NovelToon NovelToon
Not Everyday

Not Everyday

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Obsesi / Keluarga / Konflik etika
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gledekzz

Hidup Alya berubah total sejak orang tuanya menjodohkan dia dengan Darly, seorang CEO muda yang hobi pamer. Semua terasa kaku, sampai Adrian muncul dengan motor reotnya, bikin Alya tertawa di saat tidak terduga. Cinta terkadang tidak datang dari yang sempurna, tapi dari yang bikin hari lo tidak biasa.

Itulah Novel ini di judulkan "Not Everyday", karena tidak semua yang kita sangka itu sama yang kita inginkan, terkadang yang kita tidak pikirkan, hal itu yang menjadi pilihan terbaik untuk kita.

next bab👉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gledekzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senyum di balik debu

Mobil Gue bawa melaju pelan di jalan yang rame siang ini. Sinar matahari jatuh miring, buat gedung-gedung tinggi di sisi jalan keliatan megah dari biasanya.

Gue baru aja selesai ngurus kerjaan di kantor, dan di kepala Gue masih berputar isi rapat pagi tadi. Tapi jujur, ada hal lain yang lebih buat hati Gue nggak tenang, pesan singkat Adrian.

Awalnya, Gue cuma iseng buat ngobrol sama dia biar hati Gue tenang. Tapi dia malahan kayak ngerti banget, Gue butuh dia saat ini. Dan janji temu kami berdua jadi berubah, saat dia kirim pesan lagi, bahwa dia masih kerja dan belum bisa pulang.

Katanya, kalau Gue mau ketemu, harus sabar nunggu, karena pekerjaannya belum kelar.

Entah kenapa, hati Gue langsung gatal buat ngecek. Alasan Gue simpel, kebetulan jalurnya searah sama jalan pulang. Padahal kenyataannya, Gue sengaja muterin arah.

Akhirnya, Gue sampai di depan bangunan besar yang masih setengah jadi. Dari papan proyek yang terpajang, Gue bisa liat jelas bagunan itu bakal jadi hotel mewah.

Crane menjulang, suara mesin bor nyaring, dan debu putih beterbangan di bawa angin.

Gue berhentiin mobil agak jauh, lalu turun sambil merhatiin sekeliling. Rasanya aneh. Gue nggak pernah kebayang, Adrian kerja di tempat kayak begini.

Yang ada di kepala Gue selama ini, dia cuma lelaki santai, receh, selalu nongol tiba-tiba entah dari mana. Tapi sekarang Gue liat dia di dunia nyata yang keras, bukan cuma dunia candaannya.

Mata Gue menelusuri ke atas. Dan di sanalah Gue liat dia.

Adrian lagi bergantung dengan alat pengaman, cat semprot di tangan, mengecat salah satu sisi di luar bangunan. Badanya bertahan di sabuk dan tali, wajahnya keliatan serius banget, fokus pada bidang dinding di depannya.

Sekilas Gue bengong. Itu pertama kalinya, Gue liat Adrian tanpa senyum, tanpa komentar konyol, tanpa gaya santainya.

Serius banget.

Gue bahkan sampai nahan napas beberapa detik, memperhatikan tiap gerakan tangannya. Ada ritme yang rapi, penuh perhitungan, seakan dia udah terbiasa. Dan entah kenapa, pemandangan itu buat dada Gue sangat aneh.

Tiba-tiba, Adrian noleh ke bawah. Mata kami bertemu.

Deg.

Seketika wajah seriusnya lenyap, di ganti senyum jahil khas dia. Alisnya terangkat, seolah lagi ngeledek. "Tunggu bentar! Gue kelarin dulu!" tanpa mikir panjang, dia teriak.

Suara itu nyaring, pecah di udara siang, tapi anehnya buat Gue pengen ketawa. Gue refleks geleng-geleng kepala, pura-pura nggak peduli, padahal jantung Gue berdetak lebih kenceng dari biasanya.

Gue mundur sedikit, bersandar ke mobil sambil tetap memperhatikan dia. Sialnya, tiap kali Gue liat, Adrian curi-curi pandang ke arah Gue. Tangannya tetap kerja, tapi matanya sering ngelirik ke bawah.

Gue mulai salah tingkah sendiri. Gue pengen pura-pura sibuk main ponsel biar nggak keliatan kayak lagi ngamatin dia.

Dia senyum tipis, lagi.

Sial.

Di bawah teriknya matahari, keringetan, lusuh, baju kerjanya belepotan cat, tapi wajahnya masih aja... tampan.

Gue benci harus ngaku ini, tapi bahkan dalam kondisi kayak gitu, justru pesonanya makin keliatan. Nggak dibuat-buat. Natural.

Namun ada hal lain yang buat Gue nggak bisa sepenuhnya santai. Dari dekat, Gue perhatiin wajahnya lebih jeli. Garis rahangnya lebih tegas, tapi kulitnya agak pucat, kantung matanya lebih jelas.

Dan beberapa gerakan, dia kayak nahan sesuatu. Mungkin capek, mungkin sakit. Gue nggak tau pasti, tapi jelas ada yang di tutupin.

Pas dia sempet nengok lagi ke arah Gue, ekspresinya berubah cepat. Senyumnya ditarik lebih lebar, seolah pengen nutupin apapun yang tadi Gue liat.

Dan Gue... hanya bisa diam.

Ada rasa nyesek yang aneh. Gue baru aja tau Darly ngebangun topeng biar keliatan hebat. Tapi Adrian, dia juga punya hal yang di tutupin, cuma bedanya bukan buat untuk dipamer. Lebih kayak... dia nggak mau orang lain khawatir.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Adrian nurunin diri. Alat pengamannya di lepas, tangannya penuh cat, wajahnya agak belepotan.

Tapi begitu kakinya nyentuh tanah, hal pertama yang dia lakuin adalah ngelirik Gue dengan senyum jahil.

"Lo beneran dateng ternyata," katanya sambil ngelap keringat pakek punggung tangan. "Gue kira ngasih alamat doang, buat lo nyasar."

Gue mendengus kecil. "Kebetulan lewat aja."

Dia ketawa kecil, jelas-jelas kayak nggak percaya. "Kebetulan? Lo pikir Gue bego?"

Gue nunduk, pura-pura nyari sesuatu di dalam tas. "Ya udah, lo jangan banyak bacot. Gue mau liat, ternyata lo beneran kerja."

Adrian mendekat, jaraknya tinggal setengah meter. Gue bisa cium bau cat samar bercampur keringat dari badannya. Anehnya, bukan jijik, Gue ngerasa... nyata. Jauh lebih nyata dari parfum mahal yang biasanya di pakek Darly.

"Gimana?" Adrian sengaja menunduk, nyari kontak mata. "Keren, kan? Lelaki serabutan tapi tetap tampan?"

Gue hampir kelepasan ketawa, tapi buru-buru nahan. "Narsis banget."

Dia cengengesan, tapi nggak komentar lagi. Hanya nyender sebentar di dinding bangunan, matanya menerawang kayak ada yang dia pikirin. Senyumnya masih ada, tapi lebih tipis, kayak ada beban di baliknya.

Dan Gue sadar, Gue pengen tau banyak. Gue pengen bongkar apa yang sebenarnya dia simpen, sama aja Gue baru tau kepalsuan Darly.

Tapi kali ini, rasa penasaran Gue beda. Bukannya takut di tipu, tapi lebih kayak... pengen ngerti siapa dia sebenarnya.

"Lo kenapa?" Gue akhirnya nekat nanya.

Adrian noleh pelan, senyum kembali jahil, jelas-jelas tatapan matanya tadi kosong. "Nggak apa-apa. Lo lapar nggak? Abis ini Gue traktir deh. Gaji serabutan cukup kok."

Jawaban itu receh, konyol, khas Adrian. Tapi justru buat Gue tambah penasaran.

Gue menghelas napas. "Yaudah, cepetan beresin kerjaan lo. Gue tunggu. Pulang bareng."

Adrian terdiam sebentar, lalu tersenyum melebar lagi. Kali ini bukan sekedar jahil, tapi ada sesuatu yang buat Gue hangat. "Oke. Tunggu bentar lagi. Gue janji nggak lama."

Dan di saat itu, Gue sadar. Gue udah nggak bisa lagi pura-pura biasa aja.

Ada sesuatu tentang Adrian yang perlahan narik Gue makin jauh.

Adrian kembali naik ke lantai atas dengan sangat santai, seakan energi tadi belum ke pakek banyak. Gue tetap berdiri di bawah, merhatiin tiap gerakannya. Entah kenapa, Gue ngerasa aneh.

Di kepala Gue, pertanyaan-pertanyaan mulai menumpuk.

Apa gue... sebenarnya punya perasaan lebih buat Adrian?

Rasanya aneh banget mikirin itu. Tapi kenyataannya, bayangan Darly justru buat Gue kesal. Semua pamer palsunya, semua kata-kata manis yang ternyata cuma bualan, buat Gue mual.

Sedangkan Adrian... meski dia lusuh, receh, dan suka seenaknya, ada sisi jujur yang buat hati Gue goyah. Bahkan pas dia jelas-jelas lagi nutupin sesuatu, Gue tetap ngerasa dia nggak pernah bohongin Gue siapa dirinya.

1
Susi Andriani
awal baca aku suka
Siti Nur Rohmah
menarik
Siti Nur Rohmah
lucu ceritanya,,,🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!