NovelToon NovelToon
Dikhianati Tunangan Dinikahi Pria Mapan

Dikhianati Tunangan Dinikahi Pria Mapan

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:134.1k
Nilai: 5
Nama Author: Itta Haruka07

Kelahiran bayi hasil pengkhianatan tunangan dan adiknya, membuat Nara merasakan puncak kehancuran. Rasa frustrasi dan kecewa yang dalam membuat Nara tanpa sengaja menghabiskan malam dengan seorang pria asing.
“Aku akan bertanggung jawab dan menikahimu.” -Daniel Devandra Salim
“Menikah dengan pria asing? Apakah aku bisa bahagia?”
“Seluruh kekayaanku, akan kugunakan untuk membahagiakanmu.”
Dalam pernikahan yang dikira menjadi jalan bahagia, Nara justru menemukan sebuah fakta yang mengejutkan tentang Devan yang tidak pernah dia sangka. Di saat yang sama, ipar alias mantan tunangannya mencoba meyakinkan Nara bahwa dia hanya mencintai wanita itu dan menyesal telah mengkhianatinya.
Akankah Nara berhasil mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya dengan Devan?
Ataukah dia mengalami kegagalan dan kembali pada mantannya?
*
*
Follow IG @ittaharuka untuk informasi update novel ini ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai, menghiasi wajah tenang Devan yang tertidur lelap dalam pelukan Nara. Mata Nara perlahan terbuka. Wajah suaminya begitu dekat, damai, dan entah kenapa, menimbulkan rasa nyaman yang tak terduga. Jantungnya berdebar pelan. Bukan debaran gugup, melainkan ketenangan yang menenangkan.

Dengan hati-hati, Nara melepaskan diri dari pelukan Devan. Ponselnya berdering nyaring, memutuskan kesunyian pagi. Ia melihat layar yang menampilkan nama "Mama Gina". Ibu mertuanya.

“Halo, Ma?” sahut Nara, suaranya masih sedikit serak karena baru bangun tidur.

“Sayang, gimana keadaan kalian? Apa kalian sudah bangun?” suara Mama terdengar khawatir.

Nara melirik Devan yang masih tertidur lelap di ranjang pengantin. “Iya, Ma. Aku baru bangun. Kami baik-baik saja kok. Ini aku baru mau pesan sarapan.”

“Oh, syukurlah. Nikmati waktu kalian di hotel ya, Sayang. Kalau perlu, tambah saja waktu menginapnya. Kejadian semalam … mungkin agak mengacaukan malam pertama kalian, ya?” suara Mama terdengar penuh pengertian.

Pipi Nara bersemu merah. “Iya, Ma. Nanti aku bicarakan dulu sama Devan.”

“Baiklah, Sayang. Jangan sungkan-sungkan, ya. Hubungi Mama kalau ada apa-apa.” Mama Devan lalu menutup telepon.

Nara mendeesahkan napas dengan pelan, menatap Devan kembali. Semalam … mereka memang tidak melakukan apa pun. Ciuman-ciuman mereka in-tim, sangat in-tim, tetapi Devan tidak meminta lebih. Padahal, ia sudah siap. Kenapa?

Pertanyaan itu kembali mengusik pikirannya. Kejadian Devan memukul pamannya semalam masih menghantui pikirannya. Mungkinkah itu penyebabnya?

*

Uap hangat dari makanan memenuhi ruangan, membaur dengan aroma tubuh Devan yang baru saja mandi. Pria itu, dengan hanya mengenakan handuk kimono yang setengah terbuka, mendekati Nara yang tengah mengamati hidangan sarapan mereka di meja.

Sentuhan Devan yang tiba-tiba membuat Nara tersentak, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. “Kamu udah selesai mandi?”

“Hem. Kamu udah lapar, ya? Mau sarapan sekarang?” Devan balik bertanya, suaranya lembut, tetapi ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katanya. Ia memeluk Nara dari belakang, tangannya mendarat di perutnya.

Nara menoleh, tersenyum tipis. “Iya, dari semalam aku belum makan.”

Sentuhan Devan, kehangatan tubuhnya, semuanya membangkitkan kembali kenangan akan kemesraan mereka semalam—kemesraan yang begitu "tanggung", meninggalkan rasa penasaran dan kegelisahan yang menggantung.

Devan mencium bibir Nara singkat. Ciuman yang terlalu cepat, terlalu ringan, seperti sebuah isyarat untuk menutupi sesuatu. “Kalau gitu, ayo kita makan. Kita harus siap-siap untuk pulang!” Ia melepaskan pelukannya, seolah-olah buru-buru ingin mengakhiri momen tersebut.

Nara menatap Devan dengan tatapan penuh pertanyaan, tetapi kata-kata itu tertahan di tenggorokannya. Ia membutuhkan waktu, mungkin sambil menikmati sarapan.

“Mama bilang, kita bisa tambah waktu di sini. Menurutmu gimana?” tanya Nara, suaranya terdengar sedikit ragu.

Devan mengunyah makanannya pelan, menatap Nara sesekali. “Nggak bisa, Nara. Kita harus pulang. Sore ini aku ada kerjaan penting. Aku juga belum diskusi sama Papa soal kejadian tadi malam …” Kalimatnya terhenti, diselingi oleh helaan napas yang berat. Rasa bersalah terlihat jelas di wajahnya, melihat Nara yang masih tampak syok.

“Semalam …” Suara Nara sedikit gemetar, mengungkapkan kegelisahan yang terpendam.

Devan sudah menduga apa yang akan Nara tanyakan. “Aku minta maaf tentang kejadian semalam, Nara,” ucapnya dengan suara rendah, dan menunduk. “Aku kehilangan kendali.”

“Bukan itu, Dev!” Nara menyela, kemudian menarik napas dalam-dalam. “Kita berciuman, sangat in-tim. Tapi … kamu tidak meminta lebih. Kenapa?” Pertanyaan itu terlontar, membuka lembaran baru dalam dinamika hubungan mereka yang masih rapuh.

Pertanyaan Nara membuat pria itu terkejut hingga menyemburkan makanannya. Devan terbatuk-batuk, wajahnya memerah. Ia buru-buru meneguk air, mencoba untuk menetralisir rasa canggung yang memenuhi ruangan.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Nara, terlihat khawatir. Ia segera menyelesaikan sarapannya dan dengan lembut mengusap punggung Devan.

“Em … itu …” Devan tampak berpikir keras, mencari jawaban yang tepat. Ia tak ingin membuat Nara salah paham, tetapi ia juga belum siap untuk jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi.

“Kamu masih terlalu lemas, ya? Kamu kehilangan energi?” Nara menebak dengan hati-hati, mencoba memahami situasi Devan.

Devan mengangguk, mengerti bahwa mereka seharusnya telah melakukan hubungan suami istri semalam. Mereka baru menikah, dan seharusnya momen itu menjadi penyatuan yang sempurna.

“Em, iya … nggak tau kenapa tubuhku rasanya sangat lemas. Aku takut kamu kecewa kalau aku di kondisi yang nggak maksimal,” jawab Devan, suaranya terdengar ceria, tetapi ada sedikit kepura-puraan di dalamnya.

“Em, begitu ya.” Nara sebenarnya merasa sedikit malu membicarakan hal ini, tetapi sebagai suami istri, ia ingin memastikan apa yang dirasakan Devan.

“Kalau hari ini … gimana?” tanya Nara, mengangkat sebelah alisnya, mencoba untuk bersikap sedikit menggoda.

Jantung Devan berdebar kencang. Ia harus menemukan jawaban yang lebih logis untuk menghindar. Pandangannya jatuh ke tangan mereka yang bertaut, kemudian ke perut Nara. Lalu, sebuah ide muncul di benaknya.

“Aku bukannya nggak mau melakukannya sama kamu, Nara tapi … aku khawatir sama anak kita di perut kamu,” ucap Devan, suaranya terdengar sedikit gugup.

Nara menatap Devan dengan bingung. Ia belum hamil, kenapa Devan berpikir seperti itu?

“Kamu pasti bingung, ya?” Devan melanjutkan, mencoba menjelaskan dengan nada yang lebih lembut. “Maksudku, waktu itu kita melakukannya tanpa pengaman. Kita juga sama-sama mabuk waktu itu. Kalau waktu itu 'jadi' dan efek alkohol itu sangat tidak baik, bukankah kita hanya akan memperburuk keadaan anak kita kalau tetap melakukannya?”

Penjelasan Devan terdengar dipaksakan, tetapi setidaknya berhasil mengalihkan perhatian Nara. Ia berharap Nara akan menerima alasannya ini, meski ia tahu ini bukan kebenaran sepenuhnya. Kebohongan ini, untuk saat ini, merupakan cara terbaik yang ia temukan untuk melindungi hubungannya dengan Nara.

***

Kenapa harus bohong sih, Bwang Dev? 🥲

1
Ny Rudi Harianto
boleh tapi buat dia sadar klu dia cma masa lalu Nara dan hempas jauh² dari rumah tangga Nara dan Devan
ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ
jangan lah Ka 😄
ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ
mama papa Devan tau kan Devan ada "Bara" .. apa selama ini mereka enggak membawa Devan ke psikiater, mksdq sblm Dev menikah
Apriska Manalu
novel yang luar biasa
Yani Hendayani
asli bingung ceritanya ga bs ketebak dan masih byk misteri
Yani Hendayani
Devan koq penuh misteri ya , jadi kasihan sama nara
Asih Rahmadhani Bohara
lanjut donk kak
K4RL4
gpp hadirkan endra biar seru ceritanya tapiiiii endra hrs mengakui kehebatan devan nantinya.
Sunaryati
Boleh tapi Endra harus kalah, Nara sudah ngalah Maka kali ini Nara dan Devan harus menang, adiknya yang pelakor semakin iri dan orangtuanya nyesal.
Rosy
Bowleh...banget malah..kan ada reader yg bakal jagain Nara meskipun bisanya cuma ngomel doang sih 🤣🤣
Kamiem sag
aku gak suka Endra thor kalopun muncul tolong jgn sampai engganggu rumahtangga Nara
Dien Elvina
gpp lah si Endra di hadirkan lagi

buat meramaikan suasana 😂
Halimatus Sa'diyah
kayaknya seru deh kalok endra di undang🤭 ntar aku siapin sendal kalok macem² tak lempar ke endra🤣
❤️ mamah kanay ❤️
ngapain Endra di undang Thor ...
emang mau hajatan😂😂😂
Michelle26
/CoolGuy//Shy/
tau ach
jangan ih...geleuh sama si Endra
Naufal Affiq
gak boleh thor,endra hadir lagi,cukup sampai diepisode sebelumnya,jangan muncul lagi.tolong thor
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
tergantung, buat apa dulu Endra datang? tapi gpp sih, aku bakal sedia senjata kalo dia berani macam² sama Nara/Grievance/
Nurmiati Aruan
lanjut kak othor
yuning
jangan bikin hara huru Thor 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!