 
                            Anisa begitu terkejut melihat sang suami yang datang dengan mengganden seorang wanita
Sudah beberapa bulan Anisa meridukan Nino suaminya, karna sebuah tragedi kecelakaan yang membuat Nino hilang dan kembali dengan menggandeng seorang wanita yang mengaku adalah istrinya
Padahan Nino sudah menikah dan memiliki anak dari Anisa namun karna Nino hilang ingatan Nino telah menikah lagi dengan seorang gadis yang telah menolongnya
Sanggupkah Anisa bertahan dalam sebuah rumah tangga yang membuat hatinya hancur karna Nino sama sekali tidak mengingatnya apalagi Nino sengaja mengumbar kemesraan di depan Anisa agar dia pergi dari hidupnya karna Nino yakin dia tidak pernah mencintai Anisa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liburan 4
Malam hari udara di sekitaran vila sangatlah dingin, semua kariawan berkumpul menyalakan api unggun, mereka duduk mengelilingi api unggun, mereka semua bercanda ada pula yang bernyanyi sambil memain kan gitar.
Pak Arman hanya memandang Anisa dengat sorot mata yang sulit di artikan.
Mereka semua berencana membuat sebuah permainan, siapa yang namanya keluar dari kertas yang di masukkan ke dalam toples, persis seperti ibu2 yang sedang mengocok arisan, jika salah satu dari mereka namanya keluar maka akan di berikan pertanyaan yang harus di jawab dengan jujur.
Saat semua kariawan sedang menulis nama masing2 peserta, tiba2 Nino datang bergabung.
"Tulis nama saya juga," ucap Nino yang sukses membuat semua kariawan melongok tak percaya, mereka jelas tak percaya Nino yang terkesan dingin dan datar kini malah mau ikut permainan koyol para kariawan nya.
"Bapak yakin mau ikut?" tanya Tika karna merasa tidak yakin dengan keputusan Nino kali ini.
"Iya, saya yakin," jawab Nino sambil menampilkan senyum manisnya, senyum yang mampu membuat kariawan wanita bersorak gembira.
Semua kariawan wanita tampak antusias mengikuti permainan koyol itu.
Tika yang menjadi tukang kocok nama yang mereka taruh dalam toples, dia mulai mengocok nya dengan sedikit kencang dan keluarlah satu gulungan kecil, mereka membukanya bersama-sama dan menyebutkan nama siapa yang kini keluar.
"Pak Arman," ucap Tika lantang.
Pak Arman tersenyum canggung, apalagi para kariawan saat ini sedang bersorak sorai mengeluh-elukan namanya.
"Apa bapak siap menjawab pertanyaan dari saya?" tanya Tika.
"Iya, saya siap."
"Kapan bapak menikah, tolong jawab dengan jujur."
Seketika pak Arman terdiam, wajahnya terlihat pucat, "Saya tidak tahu kapan saya menikah, saat ini saya sedang mengejar cinta seorang wanita, namun saya gagal meraih cintanya, dia wanita yang sangat spesial bagiku, akan aku simpan cinta itu dalam hati, biarlah tumbuh tanpa balasnya, aku hanya ingin mencintai bukan di cintai," pak Arman mengungkapkan isi hatinya yang saat ini sedang hancur lebur akibat penolakan Anisa.
Anisa tertegung dengan kata2 yang di ucapkan pak Arman, ada rasa bersalah melingkupi hatinya saat ini namun dia tau cinta tak dapat di paksakan.
Beda halnya dengan Nino yang menyunggingkan senyum penuh kemenangan, anggaplah dia jahat karna berbahagia di atas penderitaan orang lain.
Semua kariawan terdiam dia menatap pak Arman dengan perasaan iba, ada juga yang mengejek karna menganggap pak Arman laki2 yang lemah dan bodoh.
Kini Tika kembali mengocok toples yang berisi nama2 dari para peserta yang ikut.
Lalu keluarlah gulungan kecil, Tika membukanya dengan perlahan, dia diam tak bersuara, semua orang memandang Tika harap2 cemas namun tika hanya cengengesan karna yang tertulis di kertas itu namanya sendiri.
"Siapa yang mau memberikan pertanyaan sama gue?" tanya Tika dengan wajah memelas.
"Gue," jawab Anisa sambil tersenyum jahil.
"Siapa cowok yang lho suka saat ini?" tanya Anisa berbinar.
Tika terlihat gelagapan dengan pertanyaan Anisa.
"Gak ada cowok yang gue suka saat ini," jawab Tika sambil cengengesan.
Seketika kariawan yang lain bersorak jika Tika bohong.
"Bohong...!!bohong....!!
Tika langsung berbicara jujur dari pada nanti di keroyok sama teman2 nya.
"Gue suka sama...! Tika menjeda ucapan nya.
"Lanjut....!! teriak salah satu dari mereka.
"Gue suka sama mas Anton," jawab Tika cepat.
Anton adalah teman satu di divisi dengan dia, Tika beruntung karna Anton tiba2 datang menghampirinya dan saat itu pula ia menembak Tika malam itu.
Tepuk tangan pun terdengar riuh di tempat itu, Tika sangat bahagia karna Anton juga mencintainya.
Setelah adengan tika dan Anton kini permainan kembali di lanjut, Tika kembali mengocok toples itu, keluar lagi satu gulungan kecil, Tika membuka perlahan dan membacanya.
"Pak Nino," ucap Tika lantang.
"Siap kah bapak menjawab pertanyaan dari saya?" tanya Tika begitu antusias.
Nino mengangguk mantap.
"Apa bapak sudah punya pacar?"
"Saya tidak punya pacar," jawab Nino sambil melirik Anisa, yang sedang menundukkan kepalanya.
"Apa bapak menyukai seseorang?"
"Iya, saya menyukai seseorang, bukan hanya suka, bahkan separu hatiku telah hilang bersamanya." ucap Nino, masih setia menatap Anisa yang saat ini juga menatapnya.
Seketika kariawan bersorak, menyambut perkataan jujur dari seorang Nino arya bagaskara, yang di kenal dingin dan datar kini berani berkata jujur di hadapan para kariawan nya sendiri.
"Apa kami mengenalnya pak?" tanya Tika makin penasaran.
"Dia ada di sini bersama kita, aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama, dia adalah cinta pertamaku, dialah satu2nya yang membuat hati ku bergetar untuk yang pertama kali, siangku tak gairah malam2ku berselimut resah hanya dia yang terbayang dalam angan ku," ungkap Nino dengan terus menatap Anisa, netra mereka saling terkunci satu sama lain, detak jantung keduanya bertalu begitu cepat.
Anisa membuang muka dia benar2 salah tingkah saat Nino terus fokus memandang nya.
"Tembak sekarang pak," ucap salah satu dari mereka memberi semangat.
"Tembak...!! tembak...!! tembak....!!
Teriakan para kariawan seakan memberikan semangat untuk Nino, perlahan Nino berdiri dia berjalan menuju Anisa yang sedang duduk bersama tika di sampingnya, Anisa yang menyadari Nino semakin dekat, dia buru2 bangun dia pamit hendak pergi.
Namun dia kalah cepat, karna tangannya sudah di cekal oleh Nino, Nino yang tadinya berdiri kini berlutut di hadapan Anisa.
Sontak semua kariawan membelalak kan matanya tak percaya, karna seorang Nino rela berlutut di hadapan Anisa.
"Anisa, aku mencintai mu, maukah kamu hidup menua denganku?"
Anisa tidak menjawab dia hanya memandang wajah Nino yang kini terlihat penuh harap.
Anisa menghela nafas panjang sebelum menjawab nya.
"Maaf kan saya pak, saya sudah punya pacar, saya tidak bisa menerima cinta bapak, saya tidak mau menjadi tersangka utama gagalnya perjodohan bapak dengan Keyra, saya tidak akan pernah menghianati kasih sayang yang keluarga bapak berikan pada saya, saya tidak mau lancang mengambil bapak dari mereka, perjodohan bapak adalah kebahagian mereka, saya minta maaf karna saya tidak bisa menerima cinta bapak." Anisa berucap dengan deraian air mata.
perlahan genggaman tangan Nino terlepas dari tangan Anisa, dia terlihat rapuh, kejadian itu tak luput dar tangan jahil para kariawan termasuk Farhan yang merekam kejadian itu.
Anisa segera berlari meninggalkan Nino yang masih berlutut, Anisa menangis terisak di dalam kamarnya, ia menumpahkan segala rasa sesak dalam hatinya.
"Maaf kan aku Mas, aku tidak bermaksud menyakiti hatimu, aku juga sangat mencintai mu, tapi aku tidak berdaya, aku harap kamu mengerti," gumam Anisa, di sela tangisnya.
Dari berlutut kini Nino duduk tertunduk dengan mata berkaca-kaca, beberapa kariawan tidak tega dengan Nino namun sebagian dari mereka ada yang senang, karna mereka berharap Nino akan berpaling menyukai merekaa karna di tolak oleh Anisa.
Mereka hanya diam, memandang Nino dengan perasaan iba.
Hingga hujan turun begitu derasnya, namun Nino tetap pada posisinya tanpa berniat untuk masuk kedalam vila, semua kariawan berlarian mencari perlindungan agar tidak basah.
Nino menangis dalam diam, dia begitu rapuh, cinta pertamnya telah di tolak, hatinya sangat hancur saat ini.
Tika berlari menghampiri Anisa yang kini sedang menangis terisak sambil memeluk lututnya sendiri.
"Anisa," panggil Tika sambil mencari keberadaan Anisa saat ini.
"Nis apa lho baik2 aja?" tanya Tika merasa kawatir dengan keadaan Anisa yang sedang menangis sambil memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana.
"Nis, kasihan pak Nino, dia masih duduk di sana padahal hujan turun sangat deras tapi dia tetap tidak mau bangun, dia tetap pada posisinya, sepertinya dia sedang menangis," jelas Tika.
Sontak Anisa menegadahkan wajahnya tak percaya dengan omongan Tika.
"Apa itu benar Tik?" tanya Anisa kawatir.
Anisa buru2 bangun dan berlari keluar, dan benar saja Nino tetap pada posisinya dia duduk sambil menundukkan kepalnya, di tengah derasnya hujan dan kilat yang saling menyambar.
 
                    