Zhiyuan, menantu keluarga Liu yang dulu dicap tak berguna dan hanya membawa aib, pernah dipenjara tiga tahun atas tuduhan yang tidak pernah ia lakukan. Selama itu, dunia menganggapnya sampah yang layak dilupakan. Namun, ketika ia kembali, yang pulang bukanlah pria lemah yang dulu diinjak-injak. Di balik langkahnya yang tenang tersembunyi kekuatan, rahasia, dan tekad yang mampu mengguncang keluarga Liu—dan seluruh kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 Kemenangan Liu Zhiya
Liu Zhiya merasa bersyukur karena mengikuti kata-kata Zhiyuan, karena jika dia menyerah kemarin malam hanya karena bajingan cabul seperti Yu Dayong, maka mimpinya yang selamanya ini tertunda akan terkubur untuk selamanya.
“Pemenang akhir dari audisi ini adalah… nomor 5, Liu Zhiya!”
Nama itu diumumkan lantang.
Sorak sorai pecah. Liu Zhiya menunduk, senyum bahagia merekah.
Tatapan Jin Yimei tajam saat menatap Liu Zhiya yang hampir sempurna. Dadanya penuh semangat—dengan bakat seperti ini, masa depan Jinyao akan semakin gemilang.
Namun di balik kegembiraannya, ada hal yang mengganjal. Dengan kualitas seperti ini… bagaimana bisa dia ditempatkan di posisi kelima?
Tatapan mata Jin Yimei berubah dingin. Ia sadar, inilah alasan CEO barunya memintanya untuk turun tangan langsung. Jelas ada permainan kotor yang dilakukan oleh Yu Dayong.
Liu Zhiya sendiri hampir tak percaya. Ia tak berharap banyak setelah melihat kecurangan sebelumnya. Kini saat namanya diumumkan, ia merasa ini semua seperti mimpi.
Senyumnya kian lebar—kata-kata kakak iparnya kembali terbukti benar.
Di sisi lain panggung, Zhang Yingying nyaris meledak. Ia sudah “membayar harga mahal” semalam, tapi namanya bahkan tidak disebut.
Tatapannya penuh kebencian pada Yu Dayong, seakan ingin mengulitinya hidup-hidup.
Yu Dayong berpaling, wajahnya kaku, rasa bersalah jelas terlihat. Ia memang tidak takut pada Zhang Yingying, tapi melanggar janji dengan cara ini tetap membuatnya gerah.
“Selamat datang di Jinyao, Liu Zhiya.”
Dengan senyum tulus, Jin Yimei mengulurkan tangan indahnya.
Liu Zhiya menggenggam tangan itu erat, lalu menandatangani kontrak artis baru. Dadanya penuh harapan untuk karier barunya.
Dengan dukungan Jin Yimei, jalan Liu Zhiya di dunia hiburan jelas akan jauh lebih mulus.
Di kejauhan, Zhiyuan yang diam-diam mengamati hanya bisa mengangguk puas. Senyum tipis muncul di bibirnya.
'Kekuatan adik iparku memang layak untuk panggung ini. Di masa depan, dia pasti bisa membuat bangga Yuxin juga...'
Pengaruh Jinyao memang bukan main. Banyak biro iklan sengaja datang demi ikut serta dalam audisi.
Setelah menyaksikan penampilan Liu Zhiya, hampir semua perusahaan periklanan langsung sadar—gadis itu punya potensi besar.
Mereka yakin suatu hari nanti Liu Zhiya akan mencapai level Ratu Surgawi di dunia hiburan. Maka begitu kontrak artis Jinyao resmi ditandatangani, tawaran iklan berdatangan bak hujan deras.
“Yang ingin bicara soal endorsement atau kerja sama, silakan lewat sini.”
Jin Yimei dengan cekatan mengatur para endorsement. Baginya, pemasukan ini tentu penting. Lagipula semua perusahaan ini sudah diseleksi ketat oleh Jinyao, jadi aman dan terpercaya.
Ia mengarahkan staf untuk membawa para perwakilan perusahaan ke ruang rapat, lalu berbalik menyuruh Liu Zhiya pulang dulu untuk beristirahat.
“Untuk sekarang pulang dan beristirahatlah. Besok adalah hari resmi dimana kau bisa masuk kantor,” ujar Jin Yimei lembut.
Liu Zhiya mengangguk dan berpamitan.
Begitu Liu Zhiya pergi, Jin Yimei segera melangkah ke kantor CEO. Gerakannya anggun, langkah bak teratai, namun wajahnya penuh rasa bersalah. Ia sedikit membungkuk.
“Tuan, maafkan aku. Karena kelalaianku, kesalahan fatal hampir terjadi. Hampir saja kita kehilangan bakat sehebat itu.”
Zhiyuan hanya melambaikan tangan, seolah tak terlalu mempermasalahkan.
“Bagaimana dengan Yu Dayong?” tanyanya tenang, sembari memutar-mutar pena di jemarinya.
“Untuk saat ini, biarkan saja,” jawab Zhiyuan datar. Senyumnya tipis, dingin. “Dia suka menindas orang dengan posisinya, kan? Biarlah dia sendiri merasakan apa artinya tertindas.”
Jin Yimei sempat heran, tapi ia tahu diri. Kalau atasannya sudah berkata begitu, ia tak berani bertanya lebih jauh.
Sementara itu, di ruang ganti, suasana memanas.
“Yu Dayong! Direktur Yu! Bagaimana dengan janjimu?!”
Wajah Zhang Yingying penuh amarah. Cantiknya seolah lenyap, tergantikan ekspresi beringas.
Yu Dayong mundur setengah langkah, berusaha menenangkan diri. “Sekretaris Jin datang tiba-tiba… aku juga tidak bisa melakukan apa-apa. Posisinya jauh lebih tinggi dariku.”
“Posisi?!” Zhang Yingying hampir menjerit. “Aku sudah mengorbankan tubuhku, dan hasilnya hanya begini?! Kau bercanda?!”
Suara melengkingnya memantul di dinding, nyaris histeris. Yu Dayong bungkam, tak bisa membalas sepatah kata pun.
Melihat sikapnya, Zhang Yingying mendengus jijik. Ia mendorong dada Yu Dayong kasar, lalu menatapnya dingin.
“Mulai sekarang, hati-hati di jalan pulang.”
“Apa maksudmu? Kau masih berani macam-macam denganku?” Yu Dayong mulai kehilangan kesabaran.
Ditindas seorang wanita seperti ini, dia menahan amarahnya. Namun ucapan terakhir Zhang Yingying jelas memicu bara api di hatinya. Wajahnya mengeras, matanya merah.
“Kau mau coba-coba? Kita lihat siapa yang akan jatuh lebih dulu!” teriaknya sambil menggulung lengan kemeja.
Namun meski tampak galak, ia tahu dirinya hanya unggul karena tubuh pria. Zhang Yingying melihat gelagat berbahaya. Nalurinya berteriak untuk kabur. Begitu menemukan celah, ia berlari keluar.
Di ambang pintu, ia sempat menoleh dengan tatapan penuh dendam. “Tunggu saja, Yu Dayong!”
Yu Dayong berdiri terpaku, wajahnya kusut. Tadi ia berlagak buas, tapi dalam hati gentar juga. Ia sadar, kalau Zhang Yingying benar-benar mencari dukungan orang luar, masalah bisa jadi serius.
"Bagaimana selanjutnya..." gumamnya pasrah.