Hani Ainsley adalah anak dari perkawinan antara manusia dengan seorang vampir, karena suatu masalah ibunya harus menitipkan Hani ke salah satu rumah warga karena wanita itu tidak bisa membawanya pergi. Saat kecil Hani ia hidup menderita karena tidak pernah disayang oleh ibu yang mengadopsinya. Namun, semua berubah saat ia beranjak dewasa dan mulai berevolusi menjadi vampir. Akankah Hani bisa mengubah nasipnya di kemudian hari? Dan siapakah orang tua kandungnya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa likenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lutfiatin Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghancurkan Rumah Milik Sofyan
Di sebuah laboratorium terlihat seorang pria yang terbaring di dalam kotak pendingin. Dari bibirnya terucap kata. “Tolong Ayah, Nak. Tolong!”
Hani terbangun dengan dadanya yang terasa sesak, dia melihat sang ibu sudah tidak berada di sampingnya. Panik, dia pun segera berlari keluar kamar untuk mengecek keberadaan wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu. Ternyata Dinda sedang memasak di dapur, tanpa pikir panjang, Sindy langsung menjatuhkan tubuhnya ke pelukan sang ibu.
“Eh, ada apa ini?” Dinda kebingungan karena tiba-tiba dipeluk, kemudian dia segera mengeringkan tangan dan mengusap kening anaknya yang berkeringat.
“Aku mimpiin Ayah lagi, Bu. Sepertinya Ayah benar-benar kesakitan. Aku ingin segera bertemu dengannya,” isaknya seperti anak kecil.
Dinda akhirnya menasihati sang anak, bahwa lawannya itu bukan orang biasa. Lagi pula belum ada yang tahu di mana letak laboratorium milik Bondan. Mereka harus bersabar sambil pelan-pelan mengatur strategi.
“Ayah kamu itu kuat, Sayang. Ibu yakin dia bisa bertahan, udah jangan sedih. Ayo, ikut Ibu sarapan.”
Sindy pun sedikit tenang setelah diberi pemahaman oleh ibunya. Tidak berapa lama, seluruh penghuni rumah pun berkumpul untuk sarapan pagi. Mereka berbincang-bincang sambil menikmati makanan. Akan tetapi, perbincangan itu harus segera terhenti saat terdengar beberapa peluru mulai ditembakkan ke dalam rumah.
“Merunduk semuanya!” Sammy segera membalikkan meja tempat mereka makan dan menjadikannya benteng perlindungan.
“Apa-apaan ini?! Bagaimana mereka bisa tahu tempat ini?!” kata Sofyan sambil mengintip ke arah jendela. Di sana terlihat jelas pemimpin mereka. Ya’ Bondan berdiri tegak sembari melipat tangannya di dada.
“Aku tahu kalian ada di dalam, cepat keluar!” ancam Bondan kepada seluruh penghuni rumah.
“Suara itu, ibu mengenalnya. Dia orang yang menculik Ayah kalian,” ujar Dinda kepada anak-anaknya.
“Sam! Dorong lemari itu, di sana ada pintu yang mengarah ke bawah tanah. Kita bisa lewat sana!”
Sammy melakukan apa yang pamannya perintahkan, sambil satu persatu dari mereka pergi, suara tembakan dari luar masih terdengar. Beberapa furnitur rumah pun hancur ditembaki, satu peluru hampir saja bersarang di tubuh Sarah. Namun, Sammy dengan cepat menarik wanita itu ke pelukannya.
Setelah semuanya masuk, Sammy meminta mereka semua untuk pergi terlebih dahulu agar dia bisa mengalihkan perhatian mereka. Namun, Dinda melarangnya. Sofyan pun menjadi penengah, pria itu meyakinkan Dinda bahwa Sammy lebih kuat dari yang mereka kira. Dengan berat hati, Dinda mulai melangkah pergi. Tersisalah Sammy dan Sarah. Gadis itu berpesan agar pria di hadapannya datang dalam kondisi hidup dan baik-baik saja.
“Iya, kamu juga harus hati-hati,” balas Sammy sebelum akhirnya menutup pintu rahasia tersebut.
Sammy menunggu beberapa saat, kemudian keluar dengan menendang pintu hingga jebol.
“Akhirnya kamu keluar juga. Mana gadis itu?” tanya Bondan.
“Kalian tidak akan pernah bisa menangkapnya!”
Bondan memerintahkan anak buahnya untuk menembaki Sammy. Namun, mereka salah memilih lawan. Pria itu dengan mudahnya menghentikan peluru-peluru tersebut dan membalikkan arahnya. Seperti senjata makan tuan. Satu persatu dari pengawal Bondan tumbang. Sammy dengan cepat bergerak mendekat kemudian mematahkan leher mereka hingga tewas.
Bondan merampas salah satu senjata api, dia mulai menembakkan ke arah Sammy. Namun, pria itu sangat gesit. Dia melompat dari satu pohon ke pohon yang lain, membuat semua peluru milik Bondan terkuras habis. Dengan menggunakan kekuatan yang penuh, Sammy mencabut sebuah pohon dan melemparkannya ke arah orang-orang suruhan Bondan.
“Cepat pergi dari sini!” teriak salah satu dari mereka yang tahu bahwa sebuah pohon akan dilempar ke sana.
Sekelompok manusia beserta pemimpin mereka lari kocar-kacir untuk menghindari pohon besar tersebut. Setelah mendapatkan kesempatan, akhirnya Sammy bisa menyusul keluarganya karena orang-orang tadi sibuk menyelamatkan diri.
Bondan yang juga ikut tertimpa reruntuhan pohon segera diselamatkan, setelahnya dia mendapat laporan bahwa telah kehilangan jejak Sammy. Bondan mengumpat seraya membanting senjata yang dipegangnya. Kesal, mereka pun segera pergi karena sudah bisa dipastikan Arya akan segera sampai.
***
Rombongan Sofyan berhenti di bawah pohon yang rindang, mereka melepas lelah seraya menunggu Sammy yang masih melawan Bondan dan pasukannya.
“Bukankah mereka orang-orang yang ingin menangkapku di kampus waktu itu,” gumam Sindy.
“Iya, dia orang suruhan Bondan,” seru Dinda.
“Aku masih tidak habis pikir, bagaimana bisa mereka menemukan rumahku dengan mudah,” pikir Sofyan yang masih penasaran.
“Bondan selalu punya banyak cara untuk mendapatkan kemauannya. Aku yakin dia sudah memiliki sebuah rencana,” sahut Dinda.
Beberapa saat kemudian, pria yang ditunggu-tunggu pun datang. Dinda dan yang lainnya sangat bersyukur karena Sammy kembali dengan kondisi baik-baik saja. Mereka pun segera pergi dari sana. Sofyan mengajak mereka ke suatu tempat. Sesampainya di tempat yang dimaksud mereka semua keheranan.
Sarah bertanya, “Ini rumah siapa, Yah?” Merasa asing dengan rumah tingkat dua yang ada di hadapannya.
Sofyan menjelaskan bahwa sebenarnya, rumah itu untuk hadiah pernikahan putrinya kelak. Akan tetapi, dikarenakan keadaan yang mendesak, mereka harus tinggal di sana terlebih dahulu.
“Bu, sebaiknya kita beristirahat dulu. Ibu pasti lelah,” kata Sindy sembari mengajak sang ibu masuk ke rumah mewah tersebut.
Dinda menurut saja karena dia memang merasa lelah.
***
Sebuah mobil BMW terparkir di pinggir jalan, dua pria dewasa keluar dari sana. Arya dan Bayu terkejut melihat keadaan rumah tersebut. Hancur lebur, beberapa pohon berserakan. Ada bekas darah di mana-mana, tetapi tidak ada mayat sama sekali. Aneh, tentu saja. Anak buah Bondan sudah membersihkan tempat itu sebelum Arya datang.
Bayu pergi ke belakang rumah, dia melihat bekas peluru dan seisi rumah sudah hancur. Akan tetapi, pemuda itu tidak menemukan seorang pun di sana. Keduanya meneriakkan nama Hani dan Sammy, mereka mencari dari arah yang berbeda. Tiba-tiba, Bayu merasa ada sesuatu yang aneh, tidak mungkin ada yang datang ke sini jika tidak tahu alamatnya. Dia pun menghampiri Arya. “Ini pasti ulah kamu, ‘kan?”
Arya tidak mengerti, dia pun bertanya apa maksudnya.
“Enggak usah pura-pura bego! Pasti kamu memberitahukan alamat ini ke ayahmu, makanya mereka datang lebih dulu untuk menangkap Hani. Dasar sialan!”
Terjadilah baku hantam di antara keduanya, Arya pun tidak terima karena tiba-tiba dipukul oleh Bayu.
“Kamu gila, Yu! Mana mungkin aku bersekongkol dengannya. Kalaupun benar itu ulah ayahku, aku juga enggak tahu dia dapat lokasi ini dari mana. Kenapa kamu enggak percaya sama aku, ha?!” Arya tetap mengelak.
“Lalu dari mana ayahmu bisa tahu kalau bukan kamu yang mengatakannya!” Bayu masih mempertahankan emosinya.
Arya berlari ke dalam mobil, dia curiga ada sesuatu dalam ponselnya hingga menyebabkan lokasi itu bocor ke tangan orang lain. Pemuda itu segera membongkar benda pipih tersebut, kemudian mendapati alat penyadap di sana.
‘Sialan, aku dijebak rupanya!’ umpat Arya kesal karena mengetahui kebenarannya.
Bayu memanggilnya sangat kencang. Lalu Arya mengisyaratkan padanya untuk diam dan menjauh dari mobilnya. Setelah itu, dia menghampiri Bayu.
“Ada apa?”
“Sialan! Ponselku disadap. Aku enggak tahu kapan dia memasangnya.”
Bayu emosi, kemudian menyuruh Arya untuk membuang ponselnya. Namun, Arya berpikir bahwa ponsel itu pasti akan berguna nanti. Dia akan membeli ponsel yang baru untuk menghubungi Bayu. Kini, Bayu kembali dibuat bingung, mereka harus mencari Hani ke mana lagi. Arya menenangkannya dengan berkata bahwa dia akan mencoba mencarinya lagi.
***
Sofyan bingung, mengapa Bondan dan anak buahnya bisa mengetahui rumahnya. Padahal dia tidak pernah tertangkap selama bertahun-tahun. Sarah pun meminta ayahnya untuk tidak membicarakan hal itu lagi, karena yang terpenting adalah mereka semua sudah selamat. Selain itu, ia juga mengingatkan Sofyan untuk memasang kode pelindung baru di rumahnya.
Bersambung.