Dilarang Boom Like !!!
Zulaikha Al-Maira. Wanita yang sudah berstatus seorang istri itu harus terpaksa menelan pil pahit kebohongan dan pengkhianatan.
Awalnya, Zulaikha mengira kalau pernikahannya baik-baik saja, tapi semua berubah saat dia mendapati kebenaran tentang pernikahan pertama suaminya.
Zulaikha merasa hancur, dia tidak terima dan memilih untuk pergi dari sisi suaminya.
Zulaikha pergi dan memilih untuk melupakan semua hal tentang suaminya, tapi saat dia ingin memulai. Tiba-tiba, sang suami datang dan kembali mengejar cintanya.
Bagaimanakah kisah Zulaikha selanjutnya ?
Akankah Zulaikha kembali pada suaminya, atau malah membuka lembaran baru dalam hidupnya ?
Ikuti perjalanan cinta Zulaikha yang penuh dengan perjuangan dan air mata.
Follow IG Author ayu.andila 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18. Kerja Sama
"Mbak!"
Teriakan Sita menggema diruangan itu membuat seorang gadis yang sedang tidur terlonjak kaget dan langsung melompat dari ranjang.
"ada apa? kenapa?" tanyanya sambil melihat ke kanan dan ke kiri.
"Syifa, sini bantuin Mbak!" panggil Sita yang saat ini sedang mengurut bahu Zulaikha, Syifa langsung lari saat mendengar panggilan temannya.
"ya Allah Mbak! Mbak kenapa?" tanya Syifa saat melihat sang kakak muntah-muntah.
"Mbak kayaknya masuk angin deh," lirih Zulaikha yang merasa perutnya sangat tidak nyaman.
Kemudian Syifa dan Sita membawa Zulaikha ke dalam kamar, dan membaringkannya supaya bisa istirahat.
Syifa bergegas ke dapur untuk membuat minuman jahe, supaya bisa menghangatkan tubuh sang kakak. Sementara Sita mengambilkan minyak kayu putih untuk dioleskan ke perut Zulaikha.
Setelah diberi minyak kayu putih dan jahe, Zulaikha sudah tidak mual lagi. Dia segera bangun untuk mengambil wudhu karna memang waktu shalat subuh sudah tiba.
Zulaikha memutuskan untuk kembali tidur, setelah selesai melaksanakan subuh sementara kedua gadis itu menyiapkan sarapan untuk mereka.
Jam sudah menunjukkan pukul 8, semua sarapan sudah tersedia di atas meja. Mereka kembali ke kamar untuk membangunkan Zulaikha dan membersihkan tubuh masing-masing.
Ditempat lain, seorang pria masih setia bergelung di bawah selimut tebal. Padahal matahari sudah beranjak naik, tetapi pria itu masih berselancar di alam mimpi.
Tiba-tiba, terdengar dering ponsel yang cukup kuat menggelegar dikamar itu. Siempunya ponsel langsung keluar dari selimut, dia berdecak kesal karna merasa terganggu dengan suara nyaring itu.
"halo," ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Pak, kita akan ada rapat dengan klien baru 30 menit lagi. Tapi kenapa Bapak belum sampai dikantor?" tanya Irham disebrang telpon.
Defin segera melihat ke arah jam yang tergantung didinding, matanya membulat sempurna saat melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 8 lewat 10 menit.
Defin segera mematikan panggilan telpon Irham tanpa menjawab pertanyaan lelaki itu, dia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Hanya butuh waktu 10 menit saja, Defin sudah keluar dari kamar mandi. Dia segera mencari pakaian di atas ranjang, tapi Defin tidak menemukan apapun di sana.
"Zulaikha! apa kau tidak menyiapkan baju kerjaku?" teriak Defin sambil mengeluarkan kepalanya dari pintu, dia pikir kalau saat ini istrinya sedang berada di dapur.
Namun, beberapa saat kemudian Defin baru sadar kalau saat ini dia hanya seorang diri dirumah itu. Dia lalu melemparkan handuknya ke atas ranjang dengan kesal, kemudian mencari pakaian yang biasa dia pakai.
Cukup lama Defin berkutat di depan lemari, biasanya semua yang sedang dia lakukan saat ini sudah disiapkan oleh sang istri. Dia sedikit kesulitan untuk menemukan pernak-pernik yang biasa dia pakai untuk berangkat ke kantor.
Setelah hampir 20 menit berkutat dengan pakaian, akhirnya Defin keluar rumah dan melajukan mobilnya menuju kantor.
Dia terus melirik ke arah jam yang melingkar ditangannya, karna dia sudah terlambat 5 menit untuk bertemu dengan klien baru.
Setelah perjalanan sekitar 15 menit, Defin sudah sampai di depan kantor. Dia mempercepat langkah untuk menuju ruang rapat, sementara Irham sudah mondar-mandir menunggu kedatangan bos nya.
"Pak, tuan Fateeh sudah menunggu di dalam," seru Irham saat melihat Defin sudah tiba ditempat itu.
Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, mereka berdua langsung masuk untuk bertemu dengan kliennya yang sudah menunggu selama 25 menit.
"selamat pagi Pak, maafkan saya karna terlambat datang ke rapat ini," Defin menundukkan kepalanya untuk meminta maaf karna sudah terlambat datang.
"selamat pagi juga Pak Defin, tidak apa-apa. Keterlambatan memang sering terjadi," ucap klien bisnisnya itu dengan ramah.
"tapi ya, jangan sering-sering," tambahnya lagi membuat beberapa orang yang ada diruangan itu terkikik geli, sementara Defin juga menarik senyum tipis disudut bibirnya.
Mereka lalu kembali duduk ditempat masing-masing untuk segera memulai rapat pagi ini.
"sebelumnya saya ingin meminta maaf pada Bapak-bapak semua, kalau saat ini saya yang akan menjalin kerja sama dengan perusahaan ini," ucap seorang pria yang baru pertama kali menginjakkan kaki diperusahaan Defin.
"perkenalkan, nama saya Muammar Al-Fateeh. Saya adalah adik kandung dari almarhum Muhammad Al-Azzam, pemimpin dari perusahaan Azza," pria itu memperkenalkan diri dengan lengkap dihadapan semua orang yang berada diruangan itu.
"Setelah beliau meninggal, saya yang menggantikannya diperusahaan. Jadi saya harap, Bapak-Bapak sekalian bisa memberitahu Saya jika nantinya kinerja Saya kurang baik atau kurang memuaskan bagi anda semua, mari kita bekerja sama dan saling mengingatkan agar perusahaan kita semakin jaya."
Prok, prok, prok, prok. Riuh tepuk tangan dari para petinggi perusahaan untuk pemimpin muda tersebut, bahkan Defin juga ikut bertepuk tangan membuat Irham mengernyitkan keningnya.
"tumben Pak Defin tepuk tangan, tapi memang sih pak Fateeh keren banget!" Irham mengagumi sosok pemimpin muda dan ramah sepertinya.
Setelah perkenalan selesai, mereka melanjutkan rapat tentang hubungan kerja sama antara Perusahaan Mulia dengan perusahaan Azza yang dipimpin oleh Defin.
Rapat tersebut rupanya memakan waktu yang cukup lama, hampir jam satu siang mereka baru keluar dari ruangan itu bertepatan dengan waktu makan siang.
"bagaimana kalau kita makan siang bersama, Pak!" ajak Irham pada Ammar yang saat ini sedang menyusun beberapa berkas yang ada dihadapannya.
"tentu saja, ayo kita cari makanan yang lezat," seru Ammar dengan riang gembira, sementara Irham dan Defin saling pandang karna melihat sifat pemimpin perusahaan sepertinya.
Mereka lalu pergi kesebuah restoran yang cukup terkenal dikota Jakarta, untuk menikmati makanan lezat seperti apa yang Ammar inginkan.
"saya sangat senang jika sedang berada dikota ini, makanannya enak-enak," seru Ammar sembari menikmati makanan yang sudah tersaji dihadapan mereka.
"benar Pak! saya juga sangat suka makanan di sini," ucap Irham menyetujui apa yang diucapkan lelaki itu.
"cih, kalau kau mau di manapun pasti suka," cibir Defin pada sekretarisnya itu, sementara Irham hanya tersenyum malu karna memang apa yang diucapkan bos nya adalah sebuah kebenaran.
"maaf Pak Fateeh, apa saya boleh bertanya sesuatu pada Anda?" tanya Irham sembari menyeruput jus dengan bongkahan es yang banyak.
"boleh, tanya saja. Tapi, panggil Pak Ammar aja ya, agak lain saya rasa kalau memanggil nama belakang," ucap Ammar yang sudah terbiasa dipanggil dengan nama depannya.
Irham menganggukan kepala untuk menuruti apa yang lelaki itu inginkan, "kenapa Bapak tidak membawa sekretaris Bapak? bukannya repot kalau urusan bisnis pergi sendiri?"
"bukannya tidak membawa, hanya saja sekretaris saya memang belum ada," jawab Ammar membuat mereka kaget. Seorang pemimpin perusahaan tidak mungkin tidak memiliki seorang sekretaris.
Dari kejauhan, ada seorang wanita yang mendekat ke arah mereka bertiga sembari menentang sebuah tas bermerk Hermos.
"Defin, kau di sini?"
•
•
•
TBC.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
intinya goblok.
untung ridwan pria tegas!