Kegilaan Hot Daddy

...“Jika tadi aku mengatakan aku mendengar semuanya, mungkin … Ciara yang manja dan menggemaskan itu tak akan ada lagi.” – Abercio Sanchez ...

“M-maksud, Daddy Cio? A- … C-Ciara nggak ngerti,” Ciara benar-benar tertangkap basah saat itu.

Jantung gadis itu berdetak dengan sangat kencang. Ia benar-benar ketakutan jika Abercio mengetahui semua tipu muslihatnya selama ini. Tapi, hal yang paling ia takuti adalah … pria itu tau bahwa ia menyimpan sedikit perasaan terlarang. Walaupun ia belum sepenuhnya yakin dengan perasaan itu.

“Maybe you can try to falling in love with Leo? Leo juga nggak kalah ganteng sama Abercio Sanchez ini,” ulang Abercio. Ia mengatakan kembali apa yang Ciara ucapkan dengan suaranya yang pelan namun mencekam.

“D-Daddy Cio cuma dengerin itu?” tanya Ciara menyelidiki. Meskipun takut, tapi ia ingin tahu apa saja yang sudah pria itu dengarkan.

Abercio menatap mata Ciara dengan sangat dalam. Cukup lama ia terdiam tanpa berkata-kata. Hingga akhirnya ia berbicara dengan suara yang pelan. “Hmm. Hanya itu yang aku dengar. Memangnya ada hal lain lagi yang kamu katakan tadi?”

Tanpa sadar, Ciara menghela nafas lega. Ia benar-benar bersyukur bahwa pria itu tak mendengarkan semua yang ia ucapkan. Kedepannya ia harus lebih berhati-hati lagi!

Ingin sekali Abercio tersenyum saat melihat gadis itu bernafas dengan lega. Tapi, ia harus menahannya agar sandiwaranya juga tak gagal!

“Katakan, apa maksud ucapanmu tadi?” tanya Abercio sambil menatap ke arah wajah Ciara. Sesekali fokusnya teralihkan ke bibir Ciara yang terus menggodanya.

“T-tadi, Ciara ketemu dengan kakak senior. Terus, d-dia … ganteng banget,” jelas Ciara terbata-bata.

Mendengarkan Ciara memuji pria lain, Abercio mengepalkan kedua tangannya yang kini sedang menopang tubuhnya. Ingin rasanya ia mencari bocah tengik tersebut kemudian menyuruh bocah itu menjauhi rubah kecilnya.

“Terus? Kamu mau coba jatuh cinta sama dia?” tanya Abercio penuh penekanan.

“M-mungkin,” Ciara asal jawab. Pasalnya ia sudah tak tahu harus mencari alasan apa lagi untuk menutupi kebohongannya. Satu-satunya cara yang jitu yaitu mengakui bahwa mungkin saja ia akan mencoba berpacaran dengan Leo.

“Kamu mau belajar atau pacaran? Hmm?” kecam Abercio dengan sorot matanya yang tajam. Terpancarkan amarah dari sorot mata pria itu. Hatinya mendadak terbakar saat Ciara memutuskan untuk berhubungan dengan pria itu meskipun masih belum pasti.

“Emangnya, Ciara nggak boleh paca—”

“Nggak boleh!” potong Abercio lantang dan penuh penekanan.

Ciara benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja pria itu katakan. Ia juga menjadi terkejut karena suara pria itu yang begitu keras. Jika ia menjadi dirinya sendiri, ia pasti tak akan takut hanya dengan bentakan seperti itu. Tapi sekarang ia harus kembali berpura-pura menjadi gadis yang polos dan manja.

“D-Daddy Cio ... marahin Ciara,” Ciara memasang wajah sedih dan takut. Bentuk bibirnya melengkung ke bawah dengan alis yang turun dan mata yang sendu.

Gluk!

Ciara menelan ludah saat melihat kedua mata hazel Abercio. Perasaan menggelitik di dadanya semakin meluap-luap saat menatap indahnya mata pria itu.

"No. No. No. Aku nggak boleh terus-terusan menatap mata itu! Bisa-bisa aku benar-benar jatuh cinta padanya! Inget Mommy, Ciara! Inget Mommy! Lagian dia itu sudah berusia! Masak aku jatuh cinta sama orang yang udah tua?!" umpat Ciara dalam hati.

Karena tak sanggup menatap mata hazel Abercio, Ciara memutuskan untuk menutup matanya menggunakan lengan. Meskipun ketakutan, ia benar-benar sukses mendalami peran gadis polos dan manjanya saat itu.

“Ck! Ciara … Ciara … kalau aku yang kemaren ini pasti akan tertipu dengan tipu muslihatmu ini. Tapi sekarang aku akan ikut kamu bermain,” gumam Abercio sambil tersenyum iblis.

“Kamu pikir, aku benar-benar tidak mendengarkan semua yang kamu katakan? Haaa … jika tadi aku mengatakan aku mendengar semuanya, mungkin … Ciara yang manja dan menggemaskan itu tak akan ada lagi.”

Abercio menghela nafas pelan.

“Aku nggak marah, Sayang,” bujuk Abercio pura-pura dan bersandiwara.

“Tadi … tadi Daddy Cio bentak Ciara. Terus, Ciara nggak dibolehin pacaran,” rengek Ciara manja.

Abercio menyeringai dengan sangat senang. Ia berniat ingin menjahili rubah kecilnya itu. “My Sweet Little Fox, kamu sendiri yang mengajakku bermain bukan? Ayo kita bermain dengan benar.”

Sesaat setelah menggumamkan ajakan bermain tersebut, Abercio berbisik dengan suara yang pelan sambil membelai lembut rambut Ciara.

“Daddy Cio nggak marah. Daddy cuma nggak mau ada cowo lain yang merebut Ciara dari Daddy Cio,” bisik Abercio. “Daddy ini pencemburu, Sayang.”

“Huh?! Cemburu? Apa maksud ucapannya?” pikir Ciara penasaran.

Tanpa mengulur-ulur waktu, Abercio langsung melahap bibir Ciara. Ia melu.mat bibir gadis itu sembari tangannya memegang pinggul Ciara dan perlahan masuk ke dalam baju gadis itu.

Ciara terbelalak. Akal sehatnya kembali terkumpulkan. Jika ia membiarkan pria itu menyentuhnya lebih jauh lagi, pasti ia juga akan larut dalam perasaannya. Ciara mengangkat tangannya dari wajah. Kemudian dengan perlahan ia mendorong Abercio.

"D-Daddy Cio ... Ciara lapar."

...❣️❣️❣️...

"Kamu yakin, tidur sendiri?" tanya Abercio meyakinkan Ciara.

Ciara mengangguk pelan dengan penuh keyakinan. Kedua matanya mengkilat-kilat dengan alis yang jatuh.

"Okay. Kalau gitu, i will give you 'Good Night Ki—' ..." Abercio terbelalak kaget. Ciara melangkah mundur saat ia ingin memberikan sebuah kecupan?!

"Daddy Cio ... m-malam ini, Ci-Ciara nggak mau kiss dulu," tolak Ciara sambil memaksakan senyumnya.

"Why?!" tanya Abercio penuh penekanan. "Ciara nggak sayang sama Daddy Cio?"

"Ci-Ciara belum gosok gigi, hehehe," Ciara berbohong. Namun Abercio menyadari kebohongan gadis itu.

"No. It's okay. Just give me a 'Good Night Kiss'," pinta Abercio sambil tersenyum dan melangkah maju selangkah. Namun, Ciara lagi-lagi melangkah mundur selangkah.

Abercio benar-benar dibuat kesal oleh tingkah aneh Ciara. Ia bertekad dalam hati untuk menghabisi bocah tengik yang menjadi penyebab berubahnya sifat manja rubah kecilnya itu.

"Okay. Sweet dream," ucap Abercio sambil memutarkan tubuhnya membelakangi Ciara dan meninggalkan kamar tersebut.

Ciara mengantarkan Abercio sampai ke depan pintu kamar. Tapi sedikitpun pria itu tak menoleh ke arahnya. Bahkan, Abercio berjalan lurus menuruni tangga?

"Loh ... dia mau ke mana? Kok nggak ke kamarnya?" pikir Ciara penasaran.

"Megan!" sayup-sayup terdengar suara Abercio. Pria itu juga mengetuk pintu kamar Megan di bawah sana. "Ke kamar ku sekarang juga!"

Ciara terbelalak kaget saat mendengarkan apa yang baru saja Abercio katakan pada Megan.

"Me-mereka nggak mungkin bercinta, 'kan?!" gumam Ciara dengan mata yang membulat dengan sempurna.

...❣️❣️❣️...

...BERSAMBUNG......