NovelToon NovelToon
ALVANA

ALVANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: aufalifa

"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja

🍃🍃🍃

Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.

Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?

🍃🍃🍃

"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Erik kembali

Mungkin jika bagi orang lain, usaha Alvan untuk menemui Ana sangatlah sia-sia. Berangkat tanpa persiapan, melaju dengan kecepatan diatas rata-rata hingga memakan waktu dua jam. Sesampainya di sana belum ada setengah jam sudah disuruh pulang.

Menurut Alvan Perjalanannya tadi bukankah ара-ара. Menatap paras cantik Ana membuatnya kehilangan rasa penat. Memang sebucin itu Alvan pada Ana

Sekarang Alvan kembali mendapat omelan dari satpam. Sebenarnya Avan merasa bersalah karena sudah meninggikan suara kepada orang yang umurnya jauh lebih tua darinya. Alvan hangat tahu attitude tetapi, omelan satpam membuatnya jengkel.

"Maaf ya, Pak. Udah lancang masuk." Ujar Alvan langsung menyambar tangan kekar didepannya untuk ia cium punggung tangannya.

"Lah anak ini habis tobat apa gimana?"

"Saya tadi lagi panik pak, Mangkanya nggak bisa mengontrol emosi." Alvan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah dari saku celananya. Diberikannya uang itu pada satpam didepannya. "Buat bapak. semoga bermanfaat ya, pak."

"Loh, nak. Ini buat bapak?"

Alvan mengangguk. "Kalau gitu saya permisi, pak. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

🍃🍃🍃

Alvan merasakan nyeri di bagian punggung dan membuatnya tidak fokus berkendara. Hantaman balok yang kedua Membuat Alvan jatuh tersungkur di jalan. Alvan berusaha bangkit meskipun kesadarannya mulai berkurang.

"Loh, kok masih bisa berdiri. Kurang nih pukulannya."  Ketika balok itu hendak mengenai punggung Alvan, dengan secepat kilat Alvan Menendang balok itu hingga terlepas dari tangan lawan.

Dilihatnya satu persatu lelaki didepannya hingga mata Alvan berhenti di satu titik, yakni lelaki yang kini tengah mengisap rokok diatas motor seolah malah menonton dengan apa yang Alvan lakukan nanti.

"Bangsat! kenapa lo nggak ikut bapak lo?!" Murka Alvan hendak menghampiri Erik, tetapi ia sudah lebih dulu dikeroyok anggota Nairles.

Alvan terkapar lemah diatas aspal. la kalah jumlah jika harus melawan banyaknya anggota Nairles.

Tubuhnya sangat lemas, tubuhnya sangat penuh dengan lebam, ujung bibirnya sobek, hidungnya mengeluarkan darah yang kemungkinan tulang hidungnya patah akibat tonjokan yang begitu hebat serta pelipisnya banyak mengeluarkan darah segar.

"Apaan nih tubuh lemah. Nggak Seru dong kalau gue belum main tangan." Ujar Erik dengan membuang putung rokoknya asal

"Pe-pengecut lo semua! Beraninya main keroyokan." Sarkas Alvan di sisa-sisa kesadarannya

Semua tertawa seolah mereka menang pertandingan. Sedangkan Alvan, jangankan membalas, untuk bangkit pun Alvan tak kuasa karena tubuhnya kelewat remuk dan lemas.

"Gue akan berhenti mengusik kalau lo tunduk ke gue! "

"Ssshhh!" Ringis Alvan ketika Erik menginjak luka di punggungnya.

"Katanya tahan banting, nyatanya disenggol dikit aja tumbang." Suara tawaan kembali terdengar di telinga Alvan. Baru kali ini Alvan pasrah dan terlihat sangat lemah didepan musuh.

Ketika Erik hendak menendang kepala Alvan, suara sirene polisi membuat Erik dan anggotanya segera cabut dan meninggalkan Alvan yang terkapar lemah tak berdaya

"Lapor pak terjadi pengeroyokan hingga satu pemuda  ditemukan te-"

"Anjing! Gue masih hidup." Sahut Alvan saat salah satu dari polisi itu hendak mengatakan kalau dirinya tewas

"Polisi goblok! Bukannya dibantuin marah ditinggal laporan." Sarkas Alvan memaksa dirinya untuk bangkit dengan menahan banyaknya rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ketika Alvan hendak berdiri, kelemasan di tubuhnya membuatnya kembali ambruk.

"Anak Muda!!"

🍃🍃🍃

Duduk berhadapan dengan sisa kelemasan nya Alvan dimintai kronologi kejadian semalam. Alvan mulai menceritakan kejadian awal sampai selesai. Polisi itu menunjukkan foto pada Alvan.

"Apakah lelaki ini pelakunya?"

Alvan mengangguk. Polisi itu semakin terlihat jejak akan seseorang yang selama ini menjadi buronan polisi.

"Lelaki ini sudah menjadi buronan polisi. Selama dua tahun ini sudah melakukan jual beli manusia ke luar negri. Selain itu, lelaki ini juga menipu banyak perusahaan besar dan tindakan korupsi di setiap perusahaan terhitung dua puluh milyar." Terang polisi itu memberitahu tanpa Alvan minta.

"Bukan hanya itu." ujar Awar

"Kamu tahu?" Tanya polisi itu

Alvan mengangguk. "Pekerjaan seksual dan tindakan kriminal selain itu juga memperbudak wanita supaya menuruti keinginannya. Termasuk kepuasan nafsu." Terangnya

"Sepertinya anda begitu tahu tentang lelaki ini."

Lagi dan lagi Alvan mengangguk. "Erik dan bapaknya yono merupakan lelaki bejat. Mengurung wanita tak bersalah dan berakhir memperkosa hingga bergilir ke ajudan serta anak buahnya. Wanita itu bunda saya, seorang wanita yang dijual oleh suami tak bertanggung jawab kepada lelaki bejat seperti Yono."

Beberapa polisi saling bertatapan seolah mengisyaratkan sesuatu. "Bisa kita kerja sama?"

"Apa keuntungan saya?" Tanya Alvan balik

"Sebelumnya, kenapa anda tidak melapor pada polisi saat itu?" Tanya polisi itu

"Ngapain lapor kalau keadaan ibunda saya makin memburuk?"

"Setidaknya beritahu kami biar kasus itu cepat tertangani.

"Tertangani? Yang ada polisi datang ibunda saya sudah mati." Ketus Alvan tidak ingin membahas masalah yang nantinya akan membuat Alvan kembali mempunyai dendam.

"Baiklah kalau begitu. Bisa kita mulai bekerja sama?" Tanya polisi itu

"Memangnya saya mau?" Tanya Alvan balik

"Ini demi kebaikan bersama."

"keuntungan saya?" Ulang Alvan

"Dua puluh persen dari gaji kami."

"Hanya dua puluh persen?" Alvan berdecak. "Semua itu tugas polisi, saya tidak ingin terlibat. Erik mempunyai gengster bernama Nairles, markas ada di ujung kota. Selain itu juga punya markas di tengah hutan yang sangat jauh dari kota.

"Baik, terimakasih infonya.  Kami akan berbagi tugas  mencari buronan."

"Antarkan saya pulang karena saya merupakan korban."

🍃🍃🍃

Sesampainya di apartemen, apartemen tampak sepi tak ada orang. Herlin dan juga sus Lilik pun tak ada di apartemen. Dengan langkah sempoyongan, Alvan berjalan untuk menelfon teman-temannya. Namun, dirinya dikejutkan akan banyaknya notifikasi dari teman-temannya. Ada ratusan panggilan tak terjawab dn ribuan spam dari anggotanya.

Belum juga membuka pesan, Arden kembali menelponnya yang kesekian kalinya. Dengan segera Alvan menggeser tombol hijau dan menempelkan benda gepeng itu ke daun telinganya.

"Anjing! kemana aja lo baru bisa angkat telpon gue!"

"Jenguk istri gue yang lagi sakit."

"Buruan ke rumah sakit! Bunda lo dirumah sakit dari semalam."

"Shit! Sus Lilik mana?!"

"Mana gue tahu. Waktu gue mau temui Lo, gue liat bunda lo pingsan tanpa ada Lilik. Bahkan sampai sekarang gue nggak liat Lilik."

"Shit! jemput gue sekarang!"

"Njir! manja amat lo. Tangan kaki kepala masih utuh juga. Uang markas habis buat ruang VIP bunda lo."

"Gue habis dikeroyok Erik, bangsat!"

"Asiap bosku!"

🍃🍃🍃

Arden membantu Alvan berjalan menuju ruang Herlin dirawat. Berkali-kali Arden membujuk Alvan untuk Mengobati luka-lukanya dulu tetapi, Alvan menolak keras hal itu, ia lebih memilih menghampiri Herlin yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang menempel di tubuhnya.

"Bunda bangun, jelaskan semuanya pada Alvan tentang apa yang terjadi." Gumam Alvan

Alvan menoleh kearah Noval. " Cari tahu tentang sus lilik sekarang!"

Noval mengangguk. lelaki yang selalu diandalkan dalam bidang informasi dan komunikasi itu segera menghidupkan layar tablet. Mengotak atik dan melacak keberadaan lilik yang bodohnya tidak pernah mematikan Gps-nya.

"Gimana?" Tanya kenzie kepo

"Dia ada dirumah Erik."

"Bukannya rumah itu disita?" Tanya Arden

"Penyitaan itu hanya berlaku satu minggu. Tapi, surat tanah itu udah ada di tangan gue." Sahut Alvan

"Boss, keknya Lo lebih baik obati seluruh luka ditubuh Lo. Bentar lagi dokter datang untuk cek keadaan tante Herlin." Ujar Kenzie berpendapat

Alvan menurut. Arden langsung membantu Alvan berjalan menuju ruangan untuk membersihkan dan mengobati luka di tubuhnya.

Alvan merogoh saku celananya guna mengambil beberapa lembar uang berwarna merah. Disodorkannya beberapa uang itu pada Arden.

"Beliin gue baju ganti."

"Buang-buang duit lo. Gue ambil baju lo di apartemen." Ketika Alvan hendak menyahut uangnya kembali, Arden langsung menyimpannya kedalam saku.

"Yaelah pelit amat lo sana teman sendiri."

"Ck buruan!" Sepeninggal Arden meninggalkan Alvan, Alvan langsung melepas kaosnya dan hanya menyisakan celana Levis nya.

suster cantik itu menelan ludah susah payah tatkala melihat perut atletis Alvan yang nyaris sempurna. Sedangkan Alvan langsung berbaring diatas brankar.

"Cepet obati! Waktu gue nggak panjang."

"o-oke." Balas suster itu terlihat sangat gugup

"CK, lelet Lo!" Alvan langsung merebut kapas dan alkohol dari tangan suster. Mulai membersihkan bercak darah yang sudah mengering.

Tak lama dari itu, Arden datang langsung melempar kaos kearah Alvan. Dengan sigap Alvan menerimanya dan langsung memakainya. Alvan tidak ingin mata jelalat suster semakin melototi postur tubuhnya.

"Buruan keruang dokter sekarang."

🍃🍃🍃

"Begini, mas. Kondisi ibu Herlin semakin memburuk apalagi setelah sebuah racun sudah mulai menyebar. Fakta untuk ibu Harlin bisa pulih hanya sepuluh persen. Selebihnya tidak bisa diharapkan." Ujar dokter menjelaskan.

Alvan mengangkat satu alis penuh tanda tanya. "Racun apa yang dokter maksud?"

"Racun yang cukup membahayakan, ibu Herlin bisa kejang dan muntah darah. Racun langka yang sampai sekarang pihak ilmuwan belum tahu obat penawarnya. Sepertinya racun itu memang diracik khusus."

Alvan mengusap wajahnya gusar. "Lalu saya harus lakukan apa, dok?!"

"Doakan yang terbaik, mas."

"Sialan! Itu sama aja gue doain bunda supaya cepet mati!" Sarkas Alvan tak terima

"Tuhan itu sayang sama ibu Herlin. Mengapa Tuhan mengambil cepat? Supaya ibu Herlin tidak merasakan sakit lagi."

Alvan semakin murka mendengar ucapan dokter. "Akh! Dokter sialan! Bunda gue baik-baik aja bangsat! Dia nggak akan ninggalin gue! Argghh!! Anjing!! Dok-"

Brak!

Semua langsung menoleh kearah pintu. "DOKTER!! PASIEN RUANG VIP NO DUA RATUS TUJUH KEJANG DAN MUNTAH DARAH!!"

1
Bukhori
lanjut👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!