Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Diemut Aja
"Yess yessss sukseeees !" pekik Saras mencak-mencak barbar dalam hatinya.
Yuli yang memantau sambil pura-pura baca binder kuliah pun ikut tersenyum melihat keberhasilan teman sekamarnya, tak pernah ia kira bisa segambang ini ngedapetin cowok keren.
"Emmm gimana ya ? Kosan digembok jam 9," jawab Saras.
"Halaah nginep aja di villa gue, Sit, di sana biasa anak-anak nginep, nongkrong, begadang gitu," jawab Jordan.
"Oh gitu, oke gak papa," jawab Saras lumayan polos. Lagipula ia akan kemana-mana dengan Yuli, gak mungkin kan kalau ngajak teman bakal diapa-apain.
"Habis ini lu mau pulang ? Gue anterin gimana ? Sekalian cari makan gitu," kata Jordan menawarkan.
Tiba-tiba Yuli berlari mendekat penuh semangat, 'tap tap tap tap tap,' kemudian tersenyum sumringah ikut nimbrung tanpa diundang.
Jordan mirik pacarnya si Vano yang terkesan gak tau diri ini, "lu siapa ?"
"Ini temen sekosanku, sekamar, sejurusan, seangkatan juga, dia boleh kan ikut nebeng ? Aku klo kemana-mana selalu sama dia, ya ya ?" ucap Saras meminta.
Karena Jordan tak mau menyiakan kesempatannya bersama Siti, dengan terpaksa ia mengangguk setuju, "yaudah gak papa."
"Kenalin nama saya Yulian… ti," ucap Yuli mengulurkan tangannya, akan tetapi Jordan malah cuek dan berjalan mendahului menuju ke parkiran mobil.
Saras mengajak Yuli mengikuti sang presiden BEM ke parkiran mobil. Jordan dengan sigap membukakan pintu mobilnya depan sebelah kiri untuk wanita berjarik dan berselendang kuning itu, kemudian ia naik dan duduk di belakang kemudi. Yuli hendak masuk juga tapi Jordan keburu tancap gas, 'ngeeeng !!!'
"Heiii hoiii woooiii !! Aku ketinggalan, aku belom naik wooiii !" jerit si Yuli yang kini berperan menjadi obat nyamuk dalam hubungan penuh pemanfaatan ini.
Jordan mundurin mobilnya lagi, "sorry sorry, buruan naik gih !" katanya.
Yuli dengan kesal membuka pintu penumpang belakang dan duduk dengan tenang. Sepanjang jalan Jordan banyak bertanya kepada Saras, jurusan apa dia, kuliah di gedung mana, suka makan apa ? Apa hobinya dan bahkan hal-hal sepele, warna favorit, ukuran sandal hingga nomer warna lipstik. Sedangkan Yuli diam menyimak.
Jordan mengajak Saras dan Yuli masuk di sebuah kedai roti dan kopi mahal, tempat yang pertama kalinya keduanya masuki. Tempat itu dijamin sangat sepi karena memang pelanggannya orang-orang tertentu saja.
"Siti ! Sit, potoin aku di sini dong," bisik Yuli sembari menyodorkan hpnya.
Saras memfotokan Yuli di depan tulisan kedai kopi asal Eropa itu. Setelah itu keduanya naik ke lantai atas dan duduk di sebuah kursi bludru empuk warna navy.
"Kamu mau makan apa, Dek ?" tanya Jordan mulai panggil-panggil Dek.
"Em….. pecel tumpang ada ?" tanya Saras polos.
Yuli menyenggol pinggang temannya, "Sit, di sini mana ada pecel," bisiknya.
"Di sini gak ada pecel, tapi gue paling suka makan eclairs coklat stroberi, cannoli sama espresso," kata Jordan menawarkan.
"Itu makanan ?" tanya Saras heran, lidahnya sampai belibet saking susahnya ngucap nama yang disebutkan tadi.
"Iya, gue pesenin ya," kata Jordan.
"Iya," jawab Saras dengan senyuman.
Yuli yang tidak ditanya mau makan apa mengucap sendiri saat pelayan datang, "pesen sama aja kayak yang lain," katanya. Mana ia berharap ditraktir, kalau gak ditraktir bisa jebol jatah jajan bulan ini.
Sambil menunggu pesanan Jordan menyangga dagunya memandangi Siti terus-menerus. Saras pun memandang ke arah Jordan dengan senyuman. "Ntar malem gue jemput jam 9 ya," ucapnya setelah saling diam cukup lama.
"Iya, cuman… aku gak enak, grogi berhadapan sama temen-temen kamu, Jor," jawabnya.
"Gak papa, gue ketuanya, gue bebas mau ngajak siapapun, gimana klo kita foto bareng, trus gue kirim di grup, gue bikin pengumuman klo nobar malam ini lu juga dateng ?" tanya Jordan menyalakan kamerannya.
"Jangan !!" pekik Saras panik. Ia teringat saat tak sengaja membuka kamera laptop baru pemberian Babe, penyamarannya bisa terbongkar.
"Gak papa, sekali aja," kata Jordan mulai menjauhkan hpnya.
Saras langsung naik ke atas meja kedai kopi itu, merebut hp Jordan yang mahal kemudian membuangnya jauh-jauh, 'klotaaaaak !!! Praaak !' benda itu menghantam tembok gedung ruko sebelah dan langsung nyemplung di got kering. Ambyaaar.
"HAAAAAHHH !!" Yuli menganga syok melihatnya. Baru aja kali pertama ketemu berani-beraninya buang hp presiden BEM.
Jordan pun membeku di tempat menatap tingkah Saras. Pelayan yang membawa makanan dan hendak menghidangkannya pun kaget melihat seorang wanita nangkring di atas meja bak kalkun panggang.
"Aduh ! Ups… maaf," ucap Saras sembari turun pelan-pelan dan kembali ke kursinya.
"Ya Allah, ngapa gue jadi nyesel yak ikut Si Siti kencan ?" batin Yuli gemetar takut Jordan ngamuk.
"Oh… gak… gak papa kok, Dek, haha, cuman hp, gak masalah, aku yang minta maaf udah maksa mau ngefoto kamu tadi," jawab Jordan.
"Oh hahaha, nanti biar aku pungud hpnya," kata Saras tersenyum mencairkan suasana.
"Halah gak papa, buang aja, masih ada stok banyak di pabrik," jawab lelaki berjas almamater biru itu meraih cangkir kopinya dan menyeruput dikit.
Yuli berbisik di telinga teman sekamarnya yang di luar nalar itu, "pelet apa sih yang kamu pake ? Udah kayak kebo si Jordan," tanyanya.
"Hehe, kapan-kapan aku ajarin," jawabnya.
"Ntar biar Vano aja yang ngasih tau di grupnya Mas Jordan, Vano pacar saya, Mas, dia juga anak BEM, masuk… circlenya Mas Jordan dan Mas Mekel," kata Yuli gak enak.
Jordan angguk-angguk, "okey. Oh ya ngomong-ngomong, elu udah punya pacar blom, Dek ?" tanyanya mendekat lagi kepada Saras.
"Belum," jawab Saras.
"Aaah yesss, lagi proses pencarian atau… emang masih kepengen stay single aja nih, Dek ?" tanya Jordan mengusap-usap telapak tangannya.
Saras mencicipi kue yang tadi dipesan sebelum menjawab, "tergantung."
"Tergantung maksudnya ?" tanya Jordan berharap ingin menjalin hubungan dengan Siti.
"Tergantung sih, kalau ada lelaki hebat, tampan dan kaya yang mau berkorban banyak… mungkin aku akan menerima," jawab Saras sambil menunjuk wajah playboy itu dengan garpunya.
"Itu gue banget, Dek, gue banget," jawabnya.
"Buktikan !" kata Saras menantang.
"Oke," jawab Jordan langsung merogohi saku-saku bajunya, ia keluarkan kunci mobil, dompet, kartu kredit, semua uangnya, uang rupiah, dollar Amerika, dollar Singapura, bahkan ia lepaskan kalung emasnya, kartu member gym, kartu nama Bapaknya dan kartu member minimarket.
Yuli yang sedang nyaplok kue terheran-heran melihatnya, kepalanya langsung cenat-cenut, bahkan kopi pait terasa manis di lidahnya. Jordan bahkan masih mikir-mikir mau mengeluarkan apa lagi, ia tepok-tepok saku-sakunya lagi kebingungan.
"Anu… gue juga punya saham di beberapa PT klo lu mau, trus surat-surat jatah warisan dari bokap dan nyokap ada di rumah, yang lain sih ada tabungan di bank, gimana ?" kata pria ini menawarkan.
"Uwanjjiiiiirrrr !!!" pekik Yuli sebelum gubrak ke belakang dan kejang-kejang.
"Loh ! Yul ! Kenapa kamu ? Yulii ! Yul, kok malah setep," ujar Saras kaget dan buru-buru menolong teman sekamarnya itu.
***
Sementara itu Siti dan Pangeran Rakha pun tiba di gapura rumah dinas seorang yang bergelar Bhre. Bacanya Bhre bukan Bre (brother) seperti panggilan sobat gaul masa kini. Bhre adalah istilah yang digunakan di depan nama panggilan pejabat, bangsawan, putra sang Raja dan penguasa-penguasa daerah pada zaman dahulu kala. Nama-nama Bhre yang terkenal diantaranya Bhre Kertabumi, Bhre Wengker, Bhre Tumapel, Bhre Wirabumi dsb.
Seorang penjual gulali ngesot di pinggiran gerbang rumah dinas itu, "gulali jahe, Bhre, gulali jahe," ujarnya menawarkan.
Seorang penjaga berkuping macan mendekati penjual itu, "Paklik, kalau jualan jangan di sini, ntar ditiru pedagang yang lain," katanya.
"Baik, Tuan," kata penjual tua itu mengangguk. Seharian ini baru 1 gulali terjual.
Tiba-tiba Pangeran Rakha memekik, "tunggu ! Paklik, saya mau beli 2," katanya berlari mengejar.
Pria tua itu pun tersenyum sumringah dan duduk meraih sebatang bambu kecil, melumurinya dengan adonan gulali jahe yang lezat. Bhre Rakha mengeluarkan 2 kepingan emas membeli, "jangan kasih tau pedagang lain kalau aku beli ya, nanti mereka pada ngantri jualan di sini," pesannya.
"Baik, Bhre," ucap pria itu ikhlas, karena dengan modal 2 koin emas kerajaan, bisa saja si pedagang alih profesi buka UMKM permen toplesan di alam jin.
Pangeran Rakha menyusul Siti ke dalam. Siti yang lelah seharian ini langsung istirahat setelah sholat, tetapi Rakha memanggilnya saat ia hendak masuk ke kamar, "Siti, kau mau gulali ?"
Siti berbalik badan dengan senyuman, "ya mau," jawabnya meraih sebatang dan menggigitnya mirip anak kecil.
Rakha mulai mengemut permen jadulnya, sedangkan Siti menggigit dan langsung menelan. "Yee kok gitu sih makannya ? Kalau kayak begitu langsung habis, mana bisa dinikmatin, makan gulali tuh gin, diemut ajai," katanya protes.
"Yah Abang ngapa baru bilang ? Dari kecil aye klo makan gulali langsung gigit, udah abis ni," kata anak Jakarte itu menunjukkan tusuk bambunya.
Rakha terdiam, gulali jatahnya masih ada banyak, dengan ragu-ragu ia sodorkan ke depan, "mau punya Abang ?" tanyanya.
Meski dalam hati Rakha ia menebak bahwa Siti tak mau memakan gulali bekasnya, namun yang terjadi… Siti mencondongkan kepalanya dan mulai mencicipi gulali itu. Batang bambunya masih tetap ada di genggaman tangan Rakha. Setelah selesai Siti mengangkat lagi kepalanya.
Rakha ndomblong sekarang, "kok aku jadi deg deg gan sekarang ?" batinnya.
"Dia mikirin apa ya ? Dia pasti mikir kenapa gue kagak jijik makan makanan bekasnya, gue sendiri juga bingung kenapa gue lakuin ?" batin Siti.
Rakha dengan ragu-ragu mulai mengemut gulalinya lagi yang tadi telah dicicipi oleh Siti, makanan manis itu terasa lebih hangat dari sebelumnya. Kedua anak beda bangsa ini saling pandang dalam diam, hanya bergumam dengan hati masing-masing.
"Emmm… aye istirahat dulu ya, Bang," kata Siti dengan lagak grogi.
"I… iya, yaudah," jawab Rakha yang masih ngemut gulali.
"Makasih udah ngajak aye jalan-jalan seharian," ucap Siti mesam-mesem.
"Iya, aku juga seneng bisa jalan-jalan sama kamu," jawab Rakha melepaskan gulalinya.
Keduanya dengan canggung mulai berbelok dan berjalan ke arah ruangan masing-masing, Rakha baru jalan 3 langkah ke kamarnya dan Siti baru menegang gagang pintu. Keduanya terdiam lagi, seakan-akan tak rela berpisah satu sama lain walaupun hanya semalam.
Keduanya menengok lagi bebarengan dan saling pandang sambil tersenyum. "Masak cuman begini doang ? Hah ? Begini doang trus tidur masing-masing gitu abis seharian jalan-jalan ?" batin Rakha tak rela.
"Haduh kenapa rasanya berat ya nunggu sampe besok pagi ketemu sama dia lagi ? Rasanya gue pengen ngeliatin dia mulu," batin si Siti.
Rakha memasukkan tusuk gulalinya ke tempat sampah yang tersedia kemudian berjalan cepat menghampiri Siti lagi, perasaannya menggelora, jantungnya gugup setengah mati, badannya jadi panas tapi bukan karena sakit, ini panas yang lain, telapak tangan dan kaki rasanya keringetan deras.
"Bang," ucap Siti sebelum Pangeran Rakha meraih dagunya.
Rakha melumat bibir itu, bibir yang manis bercitarasa gulali yang baru dikunyah, ada sensasi pedas jahe yang menghangatkan. Oh nyamannya. Siti pun membalas ciuman itu, ia pejamkan matanya, merasakan dirinya terbang ke taman yang dipenuhi bunga-bunga kaca piring wangi.
"Aku mencintaimu, Siti, aku mencintaimu, kau mencintaiku juga kan ?" bisik Rakha sembari meraba pundak dan memeluk erat tubuh itu.
Siti pun meraba dada roti sobek itu, punggung yang terasa kokoh. Ia bisa merasakan aroma kecut keringat lelaki, bercampur bau wangi-wangi jin. Ia tak bisa untuk tidak melayang, "iya," jawabnya singkat.
Kepala Rakha berdenyut-denyut, mendesak untuk sesuatu yang lebih, buru-buru ia lepaskan kalung mustika di lehernya dan ia kalungkan di leher Siti, mustika bergambar harimau itu menghiasi dadanya, menyentuh celah indah yang membuat semua lelaki penasaran.
Rakha sudah tak bisa mengontrol tangannya yang berkelana menjalari lekukan demi lekukan, tak bisa lagi memikirkan apa-apa, ia ingin segera memiliki seorang Siti, menyatukan bagian 'itu' dari keduanya hingga benar-benar seakan-akan keduanya benar-benar menyatu. Momen intim yang selalu sang Pangeran bayangkan hampir setiap saat sejak pertama kalinya bertemu dengan Siti.
Saat Rakha hendak kembali mencium Siti mendadak mendorong dadanya yang bidang dengan kedua tangan, "udah ! Udah cukup, Abang, udah sampai di sini aja, gak usah dilanjutin, gue gak bisa."
"Tapi kau bilang kau juga mencintaiku," ujar Rakha.
"Gue gak mau ada hubungan lebih sama elu, Bang, kita beda, gak ditakdirkan bersama, kita cukup di sini aja, jangan pernah kita ulangi kayak gini lagi," katanya menegaskan.
'Deg !' perasaan yang sudah di puncak kebahagiaan itu mendadak jatuh menggelundung ke dasar palung patah hati.
"Abang gak bisa, gak akan pernah bisa, cinta tak bisa semudah itu dianulir, tak bisa semudah itu ditenggelamkan," jawab Rakha memegangi dadanya.
Siti langsung berbalik membuka pintu kamarnya, "selamat malam, Bang, aye mau istirahat," katanya.
'Jegrek,' pintu ditutup, hidung Pangeran Rakha kepentok pas ia mau menyusul masuk dan menubruk wanita yang ia cintai.
Di dalam kamar Siti langsung berbaring, ia selimuti seluruh tubuhnya dan ia raba-raba bibirnya sendiri, ciuman pertamanya, ia teringat perkataan Yuli waktu itu, "kamu belum pernah jatuh cinta makanya nggak ngerti."
"Dan sekarang gue baru ngerti rasanya jatuh cinta, semua gak segampang omongan, cinta itu indaaah banget tapi sakiit di saat yang bersamaan, hiks, hiks, kenapa gue bisa ada di situasi begini, Ya Allah ? Hiks… gue harus begimane ?" batin gadis ini sembari membasahi bantalnya dengan air mata galaunya.
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂
kek mana yaaaa
alah sittt kabur aja dlu napa ambil tuh emas dr raka hidup mnydrindlu jauh keluarga tau anak udh gede aja gtu dan kmu akan tau klo ank mu membatu mu meyangimu gtu nya sit