NovelToon NovelToon
Dipaksa Menjadi Istri Kedua

Dipaksa Menjadi Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Nikah Kontrak
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Kata sah terdengar lantang dari dalam ruangan minimalis itu. Pertanda ijab kabul telah selesai dilaksanakan seiring dengan air matanya yang terus menerus menetes membasahi pipinya.

Apa jadinya jika, karena kesalahpahaman membuat seorang wanita berusia 25 tahun harus menjadi seorang istri secara mendadak tanpa pernah direncanakan ataupun dibayangkan olehnya.

Kenyataan yang paling menyakitkan jika pernikahan itu hanyalah pernikahan kontrak yang akan dijalaninya selama enam bulan lamanya dan terpaksa menjadi istri kedua dari suami wanita lain.

Mampukah Alfathunisa Husna menerima takdir pernikahannya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 15

“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Pak Letnan Faris Aditama,” jawab Nisa dengan suara bergetar.

Tubuhnya menegang, jantungnya berdegup kencang, seakan darahnya berhenti mengalir sesaat ketika menyadari siapa pria di hadapannya.

Ia berusaha mengukir senyum di bibirnya, namun sorot matanya menyimpan segudang rasa was-was, cemas, dan takut.

“Ya Allah, jangan sampai dia tahu kalau aku sedang bersama Mas Azhar. Jika sampai terbongkar, habis sudah rahasia kami,” batinnya merintih.

“Kebetulan banget yah kita ketemu di sini,” ujar Faris sambil tersenyum lebar, matanya menatap penuh selidik.

“Ngomong-ngomong, Mbak Nisa ke sini bareng siapa? Apa sama suaminya, Mbak?” tanyanya Faris yang cukup kepo.

Nisa menelan ludahnya. Jemarinya refleks memainkan ujung hijabnya, menutupi kepanikan yang hampir terbaca jelas di wajahnya.

“Aku… sama suami, Pak. Kalau Bapak, sama siapa?” tanyanya balik dengan suara serak, raut wajahnya pucat pasi.

Faris tertawa kecil, lalu menjawab santai, “Sama teman, cuman nggak jadi nginap. Harus balik ke Takalar. Sayang banget, padahal aku pengen banget kenalan sama suaminya Mbak Nisa.”

“Oh begitu ya, kalau gitu aku pamit dulu, Pak. Aku agak capek, ngantuk juga.” Nisa cepat-cepat menunduk sopan, mencari celah untuk menghindar. Dalam hatinya ia hanya berdoa agar Azhar tidak muncul saat itu juga.

“Oh iya, silahkan, Mbak Nisa,” balas Faris ramah.

Dengan langkah tergesa, Nisa berjalan menuju kamar. Cepat Nisa, jangan sampai Pak Faris melihatmu bersama Mas Azhar. Jika itu terjadi, semuanya akan berantakan gumamnya dalam hati.

Faris masih menatap punggungnya, bibirnya bergumam lirih, “Andaikan kamu belum menikah, pasti aku akan melamarmu. Kamu terlalu layak untuk jadi istriku.”

Di sudut resor, Azhar ternyata juga sedang bersembunyi. Matanya tajam mengawasi, napasnya tertahan. Astaghfirullah… ternyata beberapa rekan kerja juga ada di sini.

Semoga mereka tidak tahu aku bersama Nisa. Kalau sampai ketahuan, tamat riwayatku.

Setelah memastikan aman, ia akhirnya kembali ke kamar. Azhar bersyukur, rahasia mereka masih terselamatkan malam itu.

---

Keesokan Paginya

Suasana pantai begitu syahdu. Nisa dan Azhar duduk berdua menikmati sarapan. Hamparan pasir putih, desiran ombak, dan langit biru membuat hati mereka sedikit tenang.

“Mas, indah sekali ya. Rasanya semua beban hilang saat lihat laut seperti ini,” ucap Nisa sambil tersenyum tipis, matanya berbinar.

Azhar menatapnya lekat-lekat, senyum lembut tersungging. “Iya sayang… kamu seperti laut ini. Tenang, tapi dalam. Hadirmu selalu menenangkan hatiku.”

Nisa menunduk, hatinya menghangat. Namun kedamaian itu buyar ketika ponsel di meja tiba-tiba berdering. Layar menyala, memperlihatkan nama Bu Retno.

“Bu Retno? Itu ibunya Mbak Dianti?” cicit Nisa lirih, jantungnya kembali berdegup was-was.

Azhar sekilas melirik, lalu menghela napas berat. “Nggak penting, biasanya cuma minta uang saja,” ujarnya acuh.

Namun belum sempat suasana tenang, ponsel itu kembali bergetar. Kali ini, nama lain muncul. Dianti.

“Mas, teleponnya Mbak Dian,” ucap Nisa sambil menyodorkan ponsel itu, wajahnya terlihat cemas.

Azhar mendesah gusar. “Nisa… Mas nggak mau angkat. Lagi sama kamu…”

“Tapi Mas, kayaknya penting banget. Takutnya ada hal darurat.” Nisa menggenggam tangannya lembut, menatap penuh harap.

Akhirnya Azhar mengalah. Ia menekan tombol hijau, lalu mendengarkan suara di seberang. Seketika wajahnya pucat, matanya melebar kaget.

“Astaghfirullah apa!? Berliana tertabrak motor?!” teriaknya.

Nisa tercekat, sendok di tangannya jatuh menimpa piring. “Ya Allah…” gumamnya lirih.

Azhar berdiri mendadak, kursinya bergeser keras. “Aku akan segera balik ke Makassar, Dian! Jangan masuk kerja dulu, jagain anak kita. Mama dan Bella bisa bantu di rumah sakit.”

Namun suara Dianti di seberang justru semakin meninggi.

“Enak aja! Aku nggak bisa cuti hari ini. Ada meeting penting, aku manajer pemasaran. Kalau aku bolos, aku bisa dipecat!”

Azhar mengusap rambutnya dengan gusar, nada suaranya meninggi saking marahnya. “Ya Allah, Dian! Anakmu sedang sekarat di rumah sakit dan kamu masih mikirin kariermu!? Ibu macam apa kamu ini!?”

Nisa terdiam, wajahnya pucat mendengar setiap kata yang keluar. Hatinya teriris.

Namun Dianti malah tertawa sinis. “Aku sudah bilang dari dulu, aku nggak pernah mau punya anak lagi dari Mas! Berliana itu hadir karena Mas buang pil KB-ku. Jadi jangan salahkan aku kalau aku tidak peduli!”

Azhar terperangah, tubuhnya bergetar. “Astaghfirullahaladzim, Dian… kamu tega sekali berkata begitu. Dia itu darah dagingmu sendiri!”

Nisa menutup mulutnya dengan tangan, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. Ya Allah, ibu macam apa yang bisa berkata begitu?

“Pokoknya aku tetap berangkat kerja! Ada aku atau tidak, kalau belum waktunya sembuh, Berliana tetap sakit. Jangan buang waktuku, Mas!” bentak Dian, lalu menutup telepon begitu saja.

Azhar terduduk lemas di kursinya, wajahnya menunduk, bahunya terguncang. Air matanya jatuh, ia tidak mampu lagi menahan sakitnya hati.

“Mas…” Nisa meraih tangannya, menggenggam erat. “Sabar ya… insya Allah Berliana anak yang kuat. Allah akan jaga dia.”

Azhar menutup wajah dengan kedua tangannya, suaranya parau. “Nisa hati Mas hancur. Ibu macam apa Dian ini kenapa hatinya begitu tega menelantarkan putri kandungnya sendiri?”

Nisa menarik tubuh suaminya ke dalam pelukan. “Menangislah, Mas. Jangan ditahan aku ada disini khusus hanya untukmu suamiku.”

Suara tangisan Azhar akhirnya terdengar juga. Tangisannya terdengar memilukan hingga tubuhnya terguncang.

“Berliana… putriku bagaimana mungkin ibunya sendiri tidak menginginkan dia…?” ratapnya Azhar yang tak jaga image memperlihatkan sisi rapuh sang mayor ganteng itu.

“Mas…” Nisa membelai lembut punggung suaminya. “Kalau Mas izinkan, aku… aku rela menjaga Berliana. Aku tahu dia bukan darahku, bukan lahir dari rahimku. Tapi bagiku, dia sudah seperti anakku sendiri.”

Azhar menatapnya terkejut, air matanya masih membasahi pipi. “Kamu rela, istriku?”

Nisa mengangguk mantap, matanya basah. “Rela, Mas. Sangat rela. Aku ingin membuktikan kalau Berliana masih punya seorang ibu yang mencintainya. Meski bukan aku yang melahirkan dari rahimku, aku akan menjadi ibu untuknya.”

Azhar menggenggam wajah istrinya, menatap penuh rasa syukur.

“Alhamdulillah… kamu benar-benar anugerah Allah untukku, Nisa.”

Mereka berpelukan erat, seakan dunia runtuh namun mereka tetap bertahan.

Tak lama, Azhar berkata lirih, “Siang ini kita pulang ke Makassar. Berliana butuh kita. Kita harus hati-hati agar tidak ada yang tahu rahasia ini.”

Nisa mengangguk. “Insya Allah, Mas. Aku akan ikut demi Berliana putrinya Mas.”

Malamnya, mereka menghubungi Pak Daud, ayah Nisa. Dengan hati-hati Azhar meminta izin.

Tak disangka, Pak Daud menghela napas panjang lalu berkata, “Kalau itu untuk kebaikan anak kecil yang butuh kasih sayang, Bapak izinkan. Tapi kalian harus waspada. Jangan sampai ada yang tahu rahasia pernikahan kalian.”

“Alhamdulillah…” bisik Nisa, air matanya menetes dengan perasaannya lega.

Azhar menatapnya, menggenggam tangannya erat. “Terima kasih, istriku. Besok kita pulang bersama.”

POV Nisa

Aku terpaku, tubuhku terasa membeku mendengar ucapan-ucapan Mbak Dian dari seberang telepon.

Hatiku seperti diremas-remas, begitu sakit, begitu pedih. Ya Allah, tega sekali seorang ibu berkata begitu pada darah dagingnya sendiri.

Aku menatap Mas Azhar yang kini terduduk lemas, wajahnya tertutup kedua telapak tangan. Bahunya terguncang hebat, tangis yang ia tahan akhirnya pecah juga.

Dadaku sesak melihatnya seperti itu. Laki-laki yang biasanya begitu tegar kini runtuh di hadapanku.

Perlahan, kuletakkan tanganku di atas tangannya. “Mas…” panggilku lirih, suaraku bergetar.

Ia tidak menjawab, hanya menunduk. Aku tahu, hatinya sedang hancur. Air matanya menetes membasahi meja di hadapannya.

Aku menarik napas panjang, berusaha menenangkan diriku sendiri sebelum menguatkan suamiku.

“Mas, tolong jangan terlalu larut dalam kesedihan. Aku yakin, insya Allah Berliana anak yang kuat. Allah akan jaga dia, meski ibunya sendiri tega meninggalkan.”

Tangannya yang dingin kugenggam lebih erat. Aku ingin ia tahu, ia tidak sendirian. Aku ada di sini. Aku ingin jadi sandaran tempatnya pulang, tempatnya meletakkan segala luka dan kecewanya.

Ya Allah, kuatkan hati suamiku. Jangan biarkan ia hancur sendirian. Jika Engkau izinkan, biarlah aku yang menanggung separuh lukanya.

Mataku berkaca-kaca. Hatiku menangis bukan hanya untuk Mas Azhar, tapi juga untuk Berliana, anak kecil yang tak berdosa. Kamu pasti ketakutan, Nak terbaring lemah tanpa kasih sayang ibumu sendiri.

Dalam hati aku berjanji, jika aku diberi kesempatan, aku akan merawatmu. Aku akan jadi ibu untukmu, meski aku bukan yang melahirkanmu.

Kamu akan merasakan pelukan, kasih sayang, dan doa dari seorang ibu. Biarlah aku yang menggantikan kekosongan itu.

Aku mendekap lengan Mas Azhar, membiarkan ia menumpahkan air matanya di bahuku.

“Mas, aku tahu Mas kecewa. Tapi jangan sampai runtuh. Berliana butuh Mas. Dan kalau Mas izinkan, aku juga siap untuk menemani Mas menjaganya.”

Kurasakan tubuhnya bergetar, tangisnya pecah semakin keras. Aku ikut menangis bersamanya. Tangisan kami bercampur, satu karena luka masa lalu, satu lagi karena kasih sayang yang tulus.

Ya Allah, kuatkan rumah tangga ini. Lindungi Berliana. Aku siap, sungguh aku siap jika Engkau amanahkan aku untuk mencintai anak itu seperti darah dagingku sendiri.

1
Yensi Juniarti
maaf kak bukan menghujat tapi alurnya muter2..🙏🙏🙏
aku agak binggung bacanya 🙏🙏🙏
Yensi Juniarti: Alhamdulillah kalau begitu 🙏🙏🙏
total 2 replies
Yuliana Tunru
kadang binging baca penulisan mu thorr saat alur cerita x dan diulang kyk pov gitu berulang2 dgn ulasan yg sama jd bertele2..padahal sdh bahus eh malah terusik dgn pov x pengulangan kisah deh
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: iya yah kakak akan diperbaiki kedepannya 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Yuliana Tunru
wow dian ternyata selinkuh..klo mmg gitu knp msh bertahan dgn azhar cerai gih agar kakian sama2 bahagia dgn pilihan hati
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sama² pemain yah 😂🤭
total 1 replies
Eva Karmita
ya Alloh Nisa Azhar kalian berdua sudah di buatkan cinta ...sadar ngk sih nis ada hati yang lain terluka bilang mengetahui hubungan kalian berdua 💔😩
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Eva Karmita
maju terus Faris jgn gentar rebut hati Nisa ...

Nisa lebih baik menikah dengan duda dari pada jadi plakor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: oh ho duda semakin di depan dong 🤭😂
total 1 replies
Eva Karmita
itu konsekuensi yang harus kamu tanggung Nisa ,, menjadi istri bayangan tak seindah yang dibayangkan akan ada hati yang selalu terluka melihat kemesraan suami dan istri sahnya 💔😭...,, Azhar jangan egois lepaskan Nisa biarkan Nisa mencari kebahagiaan yang lain ,, tidak ada keadilan bagi orang yang berpoligami yang ada hanya luka dan luka yg menggerogoti batin yg penuh luka dan tekanan 💔💔💔💔💔💔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah...
total 3 replies
Eva Karmita
❤️
Eva Karmita
ya Allah jgn sampai ini menjadi awal yang menyakitkan Nisa kamu sudah menyerahkan diri mu ...,, tidak ada rumah tangga yang baik" saja apalagi diawal dengan keterpaksaan ingat Azhar berstatus suami orang , semoga saja Nisa bisa menjalani hari-harinya dengan baik
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe
total 1 replies
Eva Karmita
😭 yg kuat Nisa.... Azhar plesss kalau kamu memang mencintai istri dan anak mu tolong jangan sampai kamu nyentuh Nisa kasihan Nisa anak yang baik kan kamu udah ngomong ngk bakalan jatuh cinta dengan Nisa
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pasti kuat lah KK
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!