NovelToon NovelToon
Ayudia Putri Dari Istriku

Ayudia Putri Dari Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Haram Sang Istri / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hania

Karena cinta kah seseorang akan memasuki gerbang pernikahan? Ah, itu hanya sebuah dongeng yang indah untuk diriku yang telah memendam rasa cinta padamu. Ketulusan ku untuk menikahi mu telah engkau balas dengan sebuah pengkhianatan.

Aku yang telah lama mengenalmu, melindungi mu, menjagamu dengan ketulusanku harus menerima kenyataan pahit ini.

Kamu yang lama aku sayangi telah menjadikan ketulusanku untuk menutupi sebuah aib yang tak mampu aku terima. Dan mengapa aku baru tahu setelah kata SAH di hadapan penghulu.

"Sudah berapa bulan?"

"Tiga bulan."

Dada ini terasa dihantam beban yang sangat berat. Mengapa engkau begitu tega.

"Kakak, Kalau engkau berat menerimaku, baiklah aku akan pulang."

"Tunggulah sampai anak itu lahir."

"Terima kasih, Kak."

Namun mengapa dirimu harus pergi di saat aku telah memaafkan mu. Dan engkau meninggalkanku dengan seorang bayi mungil nan cantik, Ayudia Wardhana.

Apa yang mesti ku perbuat, aku bukan manusia sempurna....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: Membatasi Komunikasi

Mungkin saat ini kah yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu. Rasa sakit yang disebabkan oleh pengkhianatan benar-benar membuatku susah untuk bangkit.

Aku bukan orang kuat yang bisa menanggung semua ini dengan lapang dada. Hanya saja aku malu mengatakannya. Aku bukan manusia super yang disakiti tak kan sakit. Tapi aku hanya bisa bisa mencoba untuk bersabar.

Tapi aku bersyukur mempunyai Tuhan yang maha Pengasih yang kasihnya tanpa batas, memberiku seorang Ayu sebagai penghibur laraku selama ini. Dan Dia maha Penyayang, yang sayangnya tiada terkira, hingga aku mampu menerima dan menyayangi Ayu meski luka ini masih ada.

Untuk selanjutnya aku hanya bisa berpasrah pada-Mu ya Allah dengan apa yang Engkau gariskan untukku dan untuk putriku. Karena aku tak lagi bisa menjaganya.

Dika belum juga beranjak dari tempatnya. Ia masih terpaku di ruang kaca sampai pesawat yang membawa Ayu menghilang dari pandangannya.

***

“Mbok, Aku titip rumah ini ya,” kata Dika sepulang dari mengantar Ayu ke bandara.

“Mengapa Den Dika berkata seperti itu. Apa Den Dika ingin pergi dari sini?”

“Di sini terlalu banyak kenangan baik dengan Lea maupun Ayu. Rasanya aku belum sanggup melupakan mereka.”

Dia yang menyaksikan seluruh kisah yang menimpa Dika tentu mengerti dengan suasana hati tuannya saat ini.

“Mengapa tidak dijual saja, Den? Agar kenangan itu hilang.”

“Nanti akan aku pikirkan lagi. Siapa tahu suatu hari aku ingin mempergunakan kembali.”

“Apa Den Dika masih berharap Non Ayu kembali.”

“Tentu, Mbok. Bagaimana pun dia lah yang menghubungkan aku dengan Lea.”

Oh…

Mbok Sari pun tertunduk sedih, tak tahu akan berkata apa. Jika Dika belum bisa melepas kenangan bersama Lea, apa yang dia lakukan, hampir tak ada.

“Kapan Den Dika pergi?”

“Malam ini.”

“Baiklah Den. Mbok hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Den Dika.”

***

Di Sidney....

“Tante, aku pinjam hpnya. Aku kepingin telpon Papa,” kata Ayu sambil merajuk.

Baru juga sehari, Ayu sudah merengek, ingin bertemu dengan papanya. Padahal rencananya kita tidak akan komunikasi dulu sampai satu bulan ke depan. Agar Ayu cepat kerasan. Tapi kalau sudah seperti ini, rasanya Sofia pun tak tega.

“Baiklah.” Sofia pun menekan nomor Dika dengan panggilan video. Untungnya tidak tersambung. Hanya terdengar bunyi dering panjang.

“Wah mungkin Papa Dika sudah tidur,” ucap Sofia beralasan.

“Kok tidur, sih. Kan sudah pagi,” kata Ayu tak mau kalah.

“Iya Ayu. Kalau di sini pagi, di sana malam. Papa sedang istirahat.”

Dia terlihat kecewa, menundukkan kepala dengan muka cemberut dan membuang nafasnya dengan kasar.

“Nanti sore kita hubungi lagi. Papa pasti sudah bangun.”

“Huaahhh…” ungkapnya kesal.

“Sekarang Ayu mandi, kita akan ke sekolah Ayu yang baru.”

“Ya deh.” Ia pun bergegas mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi, meski dengan wajah yang ditekuk.

Untuk sementara kerinduan Ayu bisa diabaikan dengan kegiatan sehari ini, meski hanya sementara. Karena sepulang dari jalan-jalan, dia menanyakan lagi tentang papanya.

“Kalau sekarang, papa pasti sudah bangun.” Ayu pun mengingatkan membuat Sofia tersenyum tipis. Anak-anak ingatannya tajam, susah banget lupanya. Diberi janji sedikit, diingatnya sampai terpenuhi.

Dengan terpaksa, Sofia pun menghubungi Dika kembali. Saat terbuka yang terlihat adalah wajah Ameena. Maklumlah saat itu Ameena sedang meminta tanda tangan Dika. Posisi dekat banget dengan Dika. Apalagi saat membuka layar handphone, Dika sedang tanda tangan. Handphone tergeletak begitu saja di sampingnya.

“Halo adik cantik,” sapa Ameena.

“Kamu siapa? Jauhi papaku!” kata Ayu dengan keras, membuat Ameena tersenyum lebar menahan tawa, meski akhirnya lepas juga. Hahaha ….

“Aku harap kamu menjaga sikap, ini di kantor,” kata Dika dengan wajah dingin. Dia segera menyerah berkas yang sudah ditandatanganinya pada Ameena.

“Maaf Mr.” Dia menerima berkas itu dengan tegang. Lalu segera meninggalkan ruangan Dika. 

Dalam hati menggerutu. Mengapa bosnya ini tak pernah berubah, dingin sedingin es di kutub utara. Dia hanya terlihat hangat hanya denga putrinya saja. Selain itu, jangan harap melihatnya bosnya tersenyum. Apalagi semenjak Ayu jarang lagi menemaninya.

“Papa, itu siapa sih. Sudah dibilang, kalau aku akan menangis bila Papa dekat-dekat wanita,” ucap Ayu setengah menangis.

Dika hanya tersenyum dan diam. Dia tak punya jawaban yang bisa ia katakan pada Ayu. Dia membiarkan Ayu bicara apa saja, sampai puas. Dia hanya diam. Setelah Ayu selesai, dia baru berkata.

“Sudah selesai marahi papa, nih.”

“Sudah, Pa,” kata Ayu lega.

“Ya sudah, sekarang di sana sudah malam, kan. Ayu istirahat ya. Besok Ayu harus sekolah lagi, kan. Insya Allah satu bulan lagi Papa akan jenguk Ayu. Sabar ya,” kata Dika dengan bijak. Bukan dirinya tak suka Ayu meneleponnya. Tapi sudah saatnya ia menata hatinya kembali yang selama ini terlalu terseret oleh masa lalu. Semoga bisa.

“Mengapa harus satu bulan, Papa?” tanyanya dengan cemberut.

“Papa harus kerja, kan.”

“Baiklah, Pa. Assalamualaikum.” Dia menyerah, meski dia masih berharap kalau papa Dika menjenguknya lebih dari itu.

“Waalaikum salam.”

Tak lama kemudian wajah Ayu pun menghilang dari layar. Dika pun bernafas lega. Kini, jika ia merindukan Ayu sebelum waktu yang sudah ia sepakati bersama tiba, ia hanya bisa memandang potret Ayu yang ia jadikan wallpaper.

***

Ayu sangat senang bisa ikut dengan bibi Shofia di Sidney meski ia harus memendam rindu untuk papa Dika. Kerinduannya bisa terobati manakala papa Dika tak lupa mengunjunginya di setiap akhir bulan.

Namun saat ia sudah semakin besar, Papa Dika sudah jarang mengunjunginya. Bahkan hampir 5 tahun, Ayu tak berjumpa dengan papa Dika. Hanya kadang-kadang saja ia dapat bertemu dengan Dika. Itupun ketika papa Dika ada kepentingan bisnis di Sidney. Selain itu, jangan harap ia bisa bertemu. 

Apakah ia sudah melupakannya? Tak mungkin. Buktinya ia masih menerima kiriman hadiah dari Papa Dika saat ulang tahunnya. Dan ia tak pernah lupa mengisi debit tabungannya.

Kerinduannya sangat dalam, ingin sekali ia pulang. Hidup bersama dengan papa Dika. Namun papa Dika tak membolehkannya sebelum bisa menyelesaikan pendidikan. Kalau bisa S2 atau S3. Ah, itu sangat lama.

Tidak, ia tak mau menurutinya. Ia akan kembali setelah SMA saja dan melanjutkan di Indonesia. Agar bisa dekat dengan papa Dika. Mau menemani Papa Dika yang sampai saat ini hidup sendiri.

Tapi besok adalah ulang tahunya yang ketujuh belas. Dia ingin papa Dika datang.

“Papa harus datang. Ini ulang tahunku yang ke-17, Papa. Aku akan mengundang seluruh teman-teman. Jangan buat Ayu kecewa,” tulisnya di layar WA.

Ayu tak berharap langsung dibalas. Karena begitulah biasanya.

Tapi kali ini aneh, begitu terkirim, tak lama kemudian sudah centang biru. Dan terlihat seseorang sedang mengetik. Ayu mencoba sabar menunggu. Tak lama kemudian muncul kata-kata yang ia harapkan.

“Tak sangka putri Papa sudah hampir tujuh belas tahun. Ayu pingin hadiah apa dari papa?”

“Ayu nggak minta apa-apa. Ayu hanya ingin Papa datang. Itu hadiah terindah bagi Ayu saat ini.”

"Baiklah, Insyaallah akan Papa usahakan."

1
Mike Shrye❀∂я
mampir akak.
mampir juga di karya aku ya🤭
partini
lanjut Thor,aku berharap perjodohan ayu ga ada Thor di ganti yg lain
partini
good story 👍👍👍👍
Hania
iya kakak.
cuman akan aku persingkat.

sayang kalau tak ku teruskan tulisan ini.

biar deh, walaupun tak lulus review.
yang penting selesai dulu.
Hania: terima kasih kk🙏
total 3 replies
partini
Thor ini dari awal lagi yah,,kemarin kan ayu udah di jodohin biarpun sama ayah dika saling mencintai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!