Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 16.
Para karyawan NAV Corp terlihat heboh dan berbondong-bondong mencari celah serta kesempatan untuk bisa melihat ke arah luar perusahaan. Tak hanya karyawan perempuan, para karyawan laki-laki juga melakukan hal yang sama.
Di lobby saat ini, dinding kacanya bahkan sudah dipenuhi oleh mata-mata dari para mereka yang begitu ingin tahu dengan apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh sang atasan di luar perusahaan.
Pria gagah yang wajah tampannya kini bisa dinikmati oleh seluruh karyawannya itu berjalan dan berdiri tegak dengan kedua tangan yang tersimpan di dalam saku celana. Kaca mata hitam membingkai serta menutupi mata elangnya, terarah lurus ke depan. Dari sisi manapun, visualnya tetap mampu membuat para karyawan menjerit tiada henti, sekalipun hanya punggung lebarnya yang mampu untuk dipandangi.
Sampai pada kedatangan deretan mobil mewah yang memasuki area perusahaan NAV Corp.
Seorang pria dengan perawakan yang tak jauh gagahnya dari Elvano keluar.
Rexi tersenyum sinis saat melihat Elvano menyambut kedatangannya se-sepesial ini, sampai keluar dari perusahaan dan menantikannya secara langsung. Entah harus merasa tersanjung Rexi atas sambutan Elvano, atau sebaliknya, ia perlu menghajar wajah Elvano. Karena meski menyambutnya secara langsung, Elvano memasang ekspresi yang terlalu berhasil membuat Rexi muak.
"Selamat datang di NAV Corp. Perusahan besar yang berhasil membuat RH (Rykhad Holdings) begitu tertarik."
Elvano tersenyum, sudut bibirnya terangkat tipis saat mengatakan kalimatnya yang terkahir. Netranya menajam saat melihat Rexi tak kalah sinis membalas senyumannya.
"Sepertinya kau sudah tahu apa tujuanku datang ke sini."
"Jelas. Tidak mungkin kau hanya tersesat." Elvano terkekeh dingin. Ia berbalik dan melangkah masuk ke perusahaannya dengan tak lupa melanjutkan ucapannya. "Aku tahu apa yang kau cari, tapi aku pastikan, kau tidak akan bisa mendapatkannya di sini."
Elvano menyambut Rexi, pria yang sepertinya sudah terdeteksi oleh radarnya sebagai rival yang akan menghalangi kebersamaannya bersama Sena itu dengan tatapan mata yang sangat tajam, tanpa jabatan tangan atau bahkan sapaan yang sopan.
Rexi yang juga membawa langkah untuk masuk ke dalam perusahaan NAV Corp, ikut terkekeh geli. Rasanya ingin sekali ia melayangkan tendangan bebas pada punggung Elvano, pria yang teramat sombong serta percaya diri sekali dan sudah begitu berani mencium Sena di hadapannya.
"Cari secepatnya si anak paling mandiri itu di perusahaan ini," perintah Rexi pada Jack seiring langkahnya mengikuti Elvano dengan berjarak.
"Baik, Tuan." Jack langsung menghubungi orang-orang mereka untuk secepatnya menemukan Sena sesuai perintah sang bos di perusahaan NAV Corp.
Dua pria berkuasa dengan aura yang kuat itu terus melangkah beriringan di lobby perusahaan. Mereka tetap menjadi perhatian para karyawan yang kini melihatnya dengan cara diam-diam.
*
*
*
Sena menggigit bibirnya, ia melirik pada Katie yang duduk di meja lain. Dua wanita itu saling memberikan tatapan, terlebih Sena, wajahnya sudah pias dan terlihat kesal.
Bagaimana tidak, sudah hampir setengah jam berlalu ia kembali duduk di coffee shop, tapi bukan untuk bercengkrama ringan bersama Katie, melainkan menemani pria yang sudah ia tabrak karena kecerobohannya. Ya, Sena tengah duduk berhadapan dengan Rett.
Rett yang meminta itu semua sebagai bentuk permintaan maaf dari Sena. Ia ingin terus dan lebih lama menatap wajah cantik yang hampir setiap hari selalu saja muncul di pikirannya setelah terakhir pertemuan mereka. Sena benar-benar cantik, dan Rett pastikan ia akan mendapatkan wanita di hadapannya ini bagaimanapun caranya. Sekalipun harus berhadapan dengan Mr. K.
"Kau bekerja di perusahaan NAV Corp?"
"Hm."
Rett terkekeh saat mendapatkan jawaban yang begitu singkat dari Sena. Wajah kesal wanita itu bahkan terlalu imut di matanya.
"Sebagai sekertaris pimpinannya?"
"Bukan. Saya hanya karyawan biasa, bagian HRD."
Rett mengangguk, ia menyesap coffee yang sudah dibayar oleh Sena sebagai permintaan maafnya. Pria itu sengaja mengulur waktu, ia ingin melihat apa yang terjadi saat dirinya mendekati wanita yang pernah mendampingi pemimpin Black Skull ini.
Namun, setelah setengah jam berlalu, Rett tak menemukan apapun. Wanita yang ia inginkan ini bahkan tak memiliki pengawal. Rett sempat berpikir jika Sena adalah wanita yang spesial bagi Mr. K.
Mungkinkah Sena hanya pasangan random yang dipilih untuk mendampingi Mr.K?
Rett tersenyum licik, tangannya bergerak dengan mata yang sama sekali tak pernah lepas dari memperhatikan wajah cantik Sena.
Sena terkesiap saat Rett ingin menyentuh tangannya yang ada di atas meja. Dan dengan cepat ia menarik tangannya.
"Maaf, aku hanya ingin mengambil tisu ini." Rett tersenyum seraya mengangkat tisu yang ia raih. Senyum yang selalu berhasil membuat Sena merinding.
Kirimkan gambarnya ke mereka, sekarang!
Rett menyeka halus mulutnya dengan tisu setelah mengirimkan pesan singkat pada anak buahnya.
"Kita lihat apa yang akan terjadi."
Sena mengangkat wajah, menatap Rett heran saat mendengar ucapan pria aneh itu.
"Kau sangat cantik, Sena," puji Rett tulus apa adanya. Pria itu menatap Sena begitu dalam, ia sedikit memiringkan kepalanya sebelum kembali berkata, "Aku sudah jatuh cinta padamu saat pertama kali kita bertemu."
Deg!
Sena mematung. Ia terdiam tanpa bisa berkata setelah mendengar ucapan Rett padanya.
Sena sudah berusaha mengingat Rett, siapa dan di mana mereka pernah bertemu, tapi Sena sama sekali tak mengingatnya. Namun, suara Rett. Suara pria itu cukup familiar. Sena merasa pernah mendengar suara itu. Suara yang....
*
*
*
Sedangkan di pulau Skavenna, Zion yang tengah mengawasi pengiriman barang langsung terbatuk asap nikotin saat melihat pesan gambar yang masuk ke dalam ponselnya.
Zion melotot, matanya terlihat membara dengan kemarahan dan kecemasan. Ia tidak percaya bahwa Sena sedang bersama Rett di sebuah coffee shop. Dengan cepat, ia menghubungi Elvano.
"Di mana Sena?" tanya Zion keras pada Elvano.
"Ada apa?" Elvano bisa menangkap hal yang tidak beres saat Zion langsung menanyakan di mana keberadaan wanitanya.
"Rett sedang bermain-main dengan Sena. Aku belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku sungguh tidak menyukai ini," kata Zion dengan nada yang marah. Ia sudah berlari menuju helikopter yang terparkir tak jauh dari mansion.
"Aku akan ke sana, jangan gegabah El," kata Zion. "El?! El?! Kau mendengarku?!" Zion memeriksa ponselnya dan langsung mengumpat saat panggilannya diputus langsung oleh Elvano.
"Bajingan kau Rett! Kau menaruh jebakan!" umpat Zion saat masuk ke heli. Ia terlebih dahulu menghubungi Tracker, ingin memastikan Elvano tidak berbuat sesuatu yang gila, yang bisa saja merugikan dirinya juga perkumpulan mereka.
***
Cogan-coganku kalau kalian kumpul tolonglah jangan pada bertengkar ya! Aku tidak perlu kalian perebutkan, aku akan berusaha adil dalam cerita ini, oke?!😉🤣
Sena abaikan aja terus Elvano. Buat dia jadi mayat hidup karena terlalu merindukan mu. Jangan mudah kasih maaf/Determined//Facepalm//Facepalm/