Aisyah Nur Az-Zahra biasa dipanggil Aisyah atau Zahra, anak kedua dari pasangan suami istri yang bernama Muhammad Ali Syafi'i dan Humairah Putri Az-Zahra. Mempunyai seorang kakak yang bernama Muhammad Ilham Syafi'i.
"Abi, Umi apakah nanti Zahra akan bahagia? Apakah nanti suami Zahra akan baik sama Zahra? Bagaimana kalau terjadi kekerasan dalam rumah tangga Zahra? Apakah dia akan bertanggung jawab atas segalanya? Apakah dia memang imam yang baik untuk Zahra?". Pertanyaan beruntun Zahra membuat kedua orangtuanya pusing.
Muhammad Adam Dirgantara biasa dipanggil Adam adalah anak pertama dari kedua saudara yang bernama Adinda Putri Dirgantara. Anak dari pasangan suami istri yang bernama Muhammad Ramli Dirgantara dan Halwa Putri Sukma.
"Abang tuh jangan terlalu dingin dan cuek jadi orang, nanti ga akan dapet jodoh baru tau rasa". Ujar Adinda pada Adam kakaknya.
"Semua Allah yang mengatur Adinda". Ujar Adam acuh pada adiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Kini semuanya sedang berkumpul di kediaman Syafi'i, tiba tiba Aisyah dan Maryam ingin memberikan kabar pada mereka, entah kabar apa mereka hanya menurut saja.
"Sebenarnya ada apa?". Tanya Abi Ali pada Aisyah dan Maryam.
"Sebenarnya Maryam sama Aisyah, ingin menyampaikan sesuatu pada kalian". Jawab Aisyah disetujui oleh Maryam.
"Emangnya sesuatu apa yang ingin kalian sampaikan?". Tanya Ilham padanya.
Aisyah dan Maryam saling melirik sebelum mereka berbicara, pada keluarga nya. Adam dan Ilham juga saling melirik kebingungan melihat istri mereka, hingga deheman Adinda membuat mereka tersadar.
"Sebenernya Aisyah sama Kak Maryam hamil". Ujar Aisyah pada mereka.
"Ya benar apa yang dibilang Aisyah". Ujar Maryam pada mereka.
"Ohhh hamill toh". Ujar mereka yang masih belum ngeuh.
Eh..
Tunggu..
Adam dan Ilham menyadari sesuatu mereka melihat istrinya memasang wajah tersenyum, membuat mereka berkaca kaca sedangkan yang lainnya merenung sebentar sebelum mereka sadar.
"Hah? hamill? kalian hamil?". Tanya mereka kompak yang diangguki oleh Aisyah dan Maryam.
"Sayang, sejak kapan?". Tanya Adam pada istrinya.
"Kamu juga sayang, kapan jadinya? kok mas gatau?". Tanya Ilham pada Maryam.
Aisyah dan Maryam sontak saja tertawa kecil, mereka ternyata hamil barengan hanya beda seminggu, para orangtua serta suami mereka begitu tidak sabar mendengar jawaban mereka yang membuat penasaran.
"Kalau Aisyah sudah 2minggu lebih". Jawab Aisyah pada suaminya.
"Kapan kamu cek nya?". Tanya Adam pada Aisyah.
"Waktu masih di Eropa, aku membeli tespeck diantar oleh mbak Sarah mas". Jawab Aisyah pada Adam.
"Kenapa ngga langsung kasih tau mas sihh?". Tanya Adam kesal pada istrinya.
"Kan biar kejutan suamiku". Jawab Aisyah membuat Adam malu.
"Wahahaha kenapa kamu dam?". Tanya Ilham padanya.
"Ngga papa kok". Jawab Adam cuek padanya.
"Kalau Maryam udah 3minggu lebih, mas Ilham". Jawab Maryam pada suaminya.
"Kok ngga ngasih tau mas?". Tanya Ilham padanya.
"Ini kan udah ngasih tau mas". Jawab Maryam sambil tersenyum padanya.
Semuanya tersenyum senang mendengar hal tersebut, mereka memeluk Aisyah dan Maryam bergantian, giliran Adinda memeluk mereka yang pernah menjadi teman kerja kelompoknya di kampus.
"Wahh aku akan menjadi Aunty, selamat ya Kak semoga lancar sampai lahiran nanti". Ujar Adinda saat memeluk mereka berdua.
"Aamiin yaa rabbal'alamin, makasih ya din". Ujar mereka berdua pada Adinda.
"Besok kalian periksa ke dokter kandungan ya, untuk memeriksa baby kalian". Ujar Abi Ali pada mereka berdua.
"Baik Abi". Jawab Aisyah dan Maryam bersama.
"Kita jadi kakek nenek dong". Ujar Bunda Halwa pada mereka berlima.
"Iyaa kita jadi Oma opa". Ujar Uminya Maryam.
"Barrakallah ya sayang, semoga kalian berdua bisa menjalani masa masa hamilnya, semoga keturunan kalian sholeh sholehah, aamiin yaa rabbal'alamin". Ujar Umi Humairah memeluk anak serta menantunya.
"Aamiin yaa rabbal'alamin, makasih umi doanya". Ujar mereka berdua.
"Iyaa sama sama sayang, jaga baik baik kandungan kalian, apalagi ini hamil muda". Ujar Umi Humairah diangguki keduanya.
Mereka berbincang kembali dengan riang, namun tidak dengan Adinda yang sedaritadi melamun saja semenjak kemarin mengantar dokumen ke kantor Adam, Aisyah mencolek suaminya lalu menatap Adinda membuat suaminya ikut menatapnya.
Kalau kak Davin ga suka sama aku? berarti aku terlalu berharap pada manusia, makanya hati aku sakit jika membayangkannya. Batin Adinda yang masih memikirkan ucapan supri nya.
"Adekk!" Panggil Adam pada adiknya.
"Adinda". Panggilnya lagi pada adiknya yang tidak mendengar.
"ADINDA PUTRI DIRGANTARA!". Teriak Adam membuat seluruhnya kaget serta Adinda yang tersadar.
"Astagfirullah Adam, kenapa sih?". Tanya Bunda Halwa.
"Liat anak putri ibu itu, daritadi melamun makanya Adam teriak manggilnya, dipanggil panggil ngga nyahut". Jawab Adam pada Bunda Halwa.
"Kenapa sih anak bunda ini?". Tanya Bunda Halwa pada Adinda.
"Ngga papa kok bunda". Jawab Adinda dengan lesu.
"Ngga papa gimana kalau lesu gitu?". Tanya Ayah Ramli pada putrinya.
"Heum mungkin Adinda ngantuk yah". Jawab Adinda pada ayahnya.
"Yaudah sana tidur dulu, jangan sampai kebablasan". Ujar ayah Ramli diangguki oleh Adinda.
Saat Adinda masuk ke dalam kamar nya, datanglah Davin kerumah membuat Adam menoleh sambil mengangkat alisnya, karena asisten nya itu membawa kedua orangtua nya.
"Assalamu'alaikum tuan Adam, semuanya". salam Davin pada mereka.
"Waalaikumussalam, ada apa ini Davin?". Tanya Adam pasa asistennya.
"Kedatangan saya kesini bersama orangtua saya, ingin meminang Adinda untuk menjadi istri saya tuan, maaf jika saya lancang, tapi saya sudah tidak bisa lagi menahan perasaan saya". Jawab Davin menunduk.
"Heyy angkat kepala mu, bicara sambil menatap orangnya bukan menatap ke bawah". Ujar Adam membuat Davin mendongakkan kepalanya.
"Sejak kapan kamu menaruh rasa pada adikku Vin? kenapa ngga bilang sama aku?". Tanya Adam pada Davin asisten sekaligus sahabatnya.
"Udah lama semenjak aku bekerja jadi asisten mun Dam, aku ngga bilang karena merasa tidak pantas menjadi bagian keluarga mu". Jawab Davin pada Adam.
"Lantas sekarang mengapa kamu yakin pantas untuk masuk ke dalam keluargaku ?". Tanya Adam membuat Aisyah mencubit perut suaminya pelan.
"Karena aku ingin merjuangkannya, daripada hati ku tak tenang, yang terpenting aku dan Adinda bukan masalah pantas dan tidak pantasnya Adam". Jawab Davin tegas padanya.
Ayah Ramli yang mendengar itu tersenyum, baru saja kemarin putrinya ingin menikah namun tidak ada calon, lantas sekarang ada yang ingin meminang putrinya, membuat ia merasa bahagia.
"Baiklah, saya terima pinangan kamu untuk putri saya". Ujar Ayah Ramli membuat semuanya menoleh padanya.
"Beneran om?". Tanya Davin dengan raut wajah bahagia.
"Yaa benar, tetapi kita tanyakan dulu pada Adinda apakah ia mau atau tidak?". Ujarnya diangguki oleh semuanya.
Aisyah dan Maryam menghampiri kamar Adinda yang memang tidak benar benar tidur, melainkan melamun menatap pemandangan dari jendela, mereka menghampiri Adinda.
"Assalamu'alaikum Dinda". Salam mereka berdua.
"Ehh waalaikumussalam kak". Jawab Adinda langsung berbalik menghadap mereka berdua.
"Ada apaa kak?". Tanya Adinda pada mereka berdua.
"Katanya mau tidur, kok malah melamun sih". Ujar Aisyah padanya.
"Hehe nyampe kamar malah ngga bisa tidur". Ujar Adinda pada Aisyah sambil terkekeh.
"Eh iyaa sampai lupa, kita mau ajak kamu ke bawah Din, ada yang meminangmu loh". Ujar Maryam disetujui oleh Aisyah.
Adinda yang kaget langsung ditarik begitu saja oleh kakak perempuannya, sesampainya di ruang tamu Adinda makin kaget melihat asisten abangnya yang katanya akan meminang dirinya.
"Kak ini bercanda pasti ya". Bisik Adinda sambil tertawa pelan pada keduanya.
"Ngga kata siapa bercanda". Ujar Aisyah membuat tawa Adinda terhenti.
"Beneran kak?". Tanya Adinda namun Aisyah tidak menjawabnya.
Mereka duduk bersama dengan Adinda yang gugup, Davin menarik nafasnya pelan sebelum berbicara padanya, ia pun sama gugupnya dengan Adinda namun ia mencoba untuk tetap tenang.
"Bismillahirrahmanirrahim, Adinda Putri Dirgantara kedatangan saya ke rumah ingin meminang kamu menjadi istri saya serta ibu dari anak anak saya apakah kamu bersedia?". Tanya Davin oada Adinda.
"Bismillahirrahmanirrahim dengan restu kedua orangtua, Adinda bersedia". Jawab Adinda dengan gugup membuat semuanya mengucap alhamdulillah.