Prasetya terpaksa menikahi perempuan pilihan orang tuanya karena desakan dari orang tuanya, namun selama pernikahan dia tidak pernah mencintai perempuan yang telah menjadi istrinya itu karena hatinya sudah memilih perempuan lain yang menjadi kekasihnya selama mereka masih sekolah. Namun demi memenuhi keinginan orang tuanya dia rela menikahi perempuan pilihan orang tuanya.
Namun ternyata wanita pilihannya tidaklah sebaik yang dia kira selama ini, kekasihnya ternyata memiliki sifat jahat yang hanya ingin menguasai harta miliknya. Dia pun juga memanipulasi perasaan Prasetya dengan berpura-pura menjadi wanita yang baik di hadapannya. Tetapi, sifatnya berbeda ketika di belakang Prasetya. Dia bahkan memfitnah istri pertama Prasetya agar dia terlihat jelek di mata suaminya dan Prasetya tidak akan pernah menyukai istri pertama itu yang ternyata memiliki hati yang baik seperti malaikat.
Akankah kejahatannya bisa terbongkar dan memperlihatkan sifat aslinya itu?! bisakah Jasmine bertahan?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phoenixsoen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16 Jasmine pingsan..?!
Keesokan harinya seperti biasa Jasmine bangun lebih dulu setelah selesai sholat shubuh Jasmine turun ke bawah untuk melakukan pekerjaan rumah sebelum berangkat ke sekolah. Jasmine memasukan pakaian kotornya ke dalam mesin cuci dan menyalakannya. Setelah itu Jasmine menyapu lantai dan membereskan semua ruangan di rumah kecuali kamar Pras dan Viona. Setelah semua selesai barulah Jasmine memasak untuk serapannya pagi ini. Jasmine pun memakan sarapannya sendiri dan mencuci bekas alat makannya sendiri.
Di saat semua telah selesai dan Jasmine akan naik ke atas, Pras dan Viona hendak turun dengan pakaian yang sudah rapi untuk pergi bekerja. Jasmine menoleh sekilas lalu melewati keduanya dan berjalan menuju kamarnya, tidak ada sarapan yang dia siapkan untuk suami dan madunya itu. Hanya air putih yang ada di atas meja. Pras menghela nafasnya kasar namun kemudian dia mulai memasak untuk sarapan pagi nya bersama Viona.
"mas, kamu akan pulang jam berapa hari ini?!" tanya Viona yang duduk menunggu sarapannya di kursi pantry.
"mungkin agak malam Vi, soalnya aku ada rapat di luar kantor. Memangnya kenapa Vi?!" ujar Pras yang masih fokus dengan kegiatannya.
"oh.. Enggak, aku cuma nanya. Soalnya aku juga ada dinas di luar kantor dan mungkin akan pulang malam" ucap Viona sambil sibuk membalas pesan di hp nya.
"oh.. Kamu mau sekalian bareng aku saja pulangnya?! Biar aku jemput kalau pulangnya barengan" tawar Pras mengajak Viona.
"hemm... entahlah mas, aku belum yakin pulangnya jam berapa. Soalnya dinasnya tidak tentu waktu, kamu duluan saja kalau sudah selesai kerjaannya" ucap Viona yang masih sibuk dengan hp.
"oh.. begitu ya sudah, kamu kalau mau aku jemput bilang saja Vi. Kapanpun kamu pulangnya takutnya nanti tidak ada taksi untuk kamu pulang" kata Pras perhatian.
"iya mas" jawab Viona singkat.
Saat bersamaan Jasmine telah siap untuk berangkat ke sekolah tempatnya mengajar , dia pun langsung turun ke bawah sambil membawa tasnya dan beberapa dokumen yang ada di tangannya. Jasmine berjalan melewati dapur yang dimana disana ada Pras dan Viona yang sedang menikmati sarapan mereka. Jasmine pun berjalan ke arah Pras yang duduk di meja makan sambil sarapan. Jasmine mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Pras untuk berpamitan pergi.
Sekilas Pras mengulur senyum yang mengembang ketika tangannya di salami oleh Jasmine. Ada sensasi menggelitik dalam dirinya ketika Jasmine mencium punggung tangannya, sekaligus ada rona bahagia yang menjalar di hati Pras meski samar. Hal itu tidak pernah Pras rasakan dari istri keduanya ketika Viona hendak berangkat bekerja. Setelah berpamitan Jasmine pun pergi meninggalkan keduanya di meja makan, Jasmine menuju mobilnya dan berjalan keluar rumahnya menuju jalanan yang cukup padat pagi ini.
"Vi, kenapa rasanya kamu tidak pernah berpamitan dengan aku seperti yang dilakukan Jasmine saat kamu akan berangkat kerja?!" tanya Pras tiba-tiba.
"memangnya kenapa sih mas, bukannya sama saja aku pamitan atau enggak tidak akan ada pengaruhnya terhadap hubungan kita kan. Kenapa mas, malah meributkan hal itu sekarang?!" kata Viona acuh.
"ya.. Enggak Vi, cuma kan sekarang kamu adalah istri aku juga. Kenapa kamu tidak pernah memperlakukan aku seperti Jasmine yang selalu menyalami tangan aku ketika hendak akan pergi" kata Pras membandingkan.
"mas, kamu mulai membanding-bandingkan aku dengan perempuan kampung itu ya?! Kamu sudah mulai ada rasa dengan dia, begitu?!" nada bicara Viona sedikit meninggi.
"bukan begitu Vi, walau bagaimanapun aku ini adalah suami kamu. Kamu seharusnya menghormati aku sebagai seorang suami seperti yang Jasmine lakukan" kata Pras menjelaskan.
"ah.. Sudahlah mas, jangan rusak mood aku pagi-pagi begini. Bikin nafsu makan aku jadi hilang tau gak, aku tidak mau ribut dengan hal sepele seperti ini" kata Viona yang akhirnya meninggalkan meja makan dan berlalu pergi.
Pras hanya menghela napas kasar sambil membereskan bekas makannya di wastafel kemudian menyusul Viona ke depan rumah dan berangkat ke kantor.
***
Di sekolah...
Jasmine tampak sibuk dengan jadwal mengajarnya dia mengajar murid-muridnya dengan begitu telaten dan murid-muridnya pun sangat menyukai cara mengajar Jasmine yang begitu penuh kelembutan. Sampai tidak terasa waktu pulang pun tiba, dan semua anak-anak keluar dari kelasnya masing-masing dan pulang dengan di jemput orang tua mereka.
Setelah mengajar Jasmine kembali ke kantornya untuk mengerjakan pekerjaan lain yang berhubungan dengan yayasannya. Jasmine begitu fokus dengan tugasnya sebagai pimpinan yayasan sampai tidak menyadari perubahan cuaca di luar sekolah. Hari ini tiba-tiba saja langit menjadi gelap dan hujan pun mulai turun secara perlahan dan menjadi lebat secara seketika.
"Jasmine, kamu tidak pulang ke rumah sekarang?! Di luar hujan loh" kata Tiara yang masuk ke ruangan Jasmine.
Jasmine yang masih fokus pada laptopnya sama sekali tidak menyadari kedatangan Tiara di hadapannya. Sampai Tiara harus memanggilnya beberapa kali sampai Jasmine menyadarinya.
"Jasmine..!!" panggil Tiara ketiga kalinya.
Jasmine pun akhirnya sadar dan menoleh pada Tiara yang berada di hadapannya.
"eh.. Kamu Ra, ngagetin saja. Kenapa kamu harus teriak begitu?! Aku kan jadi kaget" ucap Jasmine.
"ya habisnya kamu di panggil dari tadi gak nyahut, kamu lagi fokus apa sih, serius banget kelihatannya sampai tidak sadar aku ada disini?!" tanya Tiara yang penasaran.
"oh... Hanya urusan yayasan kok Ra, kamu kenapa kesini?! Ada yang mau kamu bicarakan sama aku?!" tanya Jasmine mengalihkan.
"hemmhh... Tadi aku tanya.. Apa kamu tidak akan pulang ke rumah sekarang?! Di luar sedang hujan deras loh Jasmine" Tiara menunjukan derasnya hujan di luar jendela ruangan Jasmine.
"oh.. Ya aku masih banyak pekerjaan yang belum selesai, kalau kamu mau pulang duluan saja kalau semua pekerjaan kamu sudah selesai. Aku masih mau disini untuk mengerjakan pekerjaan aku" kata Jasmine yang kembali fokus pada laptopnya.
"kamu yakin nih.. Aku tinggal sendiri, memangnya kamu berani di sekolah sendirian?! Di luar hujan lebat loh, ada petir juga.. Kamu hati-hati ya Jasmine" ujar Tiara yang khawatir.
"iya tenang saja aku bisa kok sendirian, lagian kan aku bukan anak kecil lagi. Sudah sana kalau mau pulang" usir Jasmine pada sahabatnya.
Dengan terpaksa Tiara pun meninggalkan Jasmine sendirian di ruangan itu dan segera menuju ke parkiran untuk mengendarai motor matiknya dan meninggalkan sekolah. Jasmine yang kini sendirian mulai meneruskan pekerjaan yang masih banyak harus dia selesaikan. Tanpa terasa waktu pun berlalu semakin malam, sampai waktu Maghrib tiba Jasmine masih mengerjakan tugasnya.
Hujan di luar gedung sekolah semakin deras dengan kilatan guntur dan petir yang saling bersahutan membuat suasana terasa mencekam. Dalam suasana yang sepi dan di luar cukup gelap, tiba-tiba listrik pun mati di sertai dengan suara guntur yang menggelegar sampai memekakkan telinga. Jasmine pun berteriak dengan kencang ketika ruangannya menjadi gelap gulita tanpa adanya penerangan.
"Astaghfirullah UMMIIII... " teriak Jasmine sambil menutup telinganya karena ketakutan.
Jasmine pun berjongkok di bawah mejanya sambil memeluk kedua lututnya erat, di tengah kondisi yang gelap Jasmine berusaha keluar dari ruangannya dengan meraba-raba sekitarnya. Berbekal cahaya dari jam tangannya Jasmine mencari-cari handphone nya yang ada di atas meja. Setelah menemukannya Jasmine kemudian menyalakan senter di ponselnya, dia kemudian langsung membereskan barang-barangnya ke dalam tas dan langsung buru-buru keluar untuk menuju parkiran.
Namun ketika hendak keluar guntur dan petir kembali menyambar menciptakan kilatan cahaya yang menyilaukan serta getaran pada bangunan gedung. Seketika itu Jasmine pun kembali berteriak dan berjongkok sambil memegang kedua lututnya erat. Kilatan guntur dan petir itu terdengar beberapa kali sampai membuat tubuh Jasmine gemetaran dan tidak mampu berdiri.
Jasmine mulai menangis seorang diri karena rasa takut yang begitu hebat dia rasakan, dia pun kembali teringat dengan momen dimana dia ketika di culik dan di sekap dalam ruangan gelap yang lembab dan pengap. Akhirnya tubuhnya pun melemas dan akhirnya pingsan, beruntung beberapa saat kemudian seorang satpam yang sedang berkeliling datang dan melihat Jasmine yang sedang terkapar di lantai.
Satpam itu segera mendekati Jasmine dan memeriksa kondisinya, setelah memastikan kondisi Jasmine baik-baik saja tanpa luka. Satpam itu segera mengambil ponsel Jasmine dan menekan nomor darurat yang tersimpan di ponselnya. Sesaat kemudian nomor itu tersambung ke nomor Pras, setelah diangkat oleh penerima telpon satpam itu menceritakan kondisi Jasmine saat itu. Setelah telpon terputus satpam itu membawa Jasmine ke ruangan jaga satpam yang berada di luar gedung sekolah.