NovelToon NovelToon
Mon Chéri [Sayangku]

Mon Chéri [Sayangku]

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Fantasi Wanita
Popularitas:757
Nilai: 5
Nama Author: Pricilia Gabbie

Danica Teressa, seorang gadis belia yang cantik, manis, bertalenta, harus mengalami hal buruk di masa remajanya karena hamil di luar nikah, diusianya yang masih delapan belas tahun.
Keneth Budiman adalah crush Danis disekolah dan juga laki-laki yang menghamili Danis. Tapi Keneth dan kedua orangtuanya menolak untuk bertanggungjawab.
Danis terpuruk dan hilang harapan.

Tiga tahun kemudian, Danis secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Anzel Wijaya di kota Montreux, Swiss. Akankah benih-benih cinta tumbuh diantara mereka berdua?

Dan apakah Keneth akan datang kembali untuk mengakui perbuatannya kepada Danis? Dan mengakui bahwa ia adalah ayah dari anak yang dilahirkan Danis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pricilia Gabbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

"Aku Bersedia"

Ansel nampak mondar-mandir di ruang kerjanya. Ansel masih bingung bagaimana cara untuk dapat menghubungi Danis.

Ansel sudah menawarkan beberapa opsi kepada sang investor, tapi beliau tetap bersikukuh meminta wanita yang dilihatnya di restaurant untuk menjadi model katalog.

Ansel bukan tipe pria yang berinisiatif menghubungi wanita yang tidak terlalu dikenalnya. Selama ini juga walaupun untuk urusan pekerjaan dia tidak ingin terlibat lebih jauh dengan perempuan manapun.

Mungkin ini juga alasan kenapa sampai Ansel sulit mendapat pasangan. Karena tembok pertahanan yang dia bangun sangat sulit untuk ditembus. Sedikit kaku, dan kurang inisiatif.

“Hhhhh... Hanna menyusahkan ku saja”, gerutu Ansel.

Ansel menimbang-nimbang.

Tapi dia juga tidak ingin mengecewakan para investor.

Tidak mau sampai planning besar yang sudah dirancang ini gagal.

Ansel akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan text kepada Danis.

“Hai Danis... aku Ansel….

Maaf mengganggu waktu kamu. Bisakah malam ini kita bertemu? Ada hal yang ingin aku bicarakan”.

Pesan text berhasil terkirim...

Kini Ansel menunggu respon dari Danis.

Beberapa menit kemudian.

Ting...

Masuk pesan text balasan dari Danis.

“Hai,,, ansel... apa kabar?

Iya bisa, tapi bisa gak ketemuannya jam 6 saja? Kalau terlalu malam aku udah gak bisa.

Mau ketemu dimana?”.

Ansel tampak lega membaca balasan Danis...

“Bisa. Bagaimana kalau di Montmartre Café?”, Ansel menawarkan.

“Ok”. Danis menyetujui.

Ansel tiba 10 menit sebelum jam enam.

Kemudian disusul Danis.

Danis langsung menuju meja di mana Ansel berada.

“Hai... aku gak terlambat kan?”, tanya Danis.

Ansel berdiri menyambut kedatangan Danis.

“Gak, kamu datang tepat waktu! Ayo silahkan duduk”, Ansel mempersilahkan.

“Mau pesan minum atau kue?”, Ansel menawarkan.

“Iya boleh...”.

“Begini Danis, maksud aku meminta kamu untuk bertemu, karena ada hal yang ingin aku bicarakan.

Kemarin waktu kita bertemu di restaurant, saat itu aku juga ada meeting dengan salah satu investor. Kami akan meluncurkan design baru perhiasan. Dan ternyata beliau memperhatikan kamu. Beliau sangat tertarik dan menginginkan kamu untuk menjadi model katalognya. Aku sudah mencoba menawarkan opsi lain, tapi beliau tetap bersikukuh menginginkan kamu yang menjadi modelnya.

Aku sangat berharap agar kamu bersedia.

Tapi aku tidak akan memaksa kamu saat ini juga.

Kamu punya waktu untuk mempertimbangkannya.

Tapi kalau kamu memang tidak bersedia saya akan mencoba menjelaskan kepada beliau”.

Danis tidak menyela selama Ansel memberitahu hal itu.

Karena Danis cukup kaget dan bingung harus menanggapinya bagaimana.

Pikirnya... Apa yang dilihat investor itu dalam dirinya? Kenapa harus dia?

Tiba-tiba Danis tertawa lucu...

“Kamu sedang bercanda kan nsel? Lagipula apa kelebihan aku?” tanya Danis merendah.

“Aku serius Danis. Dalam hal ini aku sedang tidak bercanda. Aku hanya menyampaikan apa yang menjadi harapan investor”. Kata Ansel serius.

Danis yang tadinya masih senyum-senyum langsung terdiam.

“Kayaknya aku gak bisa menerima tawaran itu Ansel”.

“Ow... ow... jangan terburu-buru Danis. Aku akan memberikan kamu waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan hal ini.

Aku pikir ini akan menjadi kesempatan yang sangat bagus buat kamu.

Keluar dari zona nyamannya kamu, mencoba hal baru.

Aku yakin kamu sangat berbakat Danis, dan itu juga yang membuat mereka tertarik.

I knew you’d be able to do it”, ansel berusaha meyakinkan Danis.

Danis hanya bisa terdiam.

Setelah begitu banyak hal yang dia alami, membuat Danis sedikit kehilangan kepercayaan dirinya.

Dan untuk tawaran ini, dia merasa tidak layak untuk melakukannya.

“Baiklah... aku akan mempertimbangkannya. Beri aku waktu untuk berpikir”, Ucap Danis.

“Oke... hubungi aku kalau kamu sudah menemukan jawabannya”.

Setelah pertemuan malam itu, Danis jadi tidak bisa beraktivitas dengan tenang.

Danis berusaha untuk mengabaikannya.

Tapi semua perkaatan dan tawaran Ansel selalu terngiang-ngiang di otaknya.

Dalam hati kecilnya, Danis merasa tertantang, tapi Danis masih tidak berani untuk menerimanya.

“Apakah aku bisa melakukanya? Tapi bagaimana kalau aku justru mengecewakan mereka? Tapi kesempatan ini gak akan datang dua kali.

Mungkin inilah cara agar aku bisa melawan rasa takut dan membangun kembali rasa percaya diri aku”. Danis berkelahi dengan pikirannya sendiri.

Sore ini Ansel sedang mengamati gambar design-design terbaru perhiasan yang akan di luncurkan. Tampaknya sangat serius.

Drrrrrt...

Drrrrrt...

Drrrrrt...

Tiba-tiba handphonenya berbunyi.

Tertera nama Danis disana.

“Hai, Danis... apa kabar? Apakah kamu sudah menemukan jawabannya?” tanya Ansel to the point.

“Hai, Ansel maaf aku mengganggu waktumu.

Ansel… aku bersedia, aku menerima tawaran kamu”. Danis memberikan jawabannya.

“Yess!”, ucap Ansel dalam hatinya.

Dan mengangat kepalan tanganya di atas meja.

“Terimakasih Danis. Kalau begitu besok pagi apakah kamu bisa datang ke kantor aku untuk tandatangan kontraknya? Nanti aku kirim alamat kantor aku”. Ansel memang tipe cowok yang tidak bisa berbasa-basi, selalu saja langsung mengatakan point pembicaraan.

“Ok baik... sampai ketemu besok”. Danis mengakhiri pembicaraan.

1
Mèo con
Ini author beneran jago banget, keren! 👍
Pricilia Gabbie: apakah masih ngikutin update ceritanya? bagaimana tanggapannya?/Smile/
Pricilia Gabbie: terimakasih banyak buat supportnya 🙏🏻 semakin semangat buat update 🥰
total 2 replies
Pricilia Gabbie
/Kiss/ sabar ya sayang nunggu updatenya 🤏🏻
Muriel
Ga sabar buat kelanjutannya!
Pricilia Gabbie: udah baca updatenya?? /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!