Karena ulah wanita yang ia cintai kabur saat usai akad nikah, Letnan Harley R. A Navec tidak sengaja tidur dengan wanita yang berbeda, gadis yang sebenarnya sudah menjadi pilihan orang tuanya namun ia merahasiakan hal besar ini. Harley Navec hanya menganggap Pranagita Kairatu Inggil Timur sebagai adik, apalagi gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. Disisi lain, jiwa petarung dan jiwa bebas Harley masih melekat dalam dirinya.
Sakit hati yang mendalam ia lampiaskan di setiap harinya pada Gita hingga gadis lugu itu hamil. Sebenarnya perlahan sudah terbersit rasa sayang apalagi setelah tau Gita hamil namun kakunya Letnan Harley membuatnya kabur hingga bertemu kembali dengan seorang pria yang dulu pernah berkenalan dengannya tanpa sengaja, Letnan Herlian Harrajaon Sinulingga.
Pernikahan Letnan Harra dan Gita pun terjadi, rintangan silih berganti menghampiri hingga hadir istri titipan karena.....
SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Tentang masa lalu.
"Jaz.. Saya mau tanya..!!" Bang Harra memulai percakapan dengan nada serius sambil mendekap erat Gita. "Apa yang sebenarnya terjadi?? Gita sangat takut kutinggalkan, padahal saya juga tidak akan kemana-mana."
Terdengar helaan napas panjang dari Bang Eijaz di seberang sana. "Berat untuk diceritakan, Black. Tapi kamu berhak tau yang sebenarnya. Dulu.. Gita ada hubungan dengan Rofiq, sudah sangat dekat... Dia sangat mencintai Gita. Mereka berpacaran cukup lama, dan Rofiq sangat protektif pada Gita. Sampai suatu ketika..." Bang Eijaz menggantung kalimatnya, seolah mencari kata yang tepat.
"Sampai suatu ketika apa, Jaz? Cepat..!!!" desak Bang Harra.
"Rofiq dapat tugas operasi ke daerah konflik. Tepatnya di perbatasan utara, saat Papa juga masih menjabat di sana. Rofiq sangat berat meninggalkan Gita, tapi sebagai prajurit, dia harus menjalankan tugas. Nah, selama Rofiq bertugas, Gita sering mendapat gangguan dari orang yang tidak suka padanya. Orang itu adalah bagian dari kelompok hitam yang menjadi sasaran tujuan tugas Rofiq. Sampai suatu malam, Gita diserang. Rofiq yang mendengar kabar itu langsung kembali, tanpa ijin atasan. Dia berhasil menyelamatkan Gita, tapi dia sendiri..... terkena tembakan." Suara Bang Eijaz terdengar bergetar.
Bang Harra terdiam, mencerna setiap kata yang diucapkan Bang Eijaz.
'Jadi begitu ceritanya. Pantas saja Gita begitu trauma.'
Batin Bang Harra mulai bergejolak.
"Orang tua Rofiq sangat terpukul, Black. Mereka menyalahkan Gita atas kematian Rofiq. Mereka bilang, kalau saja Rofiq tidak kembali karena Gita, mungkin dia masih hidup. Mereka tidak tau bagaimana pengorbanan Rofiq yang sebenarnya. Sampai saat pemakaman, mereka memukul dan mengeroyok Gita. Jika saat itu saya tidak datang, mungkin saat ini kamu tidak akan pernah bisa merasakan hadirnya Gita dalam hidupmu."
"Saya mengerti, Jaz. Terima kasih sudah cerita." Bang Harra menutup telepon. Ia menatap Gita yang masih memeluknya erat.
"Abang tidak marah, Gita pacaran sama orang lain?" tanya Gita lirih.
"Kalau orangnya sudah tidak ada, berarti semua sudah masa lalu."
"Abang sudah tau alasan rasa takut Gita?"
Bang Harra mengangguk. "Sekarang Abang sudah tau kenapa kau begitu takut. Tapi dengar, Dek. Kamu tidak bersalah. Rofiq melakukan itu karena dia mencintaimu. Dan Abang juga pasti akan melakukan hal yang sama untukmu."
Gita mendongak, menatap Bang Harra dengan mata berkaca-kaca. "Tapi... bagaimana kalau Abang kenapa-kenapa???"
Bang Harra menggenggam tangan Gita erat. "Abang janji, Abang akan selalu berusaha untuk melindungi diri Abang, waspada dalam setiap tindakan. Tapi Abang juga tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Apapun akan Abang hadapi demi kamu, demi anak kita."
Gita terus menatap wajah Bang Harra.
"Abang, kamu, dan anak kita." Bang Harra menegaskan sambil mengusap perut Gita yang mulai membuncit jika sedang duduk. "Kita akan menjadi keluarga yang kuat. Tidak ada yang bisa memisahkan kita."
Gita memeluk Bang Harra semakin erat. Air matanya kembali menetes, tapi kali ini bukan air mata ketakutan, melainkan air mata haru. Ia merasa lega karena Bang Harra sudah tahu semuanya, dan ia merasa aman dalam pelukan suaminya.
Tiba-tiba, Bang Vial muncul di depan mereka dengan wajah cemas. "Gawat, Black! Ada panggilan tugas mendadak..!! Danyon memerintahkan seluruh perwira untuk koordinasi, sekarang."
Bang Harra menghela napas sejenak. Ia cemas memikirkan Gita yang saat ini kembali murung.
"Abang mau pergi?" Tanya Gita.
"Abang lihat situasi, dek. Kalau ini tugas negara, tentu Abang harus berangkat. Tapi Abang janji, Abang akan segera kembali. Kamu tunggu Abang di sini, ya?"
"Eeehh.. Nggak.. Kalau Gita mau ikut juga boleh, ada istri perwira yang lain juga disana." Kata Bang Vial.
Kini Bang Harra mulai curiga. "Sebenarnya koordinasi apa, nggak ada info apapun di grup perwira."
"Koordinasi habiskan baksonya Pakde Karto." Jawab Bang Vial santai.
"Sumpah demi apapun, kau ini benar-benar b*****t ya..!!!"
"Ehehehe.. Jangan terlalu memuji lah, kawan."
:
Di lapangan itu memang sudah banyak perwira, bukan hanya sekedar berkumpul, pimpinan sedang mengadakan rapat dan berkoordinasi namun sifatnya lebih santai dan kekeluargaan.
Disana masih ada tiga gerobak lagi, seluruh prajurit bisa menikmati tanpa harus 'menonton' para pimpinan mereka yang sudah kenyang.
"Anggi...!!!!" Suara Bang Harra memanggil Prada Anggiat.
"Siap. Ijin perintah, Danton..!!" Prada Anggiat berjalan cepat menghadap Bang Harra.
"Kau sudah selesai makan?"
"Siap, sudah." Jawab Prada Anggiat.
Bang Harra mengangguk. "Di gerobak empat masih ada banyak baksonya. Kau tanya kawan dan Abang-abangmu yang lain, siapa saja yang belum makan. Minta mereka kesini, kecuali dia sakit, boleh kau bawakan." Perintah Bang Harra.
"Siap."
...
Sejak pulang tadi, Bang Harra lebih banyak diam. Teringat percakapan Bang Harra dengan Abang iparnya itu.
Tangannya tak hentinya mengusap puncak kepala Gita yang sedang tidur siang. Hari ini memang sangat dingin dan cocok untuk bersembunyi di bawah selimut.
Hatinya mendadak gelisah sebab Gita mulai mengigau, memanggil nama Rofiq dalam tidurnya.
Rofiq memang sudah tiada tapi agaknya ia masih hidup dalam hati Gita.
'Sayang, apakah betul sebesar itu rasa sayangmu padanya. Tidak bisakah aku yang menggantikannya, menjagamu sepanjang waktu.'
"Bang Rofiq...." Nama itulah yang selalu Gita sebut.
"Apa yang sudah Rofiq berikan padamu hingga bayangnya lekat dalam ingatanmu?"
Bang Harra terus mengusap puncak kepala Gita hingga merasakan tubuh istrinya itu mendadak demam.
tok.. tok.. tok..
"Ijin, Danton..!!"
Bang Harra meninggalkan Gita sejenak dan membuka pintu depan.
"Ada apa, Gi?"
"Ijin, Dan Harley ribut di dekat mess dengan seorang ibu-ibu. Ada wanita.........."
.
.
.
.
konfliknya makin komplek, mantapp💪💪