Gagal Nikah

Pagi-pagi sekali, Dania sudah ada di dapur. Sesekali dia menguap karena semalam dia tidak bisa tidur nyenyak karena pengaruh omongan dari Kendra.

"Astaghfirullah Dania, please jangan berpikir yang aneh-aneh. Tuan Kendra pasti lagi bercanda.." Dania menyakinkan dirinya jika apa yang di katakan Kendra itu hanya candaan saja.

" Dania!" Dania yang di panggil pun langsung menoleh.

"Eh...iya non Gita, ada yang bisa Nia bantu?" dengan senyum ramahnya Dania langsung merespon Gita.

"Kamu nanti ikut saya ya, saya mau belanja skincare yang habis,"

"Tapi, tuan Kendra...

"CK...tenang, nanti saya ijin sama dia. Kamu bisa kan ikut saya."

" Baik non, siap pokoknya!" mendengar ucapan Dania, Gita pun mengacungkan jempol nya.

Setelah Gita keluar dari area dapur, Minah yang mendengar obrolan keduanya langsung mendekati Dania.

"Tumben non Gita ngajak-ngajak pembantu buat beli skincare. Biasanya dia sama teman-teman nya. Bahkan bisa seharian di mall buat perawatan." Dania mengerutkan keningnya.

"Entahlah, mungkin teman-teman nya lagi pada sibuk kali mba.."

Minah hanya mengangguk mengiyakan.

Benar saja, Gita benar-benar membawa Dania ke Mall. Keduanya sekarang baru saja sampai di sebuah Mall mewah dengan deretan toko-toko dengan brand-brand terkenal di dunia.

"Wahhh..ini bagus banget non, walaupun saya dulu suka ke Mall tapi Mall-mall yang harganya merakyat."

" Kamu harus terbiasa pergi ke Mall yang sekelas ini. Suatu hari mungkin kamu akan pergi bukan dengan saya tapi dengan suami kamu misalnya.."

Mendengar ucapan Gita, Dania terkekeh membuat Gita menyipitkan matanya. "Kenapa kamu ketawa?"

"Non Gita ini ada-ada saja. Mana ada laki-laki kaya yang mau sama orang modelan saya non, yang mau jual paling laki-laki yang gajinya standart UMR, UMK."

"CK..kamu itu, siapa tahu ada CEO yang suka sama kamu terus diajak nikah gitu.." Dania tersenyum getir mendengar penuturan Gita.

"Jangan berandai-andai terlalu tinggi non, saya tahu kapasitas saya kok. Mana ada CEO yang suka sama seorang pembantu seperti saya. Bahkan keluarga pun sudah tak punya. Keluarga yang saya punya hanya keluarga budhe saya dari pihak ibu.". Gita merangkul bahu Dania membuat gadis itu sedikit terkejut.

"Kan ada aku sama yang lainnya di Mansion, kita keluarga loh Ni...Sudahlah, ayo kita kesana!!" Dania hanya mengangguk dan mengikuti langkah majikannya itu.

Saat masuk ke dalam sebuah butik terlihat Gita mengambil satu dress lalu kemudian menatap ke arah Dania. "Nia, tolong bantu saya pilihkan baju buat sehari-hari sama Carikan saya dress untuk acara-acara tertentu."

"Tapi non, mana saya tahu selera non Gita. Saya hanya orang pinggiran loh non.."

"Gini aja, kamu pilih beberapa baju berapa pun yang kanu pilih, sesuaikan dengan selera kamu."

Dania menatap melongo mendengar ucapan Gita. " Tapi non, saya...

"Sudah ayo...buruan sebelum makan siang saya harus ke dokter, buat perawatan." Dania pun mengangguk dan mengambil beberapa baju dan setelan selesai instruksi Gita.

Setelah selesai dengan urusan di butik, Gita membawa Dania ke sebuah klinik kecantikan untuk perawatan.

"Selamat datang kakak-kakak.."

Baru saja Gita dan Dania masuk ke dalam sebuah klinik kecantikan, .mereka berdua pun langsung di sambut dengan ramah.

Terlihat Gita berbicara dengan seseorang dan terlihat mengintruksikan sesuatu pada orang tersebut. Tak lama, Dania yang duduk di sebuah sofa untuk menunggu di hampiri seorang pegawai klinik.

"Nona Dania, mari iku saya!"

"Eh...mba, bukan saya yang mau perawatan..tapi nona saya." Dania yang memang berpikir hanya menunggu Gita langsung menolak untuk ikut dengan seorang pegawai klinik.

"Tapi, anda nona Dania kan? Tadi nona Gita bilang anda juga akan melakukan perawatan juga."

"Tapi...

"Dania, kenapa kamu masih di situ saja, ayo kamu juga harus melakukan perawatan. Anggap saja ini bonus dari saya! Ayo!!" tiba-tiba Gita sudah berdiri di dekat Dania dan karyawan klinik.

"Tapi ini semua berlebihan non.."

"Nggak ada yang berlebih-lebihan. Ayo !" mau tak mau Dania akhirnya mengikuti arahan Gita.

Lumayan lama mereka ada di klinik kecantikan itu, jam makan siang pun sudah lewat. Jam dua siang mereka baru keluar dari klinik dan kemudian langsung menuju ke sebuah tempat makan.

"Gimana menurut kamu, apa kamu suka dengan treatment yang kamu lakukan hari ini?"

"Ya Allah non, saya baru pertama kali ngerasain treatment loh, enak sih..ada sakit nya juga karena sempat facial tadi. Tapi, keseluruhan saya menikmati. Nanti saya ganti biaya untuk ke klinik tadi ya non.." Gita yang sedang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya langsung melambaikan tangannya.

"Nggak usah..anggap saja reward dari saya."

"Tapi semua ini berlebihan non, nanti apa kata yang lain. Lagi pula saya kan baru jadi pembantu di rumah non." Gita tersenyum tipis mendengar ucapan Dania.

"Mereka sama kamu beda Ni, mereka pekerja mama dan eyang. Sedangkan kamu itu pekerja khusus untuk Kendra jadi, kamu dan mereka intinya berbeda. Penampilan pun harus di bedakan. Kalau sewaktu-waktu Kendra minta kamu ikut perjalanan bisnis pastinya akan bertemu dengan orang-orang penting. Jadi kamu harus bisa jaga penampilan kamu. Mengerti?"

Dania tersenyum kikuk mendengar ucapan Gita. "Tapi, buat apa tuan muda ajak saya non. Lagi pula tuan muda kan ada bang Gading sama ada juga sekertaris nya."

"CK...kamu ini, mereka itu khusus menangani pekerjaan Kendra,kalau kamu kan lain. Kamu ngurus keperluan Kendra dan juga kebutuhan perut Kendra. Karena saya khawatir juga sama dia kalau sedang dalam perjalanan bisnis yang lama, dia terkadang abai dengan kesehatan karena deadline."

Mendengar penjelasan Gita, Dania bisa mendengarkan apa yang menjadi kekhawatiran Gita selama ini. Apalagi dengan kesibukan adiknya yang tidak ada hentinya.

Malam harinya, Dania sudah ada di kamar Kendra. Malam ini Kendra terpaksa lembur dan jam sembilan malam baru saja sampai di rumah besar keluarga Dirgantara.

"Tuan, air hangat nya sudah siap!" suara Dania membuat Kendra yang duduk di atas sofa menoleh ke arah kamar mandi.

Kendra membuka bajunya dan menaruhnya ke dalam keranjang, lalu dia mendekat ke arah kamar mandi. Saat di depan pintu kamar mandi kedua nya pun berpapasan membuat langkah mereka terhenti.

"Astaghfirullah, tuan kebiasaan. Bisa nggak sih, kalau buka bajunya di dalam kamar mandi. Saya kan masih di sini!" Dania memalingkan wajahnya ke sembarang arah saat melihat Kendra yang saat ini sudah bertel*jang dada.

"CK..biasa saja kali, lagi pula nggak sampe bawahnya yang kebuka." Kendra mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu pada Dania.

"Ada saatnya mata kamu lihat yang lainnya." mendengar ucapan Kendra membuat bulu kuduk Dania berdiri.

Benar-benar laki-laki yang ada di dekatnya membuat jantung nya tak aman.

Bersambung