap Kaizen. “Saya … mau ikut ke Alexia jika Yang Mulia memenuhi undangan itu.”
Kaizen terdiam mendengarnya. Apakah selirnya sedang menunjukkan sikap posesif? Dominan woman?
“Saya dengar musim semi di Alexia sangat indah. Saya ingin melihatnya secara langsung, bukan hanya mendengar cerita dari para Senora.”
Helaan napas berat terdengar ketika selir kesayangannya mulai merajuk. Ia tidak bisa bertahan lebih lama jika wanita yang selalu mengerti kebutuhan biologisnya dengan baik itu merajuk. Toh, selama ini ia memang jarang, bahkan hampir tidak pernah membawa wanitanya pergi ke luar istana.
“Kau ingin pergi ke Alexia?”
“Ya!” jawab Katarina tanpa basa-basi. Kini wajahnya kembali berhadapan dengan wajah Kaizen. Ada keinginan besar tergambar di kedua bola matanya. Dan Kaizen tidak bisa menolak keinginan tersebut, sekalipun ia sudah punya rencana untuk mengunjungi Alexia berdua saja dengan ratunya.
“Baiklah. Aku akan membawamu ke Alexia.”
Katarina langsung tersenyum lebar mendengarnya. “Terima Kasih, Yang Mulia.”
Kaizen berdeham kecil sebagai respon, sebelum ia menarik tengkuk belakang Katarina. Menawan bibir mungil milik wanita yang sampai detik ini masih berhasil memegang kendali penuh atas dirinya.
💰👑👠
Semoga suka. sampai jumpa di part berikutnya. Jangan lupa like, vote, komentar, follow Author Kaka Shan 🤗
Tanggerang 27-03-23