Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan Tak Terduga
" Kamu selalu nikmat Neneng! Tidak sia-sia Aku meninggal kan Maryah untuk mu."
Suara berat milik Rudi terdengar jelas dari balik pintu yang tidak tertutup rapat itu,di susul dengan erangan pelan yang begitu memuakkan.
Naima yang baru saja mengangkat tangan hendak mengetuk pintu langsung terpaku di tempat.jantung nya berdegup tak karuan,di saat ibu nya sedang berjuang melawan penyakit yang mungkin sebagian besar penyebab nya dari sang Bapak,pria itu malah sibuk merenda tali cinta bersama selingkuhan nya.
Suara Rudi terdengar tengah memuji selingkuhan nya, padahal selama ini Rudi tak pernah semanis itu kepada Maryah.
" Benar- benar tidak tahu malu."gumam Naima dengan pikiran yang melayang liar.ia mencoba menguatkan diri berharap apa yang di pikir salah namun semua itu kembali terbantah dengan kata-kata yang keluar dari mulut Neneng.
"Mas pelan-pelan."pinta Neneng dengan suara parau, seperti sedang menahan sesuatu dan ini sangat tidak pantas untuk di dengar oleh Naima.
Tubuh nya gemetaran.ia membekap telinga tidak sudi mendengar suara menjijikan itu.rasa nya ia ingin mundur saja dan pergi dari tempat ini,tapi tidak bisa.
" Mas pengen denger Kamu menjerit sayang! Yang keras ya."Rudi memang kasmaran akut, panggilan terhadap Neneng selalu berubah-ubah mengikuti insting nakal nya.
"Mas Rudi lebih cepat Mas, sampai mentok jangan berhenti Mas."Naima semakin terpaku dengan ulah kedua manusia di dalam sana.
Dengan sisa-sisa keberanian,Naima mendorong pintu kuat-kuat sampai menimbulkan bunyi yang begitu keras.
Neneng terjatuh dari sofa dalam keadaan polos sementara Rudi sudah menyembunyikan batang nya menggunakan bantal sofa berukuran mini.
" Dasar anak kurang aj4r,apa yang sudah Kamu lakukan di sini?" teriak Rudi murka.
Kesenangan nya di ganggu,Rudi segera memakai celana nya setelah melihat Naima membalikkan badannya.kesempatan itu juga di gunakan oleh Neneng tapi gerakan nya sangat santai.
" Seharusnya Aku yang bertanya seperti itu kepada Bapak,kalian belum menikah tetapi sudah melakukan hal seperti ini.Dosa Pak...Dosa.." balas Naima lantang.
Ia lalu maju selangkah dengan wajah yang memerah menahan marah, pertengkaran itu mengundang banyak orang untuk mendekati rumah Neneng.belum ada yang berani masuk karena mereka belum tahu duduk permasalahan yang sebenarnya.
" Apa salah Ibu dan Kami sampai Bapak tega melakukan ini kepada Kami bertiga?"suara Naima bergetar, sebenarnya dia tidak ingin bertanya tentang ini tapi entah kenapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut nya.
" Masih kurang berkesan kah semua pengorbanan ibu selama ini? Bapak hanya tahu menyenangkan diri sendiri tapi tidak dengan istri dan anak- anak Bapak."serang Naima tapi Neneng malah tersenyum mengejek ke arah nya.
Plak...
Rudi yang masih kesal karena belum bisa menuntaskan batang nya melampiaskan kekesalannya terhadap Naima,wajah Naima berubah menjadi merah setelah di t4mpar oleh Bapak nya sendiri.
" Aku tidak mencintai ibu mu lagi, pergi dari sini dan jangan pernah muncul lagi di hadapan ku."Naima mengepal kan tangan dengan erat,kalau bukan karena ibu nya Naima juga tidak Sudi menatap wajah Rudi lagi.
" Aku akan pergi,tapi serahkan dulu sertifikat rumah kepada ku,dan Bapak juga wajib memberikan nafkah untuk Aku dan Dito." pinta Naima langsung pada tujuan nya.
Rudi tertawa mengejek mendengar permintaan Naima.rumah itu akan selalu menjadi milik nya dan tidak akan pernah di bagi kepada Maryah atau pun kedua anak nya.siapa mereka berani meminta harta milik Rudi.
" Itu rumahku, kalian tidak punya hak atas rumah itu lagi,dan apa Kamu bilang tadi! Nafkah? Aku tidak punya uang,kalau mau uang ya kerja jangan minta-minta seperti mental pengemis saja." sungut Rudi kembali menyalah kan Maryah atas kedatangan Naima di rumah Neneng, padahal Maryah sama sekali tidak menahu tentang kejadian pagi ini.
Sebelum Naima menjawab, terdengar suara dari belakang Bapak nya,siapa lagi pemilik suara itu kalau bukan Neneng.
" Rumah itu akan segera menjadi milik ku, sertifikat nya akan Aku gadai untuk biaya pernikahan kami."wajah Neneng penuh kesombongan dengan dagu yang di anggap tinggi.
" Pergi dari rumah ku,kaki kotor mu tak pantas menginjak lantai rumah ku.bilang sama Ibu mu jangan lupa datang di pesta pernikahan kami." Neneng tanpa menimbang perasaan Naima langsung bergelayut manja di lengan Rudi.
Naima membeku setelah di tampar kenyataan berkali-kali.bukan hanya Bapak nya saja,bahkan selingkuhan Bapak nya juga tega menyakiti perasaan Naima,Rudi malah membiarkan hal itu terjadi sama sekali tidak berniat untuk membela anak nya.
" Ibu sedang sakit Pak, sekarang Ibu di rawat di rumah sakit membutuhkan biaya yang besar,Aku mohon berikan sertifikat itu kepada Aku." pinta Naima dengan wajah memohon nya berharap hati Rudi luluh.
Namun semua itu tak akan pernah menjadi kenyataan,Rudi tetap lah Rudi yang kejam dan egois.mata dan hati nya sudah tertutup oleh Neneng.
" Mau sakit atau m4ti sekali pun Aku tidak akan peduli dengan dia lagi,kami sudah berpisah jadi Aku tidak punya kewajiban apapun terhadap dia lagi." ujar Rudi tanpa beban.
" Sertifikat rumah itu tidak akan pernah menjadi milik kalian ,Kamu tidak mendengar apa yang di katakan Neneng tadi." sambung Rudi sambil merangkul bahu Neneng.
Kesabaran Naima sudah habis, melihat ada banyak orang di luar sana.Naima lalu memanfaatkan kesempatan bagus ini.
" Kenapa Bapak lebih perduli kepada pelakor ini ketimbang Ibu yang sudah menemani Bapak sejak dulu." teriak Naima membuat suara nya terdengar hingga keluar.
Bisik - bisik tentang Neneng yang menjadi pelakor dalam rumah tangga orang lain mulai bertabuh kencang.mereka semakin mendekat tidak mau ketinggalan informasi.
" Dan Kamu pelakor, dasar murahan tidak punya harga diri." sambung Naima menatap nyalang Neneng.
"Naima...." suara Rudi menggelegar kencang.
Rudi yang tidak terima dengan ucapan Naima kembali menyerang Naima sampai membuat wajah nya penuh bekas telapak tangan Rudi.
" Kenapa Pak! Benar kan wanita ini yang sudah membuat Bapak lupa daratan.Neneng adalah pelakor yang setiap malam selalu tidur dengan Bapak sementara Bapak masih sah sebagai suami ibu." Naima tidak perduli dengan rasa sakit pada wajah nya.
Ia ingin membuat Neneng membayar tuntas apa yang selama ini ibu nya rasakan, tidak semua nya tapi dengan menyicil seperti ini sudah cukup bagus.selanjutnya Naima kembali harus memutar kepala mencari bala bantuan untuk mengobati ibu nya.
" Aku bukan pelakor,bapak mu yang mengejar Aku." seru Neneng begitu percaya diri padahal kenyataannya dia lah yang terlebih dahulu menggoda Rudi hingga terjalin hubungan terlarang.
Pelakor... Pelakor...Naima terus berteriak di depan wajah Neneng,Rudi yang hendak membungkam mulut Naima langsung di tahan oleh beberapa warga.
" Jangan main tangan,dia putri anda sendiri." ujar seseorang lalu menarik Naima untuk berlindung di belakang tubuh nya.
" Mereka berdua tukang selingkuh Pak, mereka sudah berzina di rumah ini." teriak Naima membalas sakit hati dengan cara yang berbeda.
Wajah Neneng pias menahan malu, padahal selama ini dia selalu mengaku kepada tetangga bahwa Rudi adalah Abang kandung nya sendiri sehingga Rudi bisa bebas keluar masuk di rumah nya.mereka semua percaya dengan ucapan Neneng,namun akibat kedatangan Naima semua menjadi runyam.
Neneng gelagapan,ia yang masih memakai daster tipis langsung bersembunyi di balik badan Rudi.
" Wanita ini sudah merusak rumah tangga orang tua saya, sekarang ibu saya sedang sakit karena ulah wanita ini." Naima sama sekali tidak membiarkan Neneng lolos.
Para emak-emak yang sangat membenci yang nama nya pelakor, berlomba-lomba masuk ke dalam rumah sampai membuat rumah Neneng sesak.
Semua perabotan rumah sudah berhamburan akibat serangan dari para emak-emak.
" Dasar tukang bohong,selama ini ngaku nya kakak beradik ternyata pasangan kumpul kebo."
" Eh Neneng ngga takut dosa Kamu."
" Percuma cantik gitu tapi tukang mencuri."
" Besok-besok kita tidak perlu lagi datang ke salon nya, pelakor tidak punya tempat di gang sini."
" Sudah kita arak saja mereka,kalau perlu lapor polisi saja . kasihan anak nya sampai babak belur begini."
Tubuh Rudi juga ikut menegang,Naima yang sudah berhasil mempermalukan Rudi dan Neneng lalu pamit untuk berangkat ke sekolah, sebelum itu Naima sudah terlebih dahulu di interogasi oleh Pak RT.
" Tidak apa-apa Aku tidak mendapatkan uang,hati ku puas melihat mereka di arak oleh warga." gumam Naima sambil tersenyum puas.
Kedatangan Naima di sekolah di sambut banyak pertanyaan oleh Lara, Naima tidak berani menceritakan tentang kondisi ibu nya kepada Lara,ia takut menyusahkan Lara lagi.
"Nai,jangan diam saja! Katakan sejujurnya kepada Aku."bujuk Lara penuh harap.
Naima terdiam sejenak lalu berkata lirih hampir seperti bisikan dan tidak mampu terdengar dengan jelas oleh Lara.
" Kita tidak perlu membalas pria brengsek itu, sekarang dia sudah mendapatkan balasan nya."ucap Naima pelan sekali.
Lara mengernyitkan dahi dengan wajah heran.
" Nai,Kamu ngomong apa sih,Aku nggak dengar." tadi Lara juga yang membantu mengompres pipi Naima dan menyamar kan bekas tamparan itu menggunakan alat seadanya.semua itu dilakukan agar tidak menimbulkan pertanyaan dari para guru-guru karena Naima yang tidak mau masalah keluarga nya sampai ke sekolah.
" Bukan apa-apa lupakan saja." Naima menggeleng sambil tersenyum tipis dengan nada suara yang di buat seceria mungkin.
Lara masih belum puas,ia ingin membujuk nya lagi tapi ia tahu Naima adalah orang yang keras kepala sama seperti dia,mungkin sahabat nya ini sedang butuh waktu untuk menenangkan diri.
Bersambung...
Jangan lupa like,vote,bantu rate ⭐⭐⭐⭐⭐ dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar teman-teman semua nya.
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...