NovelToon NovelToon
I Love You In Every Universe(Belum Bisa Move On).

I Love You In Every Universe(Belum Bisa Move On).

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Snow White

Setelah lima tahun Fatur pergi ke luar negri untuk menghilangkan luka hatinya karena Anggita, kini ia kembali ke Indonesia dan tiba-tiba bertemu lagi dengan perempuan yang sangat ia cintai di masa lalunya. Sampai akhirnya Fatur jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya kepada Anggita.

Disarankan membaca novel 'Jatuh Cinta Lagi' sebelum membaca novel ini.

Up dari senin sampai sabtu ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snow White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Ide Bagus.

Sedari tadi tatapan Lara begitu tajam dan lekat menatap Indra yang ada di hadapannya. Indra yang sedang menikmati sebuah kopi panas dan roti ketika mereka memutuskan untuk melepas lelah. Saat itu Indra meminta izin kepada Lara untuk berhenti di rest area karena ia merasa lelah mengemudi, tatapi Lara begitu heran karena baru saja satu jam perjalanan Indra merasa kelelahan dan sekarang sudah hampir 40 menit gadis cantik bermata hitam menunggu Indra menghabiskan kopi dan rotinya yang masih saja utuh sedari tadi.

"Mau sampai kapan kita di sin? Lo udah nggak cape lagi kan?" tanya Lara dengan nada sinis serta tatapan heran menatap Indra.

"Sebentar lagi, kopi punya gue juga belum habis," jawab Indra santai menatap Lara yang terlihat sedikit kesal.

"Gimana mau habis, dari tadi kopinya belum lo minum!" semprot Lara sedikit kesal dan ketus mencoba menahan amarahnya.

Tetapi Indra hanya tersenyum ringan menatap Lara, ia sengaja berhenti di rest area karena ingin membuat Lara kesal. Ternyata Lara mempunyai daya tarik sendiri bagi Indra, sekarang Indra mulai memperhatikan Lara sebagai seorang yang spesial bukan sebagai sahabat baiknya Anggita. Sepertinya Indra mulai menyukai Lara yang sudah hampir lima tahun menjadi musuh bebuyutannya.

"Kopinya masih panas, gimana mau gue minum?" eles Indra mencari alasan.

Ucapan Indra membuat Lara semakin kesal bagaimana bisa Indra bilang jika kopinya masih panas, padahal sudah hampir setengah jam kopinya ditiup oleh angin.

"Udah hampir 40 menit kita di sini dan kopi lo dari tadi udah dingin ditiup angin! Mau nunggu apalagi? Lagian dari tadi gue nggak liat lo nyentuh kopi sama roti?"

Entah untuk kesekian kalinya Indra tersenyum menatap Lara yang sedari tadi mengomeli dirinya, bagi Indra ketika Lara marah terlihat sangat manis dan cantik. Melihat ekspresi wajah Indra yang tersenyum sedari tadi membuat Lara sangat kesal sepertinya Indra telah mengerjai dirinya begitulah yang Lara pikirkan.

"Kenapa lo senyum, ada yang lucu ya? Atau lo memang sengaja ngerjain gue?"

"Gue nggak lagi ngerjain lo. Gue suka senyum aja kalau liat lo kayak gini," jawab Indra sambil terus tersenyum manis menatap Lara sementara gadis cantik berambut panjang hanya menatap Indra dengan tatapan sinis.

"Oh, jadi lo seneng bikin gue emosi? Dasar aneh lo!" semprot Lara semakin kesal.

"Karena lo cantik kalau lagi marah," timpal Indra lagi tersenyum menggoda Lara dan menatapnya dengan lekat.

Deg, Lara seketika kaget mendengar apa yang barus saja Indra ucapkan. Itu sebuah pujian atau hanya candaan Indra saja? Lara terdiam tersipu malu wajahnya memerah, lalu menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang merah merona dari Indra. Indra tahu jika Lara merasa malu ketika bicara seperti itu, ia bisa melihat jika Lara begitu gugup dan salah tingkah. Detak jantung Lara mulai tidak karuan, kenapa Indra bisa bicara seperti ini membuat Lara tidak bisa berbuat apa-apa. Apa Indra saat ini sedang merayunya?

"Tapi bohong," lanjut Indra lagi dengan nada singkat sambil menatap Lara diiringi tawa kecil.

Glek, kedua bola mata Lara kembali mendelik menatap Indra, wajahnya yang tadi merah merona tersipu malu kini menjadi merah karena marah ia terlihat begitu sangat kesal. Jadi saat ini Indra sedang mengerjai dan meledeknya. Membuat wajah Lara yang tadinya begitu manis mendadak menjadi menyeramkan.

"Apa lo bilang!" teriak Lara kesal menatap Indra dengan tajam.

Sungguh ekspresi Lara membuat Indra tertawa kecil dan tersenyum manis, sepertinya Indra berhasil membuat Lara kesal dan marah kepadanya.

"Gue bilang B-O-H-O-N-G," kata Indra mengucap ulang perkataannya dengan jelas.

Apa yang dilakukan Indra tidak bisa dimaafkan, ingin rasanya Lara menumpahkan kopi yang ada di atas meja ke wajah Indra saat ini juga. Tatapan Lara begitu murka menatap Indra, ingin rasanya ia mencakar wajah tampan Indra yang begitu sangat maskulin.

"Haha...Lo pikir gue jujur, ya?" Indra menggoda Lara lagi yang masih terlihat begitu kesal dan terdiam menatapnya dengan sinis.

Tanpa banyak bicara Lara pergi meninggalkan Indra yang masih saja tertawa. Lara tidak menghiraukan Indra dan terus berjalan menuju mobil dengan perasaan kesal. Sementara Indra hanya tersenyum manis melihat kepergian Lara yang tiba-tiba tanpa pamit kepadanya.

"Lo cantik, Ra. Lebih cantik kalau lagi marah. Gue suka sama lo saat pertama kali lihat lo marah. Gue suka lihat lo lagi marah. Maafin gue udah buat lo kesal karena saat lo lagi marah, gue semakin suka sama lo," kata Indra bicara sendiri sambil tersenyum manis menatap kepergian Lara yang semakin lama semakin hilang dari pandangannya.

Lalu Indra memutuskan untuk menghampiri Lara dan kembali melanjutkan perjalananya ke Bandung, sebenarnya Indra sengaja berhenti di rest area karena ingin lebih lama bersama dengan Lara Entah kapan dia mulai menyukainya hanya yang diingat ia begitu menyukai Lara ketika gadis cantik itu sedang marah.

BANDARA.

Jam menunjukan pukul 11:00 WIB Fatur baru saja sampai di Bandung dengan cepat ia menuju rumah Erik. Untung Erik pernah menitipkan kunci duplikat rumahnya jadi ia tidak perlu menunggu Erik pulang bekerja. Rasa lapar menghampiri Fatur dan ia segera memesan makanan melalui aplikasi ojeg onlinenya sembari mengirimkan pesan kepada sahabatnya jika ia baru saja sampai Bandung.

"Gue baru sampai," isi pesan singkat Fatur kepada Erik.

Sejurus kemudian Fatur memutuskan untuk duduk di ruang tamu sambil menunggu pesanan yang dipesan melalui aplikasi ojeg online, dan tidak lama Erik membalas pesannya.

"Ok, jangan lupa makan. Kapan lo mau mulai kerja lagi?" isi balasan pesan dari Erik.

Tiba-tiba Fatur kembali terdiam sejenak menatap layar ponsel, ia bingung harus menjawab apa kepada Erik. Jujur sebenarnya ia belum bisa bertemu dengan Anggita secara langsung, karena masih merasa sedih dan sakit hati jika harus bertatapan dengan Anggita Tetapi ia tidak bisa hidup di bawah bayang-bayang Anggita. Maka dari itu Fatur kembali ke Bandung ingin membuktikan jika bisa melupakan Anggita walaupun tidak benar.

"Mungkin besok, nanti kita bicarakan lagi setelah lo pulang," isi pesan balasan dari Fatur kepada Erik.

Selama dalam perjalanan Lara sedari tadi tidak banyak bicara kepada Indra sepertinya ia begitu sangat kesal tentang kejadian tadi. Lara lebih memilih memainkan ponsel miliknya dibandingkan untuk menatap atau berbicara dengan Indra. Dalam kata lain Lara mencoba mengabaikan Indra yang ada di sampingnya. Sementara Indra hanya tersenyum menatap Lara, kadang ia tertawa sendiri ketika mengingat kejadian tadi.

"Sampai kapan lo mau diemin gue?" tanya Indra kepada Lara yang sedang asik memainkan ponsel miliknya.

Lara tersentak kaget dengan ucapan Indra, ia tidak menoleh ke arah Indra. Ia lebih memilih kembali memainkan ponsel miliknya dibandingkan untuk meladeni Indra. Selama di dalam mobil setelah kejadian tadi di rest area, Lara semakin tidak banyak bicara dan benar-benar mengabaikan Indra sehingga lelaki manis itu merasa tidak nyaman karena Lara sudah mengabaikannya. Indra tahu mungkin Lara sangat kesal dan malu kepadanya.

Hingga suatu ketika di tengah perjalanan menuju Bandung, jalanan terlihat sedikit macet ternyata ada kecelakaan lalu lintas antara dua buah mobil yang tidak sengaja bersentuhan. Sebuah mobil pribadi berwarna hitam tidak sengaja menyerempet kaca spion mobil pribadi berwarna putih, alhasil kedua sopir mobil saling menyalahkan dan berdebat satu sama lain.

"Macet, ada apa ya?" kata Indra penuh dengan tanya sambil menatap ke depan sana yang terlihat macet dan banyak sekali orang berkerumun.

Lara mulai tertarik akan sesuatu yang terjadi di luar sana, sepertinya begitu gaduh dan ricuh.

"Di depan rame banget, apa ada kecelakaan?" tebak Lara menduga sambil menatap ke arah depan berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Rasa penasaran semakin menyelimuti Indra dan dia memutuskan untuk bertanya kepada seseorang yang sedang berdiri di pinggir jalan.

"Maaf, Pak. Rame banget, ada apa ya?" tanya Indra kepada seseorang yang berdiri di pinggir jalan dengan membuka kaca mobilnya.

"Ada yang kecelakaan, Mas," jawabnya singkat sambil menatap Indra yang berada di dalam mobil.

"Kecelakaan? Kecelakaan mobil? Apa korbannya udah dibawa ke rumah sakit?"

"Nggak ada korban, Mas. Karena ada mobil menyerempet kaca spion mobil lain dan sekarang mereka lagi berdebat di depan sana."

Lara dan Indra saling menatap sedikit khawatir, berarti di depan sana ada sebuah perdebatan hebat yang mengakibatkan jalanan macet seperti ini.

"Memangnya nggak ada yang melerai mereka, Pak?" tanya Lara penasaran ikut bertanya menatap orang itu.

"Nggak ada, Mbak. Polisi belum datang."

"Terimakasih ya, Pak," kata Indra menyudahi pertanyaannya itu.

"Iya, Mas," balas orang itu ramah.

Indra kembali menutup kaca jendelanya dan menatap keadaan di depan sana yang masih saja ramai dan mobil-mobil masih tertahan terjebak kemacetan. Sepertinya akan memakan waktu bagi mereka berdua menuju Bandung.

"Kenapa lo nggak turun dan bantu mereka yang lagi bertengkar?" tanya Lara memberikan saran kepada Indra.

Mendengar pertanyaan Lara tentu membuat Indra terdiam sejenak sambil menatap keheranan. Indra sedikit terkejut dengan saran Lara yang menurutnya tidak masuk akal.

"Apa lo bilang?" Indra balik bertanya kepada Lara dengan tatapan lekat dan heran.

"Gue bilang, kenapa lo nggak turun dan bantu melerai mereka," ucap Lara mengulang ucapannya tadi dengan tegas dan jelas menatap Indra.

Tawa ringan terkesan sinis terlihat oleh Lara di wajah Indra. Apa yang membuat ekspresi Indra seperti itu membuat Lara sangat penasaran.

"Kenapa harus gue?" Indra balik bertanya lagi masih menatap Lara dengan lekat.

"Karena lo polisi, dan bukan udah menjadi salah satu tugas lo mengatasi masalah yang ada di depan sana?"

Entah apa yang ada di dalam pikiran Lara sehingga Indra berpikir jika dirinya harus ikut menyelesaikan masalah di depan sana karena seorang polisi. Tapi saat ini Indra sedang tidak bertugas dan jika terjadi sesuatu akan ada hukuman yang akan diterima oleh Indra jika dirinya membuat masalah. Bukannya Indra tidak mau membantu tapi ini bukan wilayah kekuasaannya jika sampai terjadi sesuatu menimpanya. Ucapan Lara berhasil membuat Indra tertawa ringan.

"Lara. Gue ini memang polisi, tapi gue lagi nggak bertugas dan juga ini bukan daerah kekuasaan gue." Indra menjelaskan kepada Lara dengan hati-hati.

"Mau lo lagi bertugas atau nggak, itu udah jadi kewajiban lo buat menjaga keamanan di luar. Dan udah menjadi tugas lo mengatasi perdebatan yang ada di depan sana," jelas Lara tidak mau kalah dengan ucapan Indra.

Sesaat Indra menarik napas seraya memejamkan kedua matanya, sepertinya ia harus banyak bersabar ketika harus berbicara dengan Lara karena gadis itu sangat sensitif jika berbicara dengannya. Semua yang diucapkan oleh Indra selalu salah di matanya.

"Terus gue harus ke depan sana bilang sama mereka kalau gue polisi? Dan kalau kalian masih berdebat gue tembak mati? Kaya gitu gue harus bilang sama mereka?" Indra mencontohkan ucapannya dengan nada tegas di setiap katanya.

"Nggak perlu juga lo bilang kaya gitu. Lo cukup bantu mereka melerai masalahnya."

"Gue panggil polisi aja," kata Indra mulai kesal dengan ucapan Lara dan akhirnya ia memutuskan untuk menelepon kantor polisi daerah ini.

Belum sempat Indra menelepon Lara kembali menghalangi niatnya. Memang Lara sangat cerdik dan pintar sekali berhasil mempengaruhi Indra sehingga menuruti ucapannya. Biasanya Indra tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun, tapi kali ini karena Lara, ia lupa siapa akan dirinya.

"Kalau lo panggil polisi akan memakan waktu yang sangat lama. Gimana kalau mereka tiba-tiba saling tusuk?" Lara mulai menakut-nakuti Indra.

Indra mulai ketakutan dengan apa yang diucapkan oleh Lara, walaupun kejadian itu tidak akan terjadi tapi ada kemungkinan bisa saja terjadi. Di sisi lain Indra juga begitu bingung bagaimana pun juga ia harus melindungi masyarakat Indonesia.

"Baiklah, gue akan turun dan melerai mereka," kata Indra akhirnya mengalah dan turun dari mobilnya meninggalkan Lara menuju tempat kejadian perkara di depan sana.

Indra berjalan melewati mobil- mobil yang masih terdiam tidak bergerak dan melewati orang-orang yang sedang berdiri di pinggir jalan dengan semua pandangan ke depan sana, lalu tidak lama Indra menerobos kerumunan orang-orang yang sedikit padat. Indra melihat dua orang setengah baya sedang berdebat hebat dan terlihat beberapa orang di sampingnya sedang berusaha melerai mereka berdua tetapi tidak ada yang berhasil membuat emosi mereka diam dan redup.

"Maaf, ada masalah apa ini?" tanya Indra masuk ke dalam pembicaraan mereka yang terdengar begitu tegang dan sinis.

Seketika semua orang yang ada di situ menoleh ke arah Indra dengan tajam termasuk dua orang supir yang sedang terlibat perselisihan adu mulut.

"Siapa Anda?" tanya salah satu supir mobil dengan nada kasar dan ketus sedikit meninggi.

Indra terdiam menatapnya sepertinya mereka berdua benar-benar sangat emosi terlihat jelas di wajah mereka begitu merah padam. Kini Indra kebingungan harus menjawab apa, tidak mungkin jika bilang dirinya adalah polisi karena ia tidak memakai seragam polisi dan juga ini buka wilayah kekuasaannya.

"Maaf, Pak. Tetapi aku lihat sedari tadi macet sekali karena perdebatan kalian berdua," kata Indra dengan nada halus kepada kedua orang setengah baya.

"Anda nggak perlu ikut campur! Ini maslah kami!" bentak orang yang sama tadi.

"Boleh aku bantu memecahkan masalahnya?" Indra mencoba menawarkan diri.

"Boleh, Mas. Sedari tadi mereka berdua nggak ada yang mau mengalah. Aku menyuruhnya untuk menyelesaikan secara baik-baik atau ke kantor polisi, tetapi mereka tetap keras kepala," ucap salah satu orang yang berusaha untuk melerai mereka.

"Bisa tolong ceritakan bagaimana kejadiannya?" tanya Indra lagi kepada saksi mata yang melihat kejadiannya dengan jelas.

Belum sempat saksi mata menjawab, salah satu supir menyemprot Indra dengan perkataan kasar.

"Sebaiknya Anda diam, Mas. Kalau sampai Anda ikut campur, aku habisi Anda!" Ancam supir yang tadi terlihat begitu emosi.

Indra sedikit terkejut dengan ucapannya, apa jadinya jika Indra memakai seragam polisi? Apa supir mobil akan berkata seperti tadi?

"Tapi kalau seperti ini terus nggak akan menemui jalan keluar, dan bisa Anda lihat kemacetan yang kalian perbuat," kata Indra terus mencoba menenangkan mereka berdua.

Bukan perkataan baik yang Indra dapat malah cacian lagi yang didapatkan dari supir satunya yang sedari tadi terdiam.

"Kamu jangan ikut campur, Mas! Lebih baik Anda pergi dari sini!" usir supir itu dengan nada kasar.

"Nggak bisa! Aku akan membantu kalian mengatasi masalah ini!" Indra tidak mau kalah.

Terlanjur bagi Indra sudah masuk ke dalam masalah yang terjadi. Sepertinya supir tadi memang begitu emosi, belum sempat Indra membantunya tiba-tiba ia mendapatkan sebuah pukulan yang mendarat di pipinya.

"Berisik!" teriak salah satu supir sambil mengepalkan tangannya dan melayangkan pukulan ke arah pipi Indra.

"Buk," suara pukulan mendarat di pipi Indra.

1
🏘⃝Aⁿᵘ Madam 🍇
masih menyimak Thor, smengat ya
rembulan
episode yang sungguh bagus dan menarik
rembulan
kasihan orang tuanya meninggal
rembulan
good cerita
rembulan
apa yang membuat nya menjadi pendiam dan pengecut
rembulan
ya bagus kamu cinta tanah air kita 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!