NovelToon NovelToon
Diantara Pelukan Dan Peluru

Diantara Pelukan Dan Peluru

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Persahabatan / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Inka

Antara cinta dan peluru, yang manakah yang akan dipilih Arabella maupun Marcello? Akankah mereka berpisah dan saling membenci?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Setelah Marcello dan anak buahnya berhasil menghancurkan mecha pertama. Hutan kembali dipenuhi oleh asap tebal berwarna orange. Dari balik asap tebal muncul mecha jenis lain yang dibuat oleh anggota Nyx. Pohon pohon hancur lebur dan tumbang.

Tiga tembakan mengenakan tanah, Arabella, Marcello dan Jacob terhempas ke tanah. Mereka nyaris tidak punya tempat untuk berlindung.

Ledakan kembali mengguncang, tanah bergetar seperti gempa kecil.

"Kali ini mereka mengirim mecha yang lebih canggih." teriak Jacob dengan wajah penuh goresan dan keringat.

"Kalau kita tetap disini, kita bisa mati. Kita harus bisa melumpuhkan benda itu."

Saat alat pendeteksi pengenalan wajah Arabella aktif, mecha secara otomatis mengunci targetnya.

"LOCKED!"

"EXECUTION MODE!"

"ACTIVE!"

Peluru meluncur cepat menghantam tanah sekitar Arabella. Tubuhnya terpental hingga membentur batang pohon yang sudah terbakar.

Nafasnya tercekat, Ia memuntahkan seteguk darah segar.

Marcello terkejut melihat kejadian itu. Ia membatu selama beberapa detik sebelum berteriak dan berlari kearah Arabella.

"Bella!"

Saat peluru berikutnya akan menghantam tanah di dekat Arabella, Marcello melompat dan menutupi tubuh wanita itu dengan tubuhnya.

Serpihan logam tajam menancap di punggung Marcello. Darah segar membasahi pakaiannya

Jacob ikut terkejut melihat kejadian itu. Ia memutuskan berlari kearah mecha. Ia melempar dua buah granat ke dalam lutut mesin itu.

DUAR

Terdengar ledakan keras, mecha terhuyung ke depan.

Senjata otomatis beralih menargetkan Jacob. Ia berputar mengikuti langkah pria itu. Hujan peluru kembali menghantam tanah. Peluru itu hampir saja merobek seluruh tubuhnya.

"Sekarang! Hancurkan bagian inti mesinnya!" teriak Jacob sebelum tersungkur ke tanah. Darah segar mengucur dari bahu dan pahanya.

Marcello menggeretakkan giginya dengan tubuh yang masih lemah. Ia menarik tubuh Arabella ke belakang punggungnya, lalu mengangkat senjata khusus dari pinggangnya.

Ia menembak sejajar dengan panel dada mecha menggunakan EMP jarak dekat. Ledakan listrik berwarna biru menghantam sistem yang dirancang di dalamnya.

Mesin itu bergetar hebat, lampu merah ikut berkedip liar. Dari balik punggung Marcello, dengan sisa sisa kesadarannya, Arabella menembakkan pistolnya ke celah panel yang terbuka. Peluru terakhir masuk menembus inti energi mecha.

BOOM!!

Mecha meledak dan kobaran api menyapu hutan. Asap tebal berwarna abu-abu bercampur hitam menutupi langit yang mulai menampakkan wujudnya.

Marcello berlutut di sampingnya menatap jasad anak buahnya yang sudah tergeletak tak bernyawa di atas tanah. Napasnya berat dan darah segar membasahi wajahnya.

Jacob bahkan hampir tidak bisa berdiri setelah berjam-jam bertempur dengan anggota Nyx dan dua mecha yang dikirim William.

Semuanya diam dengan pikiran masing-masing. Hanya suara api dan detak jantung mereka yang masih berdetak meskipun hampir nyaris berhenti.

Marcello menoleh ke belakang dan menggenggam tangan Arabella.

"Jangan mati dulu, Bella. Kalau kau mati, aku tidak akan memaafkan mu sampai kapan pun."

Arabella tersenyum samar dan membalas genggaman tangan Marcello.

Mereka hampir mati di tengah neraka api yang diciptakan William. Namun, mereka akhirnya berhasil mengalahkan anggota Nyx dan mecha yang dikirim.

Luka di tubuh mereka hanyalah permukaan saja. Karena William masih belum memperlihatkan kartu terakhirnya.

Tanpa mereka sadari, dari kejauhan seseorang mengamati mereka dengan tatapan yang cukup tajam.

\#

\#

\#

Mereka memutuskan berteduh di sebuah pondok kayu tua di dekat tebing. Meskipun pondok itu sudah hampir roboh. Tapi mereka masih bisa berteduh disana dari hujan yang tiba-tiba melanda kawasan hutan.

Ketiganya masuk dengan langkah gontai dengan napas tersengal. Darah segar menetes dari pakaian mereka.

Marcello bersandar di dinding dengan tubuh penuh luka sayatan, dan serpihan logam. Ia memejamkan kedua matanya memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini.

Arabella tiba-tiba melangkah mendekatinya dengan tangan gemetar. Ia merobek ujung bajunya membersihkan darah di punggung Marcello.

"Luka di tubuh mu sangat banyak. Kau bahkan tetap bersikap dingin meskipun peluru itu bisa saja mencabut nyawa mu." kata Arabella dengan pelan.

"Kalau aku mati, siapa yang akan menjagamu." balas Marcello mendengus pelan.

Mata Arabella berkaca-kaca.

"Kau bicara seperti itu seakan-akan aku hanyalah beban mu. Padahal aku bisa melindungi diri ku sendiri."

Mata Marcello terbuka dan menatap wajah Arabella dengan tajam.

"Itu masalahnya. Aku tahu kau bisa melindungi dirimu sendiri. Tapi aku tidak pernah bisa berhenti menjagamu."

Arabella terdiam. Ia menekan luka di punggung Marcello dengan pelan dan menunduk meniup lukanya.

Jacob yang duduk di pojok melirik sekilas kearah mereka. Ia menarik napas panjang saat merasakan sesuatu yang aneh menyerang hatinya.

Arabella duduk di samping Marcello dan berkata dengan lirih.

"Aku lelah Marcello. Aku lelah menyembuhkan semuanya."

"Kalau begitu berhenti lari dan bersembunyi. Setidaknya dariku."

Arabella menoleh dan menatap wajah Marcello dengan sangat dalam. Wajah mereka semakin dekat. Saat bibir mereka akan bertemu, langkah berat seseorang terdengar dari luar.

Jacob langsung berdiri dengan cepat, begitu juga dengan Marcello. Ia meraih pistol di pinggangnya dengan tangan yang masih bergetar.

Arabella menahan napas saat melihat pintu kayu berderit. Asap dari luar ikut masuk e dalam, bercampur udara dingin kawasan hutan.

Seorang pria berdiri dengan wajah tenang menatap ketiganya. Ia memiliki tubuh yang tinggi, tegap, dengan mantel panjang yang menutupi seluruh tubuhnya. Sorot matanya tajam dan ada aura misterius tersembunyi di dalamnya.

"Kalian bertiga terlihat begitu menyedihkan. Aku hampir saja tidak mengenali wajah kalian." ujarnya dengan wajah datar.

Arabella membeku melihat kedatangan pria itu.

"Oliver..." gumam Arabella membuat raut wajah Marcello berubah dingin.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Jacob dengan wajah datar.

Oliver masuk ke dalam dengan wajah tenang, Ia bersikap acuh saat melihat Jacob maupun Marcello menatapnya dengan tatapan penuh waspada.

Ia menatap Arabella, lalu menoleh kearah Marcello.

"Aku dengar William sedang memburu mu, Ara. Ternyata kabar itu benar. Aku hampir saja tidak mengenali mu. Tubuhmu hampir dipenuhi oleh luka dan darah yang hampir mengering."

Marcello merasa tidak senang mendengar perkataan Oliver. Ia merasa cemburu saat Oliver memperhatikan Arabella dengan begitu detail.

"Aku masih memiliki tenaga lebih untuk mengeluarkan isi kepalamu."

Oliver melipat kedua tangannya di dada, Ia sama sekali tidak takut dengan ancaman Marcello.

"Kalau begitu, lakukanlah. Aku tidak takut mati. Tapi jika aku mati, kau harus siap kehilangan wanita yang membuatmu jatuh cinta. Karena kalau aku mati, maka wanita mu akan ikut mati bersama rahasia ku."

Arabella membeku mendengar perkataan Oliver.

"Oliver, jangan--"

Arabella menggelengkan kepalanya menghentikan perkataan Oliver.

Oliver berdiri dengan wajah tenang diantara Marcello dan Jacob. Arabella merasa tidak nyaman dengan situasi itu. Karena Oliver adalah rahasia yang bisa menghancurkan Arabella maupun Marcello.

1
Meylin
Dari awal baca novelnya bagus banget dan seru juga ceritanya 😍
Ditunggu judul barunya dan lanjutannya ya🙏👍
ani
Kpn update?😄
ani
Apa Arabella mati?
ani
Kereennn makin serusuh 😍
ani
🤣🤣🤣 apa kau tidak dengar perkataan mantan mu barusan? 🤩🤩
ani
Kerennnn
Dimas Ferdiansyah
ok kk saya siap ikutin karya kk yg paling bagus dan debes semangat selalu ya ka 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!