 
                            Erina (29th) dipaksa Ayahnya bercerai dari suaminya. Erina dipaksa menikah lagi untuk menebus kesalahan Ayahnya yang terbukti telah menggelapkan uang perusahaan. 
Agar terbebas dari hukuman penjara, Erina  dipaksa menikah dengan Berry, seorang CEO dari perusahaan ternama tempat Ayahnya bekerja. 
"Tolong Nak. Ayah tidak ada pilihan lain. Bercerai lah dengan Arsyad. Ini jalan satu-satunya agar ayahmu ini tidak masuk penjara," Wangsa sangat berharap, Erina menerima keputusannya,
 
"Tinggalkan  suamimu dan menikahlah denganku! Aku akan memberimu keturunan dan kebahagiaan yang tidak kau peroleh dari suamimu." pinta Berry tanpa peduli dengan perasaan Erina saat itu.
Bagaimana Erina menghadapi polemik ini? Bagaimana pula reaksi suami Erina ketika dipaksa bercerai oleh mertuanya sebagai syarat agar Erina bisa menikah lagi?
Yuk baca kisah selengkapnya, seru dan menegangkan! Happy reading!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 Menangani Kasus
Seminggu telah dilewati Erina dengan kesedihan. Tanpa melakukan pekerjaan rutinnya di sekolah. Kini dia harus bangkit dari kesedihan dengan kehidupan yang baru tanpa suami di sampingnya. Menjadi orang tua tunggal buat Alana, membuatnya semangat mengarungi hidup ini.
Erina tersenyum melewati beberapa rekan guru yang berjalan memasuki ruangan mereka.
"Hallo Bu Erina! Lama sekali Ibu izin tidak sekolah. Duh Bu sejak tidak ada Ibu, anak-anak di kelas Ibu ada aja ulahnya. Tawuran dengan sekolah lain lah, ikut-ikut demo segala kemarin. Akhirnya beberapa orang tertangkap walaupun sudah diatasi kepala sekolah. Ibu sih dihubungi susah banget, hapenya dinonaktifkan ya Bu?" keluh salah satu guru yang merasa lelah menghadapi kelas yang terkenal spesial itu.
Erina meletakkan tasnya di atas meja. Lalu duduk sambil memeriksa agenda kelas yang seminggu tak dijamah.
"Iya Bu, maaf ya. Karena ada sesuatu jadi merembet kemana-mana. Sekarang gimana kasusnya sudah selesai, kan?" tanya Erina merasa tidak enak hati.
"Alhamdulillah sudah. Tapi ya itu, pasti selalu saja terjadi hal-hal yang tidak terduga,"
Baru saja guru tersebut bicara, ada salah satu siswa yang mendekati meja Erina dan melaporkan tindakan kriminal yang dilakukan salah satu siswa yang ada di kelas X TSM.
"Ada apa?" tanya guru tersebut menatap laki-laki yang dikenal sebagai siswa kelas XII.
"Ada yang mencurigakan Bu! Tadi saya lihat Razan menemui preman pasar di belakang sekolah!" Ujar lelaki itu sambil matanya melirik ke kanan dan ke kiri, sepertinya dia tidak mau ada orang lain tahu dengan keberadaannya.
"Masa sih? Huh! Razan lagi Razan lagi. Ga ada kapok-kapoknya tuh bocah bikin masalah aja di sekolah," ucap guru tersebut gemas sendiri.
"Emang dia tuh gitu Bu. Kayak yang kurang kerjaan. Dibilang orang miskin tapi kalau ke sekolah bawa mobil. Dibilang orang kaya tapi sering mengedar narkoboy. Udah Bu tangkap aja, kalau perlu di keluarkan saja dari sekolah ini. Bikin malu sekolah aja. Citra sekolah bisa-bisa rusak karena ulahnya?" cerocos siswa tersebut penuh kebencian.
Erina bergeming mencerna ucapan siswa tersebut. Dia tidak bisa percaya begitu saja pada satu orang apalagi gelagat siswa tersebut pun mencurigakan.
"Gimana Bu Erin? Anak didik Ibu Erin itu, nakal banget ya? Aaaarrrgh bikin pusing saja,"
Erina tidak langsung merespon ucapan guru tersebut. Guru yang selalu terlihat paling menderita dan paling capek setiap harinya.
"Apa kamu yakin itu Razan?" tanya Erina menelisik.
"Yakinlah Bu. Lihat gerak-geriknya. Walaupun dia memakai sweater hitam dan memakai masker, saya yakin itu pasti dia. Untuk membuktikannya Ibu bisa menggeledah tasnya. Pasti barang haram itu masih ada di sana. Tapi tolong ya Bu, rahasiakan kalau saya yang melaporkan hal ini ya Bu!" pintanya khawatir identitasnya diketahui Razan.
Siswa tersebut memberikan tanda bukti berupa rekaman video pendek yang berdurasi lima menit.
"Sini Ibu pinjam hapenya!" Erina langsung mengirim rekaman itu ke ponselnya, sebagai bukti yang akurat. Lalu menghapus video tersebut dari galeri siswa tersebut.
"Kamu tidak perlu menyimpan video tersebut. Biar Ibu yang menyimpannya sebagai bukti, jadi video yang tadi ibu hapus!"
"Lho kok dihapus sih Bu?" protes siswa tersebut.
"Iya sengaja Ibu hapus. Ibu tidak mau ada seorang pun yang menyebar video tersebut di medsos. Khawatirnya kamu sendiri yang kena, biar kamu aman!" jawab Erin masuk diakal.
"Baik terima kasih infonya. Nanti sewaktu-waktu kamu akan Ibu panggil untuk penyidikan selanjutnya, silakan kamu masuk kelas!"
"Baik Bu!"
Siswa tersebut kembali ke kelasnya dengan hati yang senang.
"Saya rasa tidak hanya kelas X yang dirazia. Kita adakan razia mendadak ke semua kelas! Saya yakin tidak hanya anak kelas X pelakunya, pasti ada sindikatnya! Pak Roy, Pak Damar bantu saya merazia anak-anak! Kita mulai di kelas X dulu!"
Erina mengajak Pak Roy sebagai kesiswaan dan pak Damar pembina OSIS untuk merazia semua kelas.
"Saya gimana, ikut juga?" tanya Ibu guru yang bernama Emi.
"Tidak perlu Bu. Saya khawatir Ibu kecapean. Tapi kalau Ibu mau masuk kelas untuk mengajar ya mengajar saja. Tapi tolong jangan beritahu mereka kalau nanti ada razia dadakan!" pinta Erina cukup jelas.
Mereka pun langsung menuju kelas X TSM didampingi oleh guru lainnya untuk membuktikan ucapan siswa tersebut dengan merazia tas para siswa.
Kelas yang biasa gaduh mendadak sepi manakala Erina sudah berada di depan kelas. Razan yang melihatnya pun wajahnya berbinar. Dia bahagia melihat guru yang mirip mamanya itu kembali lagi ke kelasnya.
"Pak Damar tolong geledah tas mereka! Semuanya diam tidak ada yang bergerak!" Instruksi Erina dengan mata yang memindai ke seluruh ruangan.
Para siswa terhenyak dengan ucapan Erina yang meminta guru lelakinya menggeledah tas mereka satu persatu. Baru kali ini tindakan tegas dilakukan oleh guru BK yang berani menerima resiko.
"Ini Bu, saya menemukan barang ini di tasnya Razan!"
nahh lohh Bu Emmi ... bersiap lahh
Tenang Bu gurumu ngk kan biarkan mu pergii
gimana dia bisa di atur kalau papanya aja ngk ngertii
Byk yg gk suka ma razan apalg guru” pdhl mereka bs aja dipecat dan dikluarkan sm papa razan