Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
antar nenek
***
Biasanya berangkat ke kandang sekitar jam tujuh atau jam delapan pagi, untuk hari ini Raga akan pergi ke kandangnya nanti sekitar jam satu siang.
soalnya pagi ini Raga harus mengantar nenek nya untuk melakukan cek kesehatan di salah satu rumah sakit yang ada disana, setiap satu bulan sekali nek intan akan melakukan cek kesehatan.
Sementara kek Dani? Sama kok beliau juga, tapi dengan jadwal yang berbeda. Tergantung dokter nya, soalnya nek intan ingin di periksa oleh dokter perempuan, dan kek Dani juga ingin di periksa oleh dokter laki-laki.
Sesekali mereka pernah dapat jadwal yang sama, tapi untuk hari ini ternyata beda. dokter yang biasa nanganin kek Dani sedang ada tugas di luar kota, katanya baru bisa lusa.
“Nek, biasanya lama nggak?” tanya Raga. mereka belum berangkat, sekarang baru jam setengah delapan pagi, untuk jadwal pemeriksaan nya di jam Setengah sepuluh. Di jam delapan dokter nya ada jadwal operasi.
“Tergantung, kalau bareng sama orang lain paling nunggu beberapa menit.” jawab nek intan.
“Waktu pemeriksaan bulan kemarin apa hasilnya?”
“Tekanan darah sampai 350, gula darah 115, asam urat 6.0.”
Raga melebarkan matanya. “Tekanan darahnya tinggi banget, mamang nya gak sakit kepala apa? Terus asam urat, pasti sering makan jeroan” ucap Raga.
“sakit kepala iya, kalau makan jeroan gak sering. Itu juga satu hari sebelum di cek memang makan jeroan, makanya pas di periksa tinggi, urat-urat juga kayak ketarik.” balas nek intan.
“Kalau sekarang lagi ngerasain apa tubuhnya?” tanya Raga.
“masih suka sakit kepala,tapi gak separah bulan lalu. Kayanya semenjak nenek kurangin garam, makanan juga lebih di jaga, sekarang mah keluhan nya lebih ke sakit punggung sama kaki” jawab Nek intan.
Raga ngangguk-ngangguk kepala, pantas kalau makan rasanya agak hambar. Tapi pernah rasanya pas, dan itu juga di atas meja makan nya ada dua piring masakan nya. Raga tidak pernah protes, apalagi biasanya setiap pagi Raga jarang makan nasi, tapi semenjak tinggal bareng kakek nenek nya, setiap pagi pasti makan nasi.
“Berangkat sekarang aja yuk,” ajak nek intan.
Raga melihat jam tangannya. “baru juga jam delapan kurang sepuluh menit, nanti aja jam setengah sembilan.” balas Raga.
“Mending sekarang, takutnya bareng sama pasien lain. Harus cepat-cepat dapat no antrian diawal.” ucap nek intan.
Mau tidak mau akhirnya Raga setuju berangkat sekarang, sudah dari pagi ia sudah memanaskan mobil nya. Jadi sekarang tinggal Berangkat.
.
sekitar 40 menit mereka baru sampai di rumah sakit, biasanya 30 menit juga sudah sampai. di tengah jalan tadi ada kecelakaan, membuat jalanan sedikit macet.
“Ini dokternya gak bakalan ikut periksa korban kecelakaan kan ya?” tanya Raga. Mereka baru keluar dari mobil.
Kecelakaan yang barusan terjadi bukan hanya satu kendaraan, tapi sekitar ada empat. Satu mobil dan tiga motor.
“Semoga aja nggak, lagian sekarang dokter Nisa nya lagi di ruangan operasi.” jawab nek intan.
“Iya juga sih”
keduanya berikan menuju bagian resepsionis, untuk daftar lagi sekaligus meminta no antrian. Raga hanya memperhatikan apa yang di lakukan neneknya, ia mengernyitkan keningnya saat melihat neneknya membayar biaya pemeriksaan hari ini.
“Lho, Raga kira bayarnya langsung di awal tahun, selama dua belas pertemuan sudah di bayar. Ternyata gak begitu” ucap Raga.
nek intan menerima no antrian, kemudian menatap cucunya. “Ya gak lah, bayarnya setiap jadwal cek kesehatan.”
“Periksanya di lantai berapa?”
“Lantai 3, no antrian 4.”
Raga memegangi tangan neneknya, nek intan jalannya sangat pelan.
“Nek, pakai kursi roda aja. daripada di paksa jalan nanti malah sakit.” saran Raga.
“Lah iya, kenapa baru kepikiran.” ucap nek intan.
“Nenek tunggu dulu sebentar, raga mau ambil kursi roda nya dulu.” ucap Raga dan di balas anggukan kepala oleh neneknya.
Kebetulan didekat pintu masuk, sudah di siapkan kursi roda. Jadi Raga tinggal mengambil tanpa harus memina kepada suster.
Raga mempersilahkan Nenek untuk duduk, setelah nek intan duduk dengan tenang, baru raga mendorong menuju lift.
“Yang sering bareng nenek, sudah pada berumur atau masih muda?” tanya Raga.
“Berumur semua, terus kebanyakan yang punya penyakit penuh dari satu, tapi nenek pernah di rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam, untungnya cuma sekali.” jawab nek intan.
Raga dan nek intan sudah berada di lantai tiga, baru keluar dari dalam lift bukan berarti akan langsung ke tempat pemeriksaan. mereka harus menelusuri jalan lagi, nek intan yang menjadi petunjuk. kalau Raga sih belum tahu soalnya ini baru pertama kali ikut neneknya cek kesehatan.
“Ini kita sudah dua kali lewat belokan, berapa belokan lagi?”
“Satu lagi.” jawab nek intan.
Dan setelah di belokan ketiga, tinggak lurus sebentar setalah itu sampai. Terlihat ada tiga orang disana yang sedang menunggu juga.
Nek intan menyapa mereka sebentar, berbasa-basi dulu. Raga mepertahankan ketiga ibu-ibu yang sedang duduk disana, “Nek, itu mereka gak ada yang nemenin?” tanya Raga sedikit berbisik.
“gak ada, kalau di tanya pasti jawaban nya lagu mendiri, gak mau ngerepotin orang rumah.” jawab nek intan berbisik juga.
Selama nunggu dokternya selesai di ruang operasi, raga memilih untuk bermain games di ponsel nya.
Di jam sembilan lewati 20 menit, dokternya baru selesai dan berjalan ke arah mereka. meminta maaf karena sudah menunggu lama.
Raga tidak penasaran dengan wajahnya dokter Nisa, Kalau di dengar dari suaranya seperti masih muda. Raga tetap fokus pada ponsel nya.
“Nanti mau ikut ke dalam gak?” tanya nek intan.
Raga melirik neneknya, kemudian menggelengkan kepalanya. “Raga tunggu disini aja.”
Terdengar suara suster yang berdiri di depan pintu mulai memanggil nama pasien sesuai dengan no antrian.
“Katanya dokter Nisa baru gagal nikah, kamu gak mau daftar jadi calon nya?” bisik nek intan
“Gak minat, apalagi sama orang yang baru saja ngalamin hal yang buruk. Sudah pasti butuh waktu cukup lama untuk memulihkan perasaan nya lagi.” jawab Raga.
“Tapi wajahnya sudah liat?”
“Belum, lagian gak penting kepo sama muka orang lain.”
Nek intan tidak lagi membicarakan dokter Nisa, orang pertama di periksa sudah selesai dan sudah pulang. Kini di dalam no antrian 2, masih ada satu orang lagi baru bagian neneknya.
Orang pertama tidak begitu lama, orang kedua lama sedikit, tapi pas giliran no antrian 3. Cukup lama.
“Lama banget.” gumam Raga, tadi pas no 3 masuk Raga melirik jam tangannya, dan sekarang juga ia lihat, ternyata sudah 25 Menit.
Pas setengah jam, baru selesai dan kini giliran nek Intan.
paling bener sih raga sama bulan