Kehidupan Weni semakin memburuk semenjak dia menikah dengan Aldi Wijaya. Weni mengira dia akan bahagia dengan pernikahan nya dengan Aldi, tetapi semua nya salah.
Hingga Weni memutuskan untuk pergi karena sudah lelah dengan semua nya.
"Maaf aku menyerah, dan aku akan pergi sesuai keinginan kamu"
Weni Widjadja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
Keputusan Weni sudah bulat , dia akan pergi meninggalkan tanah air besok pagi.
Semua keperluan sudah ia siapkan , Weni hanya tinggal pergi saja.
"Apa keputusan mu tidak bisa berubah, sayang?" tanya Bunda Kirana.
"Tidak Bun, do'akan saja aku untuk selalu sehat dan bisa menjaga diri" jawab Weni mantap
"Bunda dan Ayah hanya bisa mendukung dan mendo'akan saja, Nak" ucap Bunda Kirana memeluk Weni.
Weni dan Ayah nya membeli Restoran yang sudah akan bangkrut, dan mereka langsung saja merubah nya dengan yang baru.
Hana dan yang lainnya bekerja dengan semangat karena mereka ingin membuat Restoran tersebut melesat kembali.
1 bulan kemarin, mereka sama-sama berjuang untuk membuat Restoran tersebut melambung dan akhir nya kerja kerasa mereka terbayar.
Setiap hari nya pendapatan mereka naik walaupun hanya sedikit.
"Hanaa" panggil Weni
"Mbak Hana di dapur, Bu" ucap Dise dengan ramah
Weni mengangguk dengan tersenyum, lalu ia menghampiri Hana yang sedang mencatat yang sudah kosong.
"Selamat siang Bu" sapa Amar dan Diki.
"Lanjutkan saja, saya ingin berbicara dengan Hana" balas Weni tersenyum
Weni merasa risih saat di panggil Bu, tetapi disana banyak orang dan juga pelanggan.
"Hana, Restoran tutup sampai jam 5 sore ya. Saya ingin kalian kumpul di Rumah sebelum jam 7 malam" ucap Weni lirih.
"Oke" balas Hana tersenyum.
Setelah berbicara seperti itu, Weni kembali lagi ke ruangannya. Dia akan mengerjakan beberapa berkas sebelum berangkat besok.
Sore hari pun tiba, Weni dan Kedua Orangtua nya sudah pulang sejak tadi.
Mereka akan makan malam dengan Bbq'an di halaman Rumah Weni.
"Semua nya sudah, Bun?" tanya Weni
"Sudah, bahan buat di bakar juga sudah siap" jawab Bunda Kirana.
"Ayo kita bawa , sambil nunggu Hana dan yang lainnya" ucap Weni.
Weni dan Bunda nya langsung saja ke gazebo depan, mereka menyusun beberapa makana, camilan , minuman dan yang lainnya untuk nanti malam.
Hingga tak lama kemudian, Hana dan yang lainnya datang juga. Mereka langsung saja menghampiri Weni.
"Wah kita akan pesta" pekik Diki dengan tawa renyah nya.
"Ck, kau ini langsung saja heboh" omel Vio dengan mendengus.
"Gak apa atuh, Beb" goda Diki dengan mengedipkan sebelah mata nya.
"Cih" decih Vio dengan kesal.
Sedangkan Diki, dia malah tertawa ngakak melihat wajah Vio yang kesal.
"Malah ribut, ayo yang cowo tugas nya biasa ya bakar-bakar" lerai Weni
"Oke, dan yang cewe ngabisin" balas Amar dengan terkekeh.
"Betul sekali" ucap Dise dengan tertawa.
Lalu mereka tertawa renyah dan langsung ngambil tugas nya masing-masing.
Sedangkan para cewe langsung membuat minuman , camilan dan sambal untuk hasil bakarannya.
Ayah dan Bunda Weni hanya tersenyum melihat tingkah mereka yang kadang absurd tersebut. Bahkan Vio dan Diki selalu saja berdebat.
"Bagaimana jika kita memang punya anak segini banyak nya, ya" ucap Bunda dengan terkekeh.
"Enak dong" balas Ayah dengan tersenyum
"Enak di kamu dan gak enak di aku" gerutu Bunda dengan kesal.
Sang Suami hanya terkekeh dan mengecup kening istri nya lembut.
Hampir tengah malam mereka baru saja menyelesaikan acara makan dan perpisahan bersama Weni.
Hana dan yang lainnya menginap disana, mereka akan mengantarkan Weni besok pagi.
"Mbak, jika merasa sendiri dan kesulitan kembalilah kesini Mbak" ucap Hana dengan lirih.
"Aku akan sukses terlebih dulu baru nanti pulang, Han" balas Weni tegas.
"Tapi jika kalian ingin kesana, kesana saja aku tidak akan melarang nya" ucap Weni kembali.
"Kau memang Kakak terbaik" ucap Vio dengan memeluk Weni.
Setelah itu mereka langsung saja terlelap karena memang sudah mengantuk. Weni tersenyum melihat Hana, Vio dan Dise yang seperti enggan berjauhan dengannya.
Weni pun ikut terlelap karena rasa kantuk yang menyerang nya, mereka tidur dengan memeluk satu sama lainnya.
***
Pagi ini, tampak wajah sendu di tampilkan Hana dan Vio. Mereka saat ini sedang berada di Bandara Kota B.
"Bunda mohon, tersenyumlah agar Weni bisa tenang menggapai cita-cita nya" pinta Bunda Kirana pada Vio dan Hana.
Hana menarik nafas kasar dan di hembuskan dengan perlahan, begitupun dengan Vio. Lalu mereka tersenyum saat Weni berjalan ke arah mereka.
"Aku titip Ayah dan Bunda ku pada kalian ya, jika ada sesuatu tolong kabari aku" ucap Weni tersenyum.
"Begitupun dengan diri mu, Mbak. Jika memang tidak sanggup jangan di paksakan, kembalilah pada kita semua" balas Hana tegas.
Weni menganggukan kepala dan memeluk mereka satu persatu.
Lalu Weni berpindah pada Ayah dan Bunda nya.
"Tolong jaga kesehatan dan tetaplah seperti ini saat aku kembali" ucap Weni dengan sendu.
"Kami akan selalu menunggu mu, Nak. Pulanglah dengan apa yang kamu cita-cita kan" balas Ayah dengan tegas.
"Jaga diri dan kesehatan selama jauh dari kami" ucap Bunda memeluk Weni kembali.
"Bunda tahu Kakak Ayah kan selalu mengajari ku menjadi wanita kuat dan tangguh. Selama kita benar kita wajib membela dan menatap nya dengan berani, terkecuali memang jika kita salah kita wajib tunduk dan mengalah. Tetapi bukan untuk menjadi lemah bahkan berhak di tindas, tetapi buat kita menjadi waspada dan kuat" ucap Weni dengan tegas.
"Kau persis sekali dengan Kakak Ayah mu, Nak" kekeh Bunda dengan mencubit pelan pipi Weni.
Panggilan pesawat yang akan Weni tumpangi pun sudah terdengar. Weni langsung saja bersiap dan berjalan ke arah pesawat.
"Hati-hati" ucap Ayah dan yang lainnya.
Weni hanya menganggukan kepala nya dan berbalik kembali. Ia tidak akan berbalik ke belakang meski ada Orangtua nya pun.
Weni terus saja melangkah dengan langkah yang tegas dan pasti. Dia menghilang di balik pintu pesawat.
Setelah melihat pesawat yang membawa Sahabat, Kakak dan Putri nya pergi melesat, Kedua Orangtua Weni dan yang lainnya pun pergi meninggalkan Bandara.
"Semoga kamu bisa mencari kebahagian yang sebenarnya disana. Aku tahu bahwa hati mu sangat rapuh dan saat ini kamu pasti sedang menangis, Nak" batin Ayah dengan raut wajah datar nya.
Ayah melajukan mobil nya ke arah Restoran, dia akan mengantarkan Istri serta Hana dan yang lainnya untuk bekerja. Baru setelah itu dia akan mengunjungi saudara nya yang ada disana.
Sedangkan di pesawat, Weni menatap ke arah luar jendela dengan air mata yang menetes.
"Maafkan aku, Ayah, Bunda. Aku akan pergi menghilang untuk waktu yang belum aku tahu. Aku akan menyembuhkan luka ku dengan sendiri, aku bukan wanita tangguh Bun, aku wanita lemah yang malah pergi menghindari semua nya" gumam Weni dengan menyeka air mata nya.
"Cintaku untuk nya memang sudah semakin menghilang, tetapi trauma dalam cara dia memperlakukan mu masih ada. Tetapi, aku akan kembali dengan Weni yang lain" gumam Weni kembali.
Lalu dia memilih memejamkan mata nya dan melupakan semua nya.
.
.
.
yg gak baik itu bram sama Weni dan keluarga nya
kalo orang jahat pasti saling mendukung sesama penjahat