Rachel, mendapatkan kiriman undangan kekasihnya dengan wanita lain. Saat ingin meminta penjelasan, sang kekasih malah sedang berselingkuh. Patah hati, dia memilih pergi ke klub malam. Namun seorang pria yang dia kenal, adalah mantan kekasih wanita lain itu datang padanya. Memberinya tawaran yang mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 31
Setelah beberapa menit. Pintu kamar Rachel kembali terbuka, memperlihatkan Sagara yang datang dengan kaos berkerah lengan pendek dan celana pendek juga.
'Aku tidak pernah melihatnya berpenampilan seperti itu. Ternyata dia tampan juga.. eh apa yang aku pikirkan' batin Rachel.
Sagara bahkan tersenyum saat mendekat ke arah Rachel.
'Sejak kapan dia murah senyum begitu?' batin Rachel lag.
Karena kan biasanya pria itu selalu bicara ketus padanya. Entah kenapa pagi ini menjadi sangat lembut pada Rachel.
"Mau aku suapi?" tanya Sagara.
Rachel nyaris menjatuhkan rahangnya, dia tidak percaya Sagara mengatakan kalimat seperti itu padanya. Pria itu mau menyuapinya. Rasanya Rachel mau keluar dan melihat darimana matahari terbit hari ini. Kenapa Sagara bisa bicara seperti itu? Rachel pun segera melambaikan tangannya di depan wajahnya beberapa kali.
"Tidak perlu mas, aku bisa makan sendiri" ucap Rachel.
Rachel pikir dia tidak boleh banyak berhutang budi atau apapun itu pada Sagara. Masalahnya dia juga tidak tahu, akan sampai kapan pernikahannya ini berlangsung. Mereka menikah hanya untuk menunjukkan pada Ravi dan Hani, kalau mereka baik-baik saja setelah di khianati oleh kedua orang itu. Dan mereka yang mencampakkan keduanya karena memang mereka yang menikah lebih dulu meski hanya berbeda hitungan jam.
Hal itu membaut Rachel tidak ingin bergantung pada Sagara. Dan tidak ingin juga sampai dia terlena pada semua kebaikan Sagara itu.
Sagara menyerahkan piring berisi sarapan pada Rachel. Pria itu juga tidak ingin memaksakan apapun pada Rachel. Karena mungkin hubungan mereka ini masih perlu di jalin dengan lebih baik lagi dan perlahan. Tidak perlu terburu-buru. Dia juga tidak ingin Rachel merasa tertekan, atau terpaksa menerima perasaannya.
"Mas tidak sarapan?" tanya Rachel setelah menerima piring yang diberikan oleh Sagara.
Sebenarnya Rachel menanyakan hal itu bukan karena perhatian atau perduli pada Sagara tentang sarapannya. Rachel tahu Sagara itu sudah dewasa, Rachel yakin Sagara tahu kapan dia harus makan dan tidak. Hanya saja Rachel merasa canggung makan di lihat terus oleh Sagara seperti itu, di perhatikan terus.
"Aku akan makan setelah memastikan makanan di piringmu habis" jawab Sagara.
Sepertinya pria itu memang sudah memiliki perasaan lebih pada Rachel. Sagara sudah menaruh hatinya pada Rachel, karena menganggap wanita itu benar-benar telah menjadi istrinya sepenuhnya. Wanita miliknya.
Tapi mendapatkan perhatian seperti itu, malah membuat Rachel merasa sangat tidak nyaman.
'Ya ampun, apakah aku seorang pasien? kenapa harus di awasi sampai makanan ku habis segala sih?' batin Rachel yang tentu malah merasa canggung.
Rachel belum mengerti, Rachel bahkan belum mengetahui kalau Sagara telah menjatuhkan hatinya pada istrinya itu. Sagara sudah memutuskan untuk mencintai Rachel dan hanya akan mencintai Rachel saat ini, dan selamanya.
Pria seperti Sagara ini sangat sulit jatuh cinta. Tapi begitu dia mencintai seseorang, ketika dia menentukan pilihannya pada seseorang. Dia akan sangat setia, bahkan berjuang dengan segala kemampuannya untuk membahagiakan wanita pilihannya itu. Pria yang punya prinsip, dan sudah sangat langka di jaman ini.
"Jika kamu sudah lebih baik, dan tidak sakit lagi di bagian itu..."
"Uhukkk uhukk" Rachel sampai tersedak. Sagara menyebutkan bagian itu, kata 'bagian itu' mengingatkan Rachel pada apa yang terjadi semalam. Tentu saja dia tidak bisa mengatur fungsi kerongkongan dan tenggorokan dengan baik, sampai-sampai dia tersedak.
Sagara lekas mengambilkan gelas yang berisi air dan memberikannya pada Rachel.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Sagara.
'Hais, kenapa bertanya? kamu yang barusan membuatku terkejut sampai keselek' keluh Rachel dalam hatinya.
Setelah Rachel minum, Sagara mengambil gelas yang di pegang Rachel. Dan tanpa sengaja, benar-benar tanpa sengaja. Tangan Sagara menyentuh tangan Rachel.
Deg
Sengatan yang tak bisa Rachel jelaskan membuatnya langsung menoleh ke arah Sagara lalu menarik tangannya menjauh dari tangan Sagara.
Sagara menatap Rachel.
'Dia terlihat gugup. Apa aku harus lebih perhatian padanya, agar dia tahu kalau aku sudah benar-benar menganggapnya istri. Dan akan terus menjalani pernikahan ini sampai akhir' batin Sagara.
Rachel kembali melanjutkan makannya dengan gerakan lambat sekali. Dia benar-benar menjadi sangat gugup.
"Aku tadi mau bilang, kalau kamu sudah baikan. Aku mau mengajakmu ke suatu tempat. Mungkin sore ini" kata Sagara menjelaskan sebenarnya tadi dia mau bilang apa tadi.
Rachel menghela nafas lega. Dia pikir tadi Sagara mau bilang apa. Tapi, baru juga merasa lega sebentar, Rachel kembali panik.
'Hah, dia mau ajak aku kemana ya? jangan.. jangan..'
Tidak mau menebak-nebak hingga membuatnya panik sendiri. Rachel segera membuka suaranya lagi.
"Mas, mas mau ajak aku kemana? bukan pengadilan agama kan?" tanya Rachel yang berpikir mungkin Sagara akan mengakhiri pernikahan mereka.
Sagara cukup terkejut dengan apa yang di katakan Rachel itu.
"Kenapa kamu berpikir aku akan membawamu kesana?" tanya Sagara tak habis pikir, kenapa istrinya itu kerap kali bicara tentang pengadilan agama terus.
Rachel juga sulit menjelaskan. Tapi Rachel merasa kalau tujuan mereka kan sudah selesai. Membuat Ravi dan Hani tahu rasa. Rachel pikir, Sagara tidak mau berurusan lagi dengannya.
"Tidak tahu, hanya saja mungkin urusan kita sudah selesai..."
Sagara meraih piring yang ada di pangkuan Rachel dan meletakkannya di atas nampan. Hal itu membuat Rachel menghentikan apa yang ingin dia katakan.
"Urusan kita tidak akan pernah selesai Rachel" kata Sagara membuat Rachel terkejut.
Sagara bahkan meraih kedua tangan Rachel dan menggenggamnya. Membuat jantung Rachel berdetak begitu kencang.
"Aku sudah putuskan, kita tidak akan pernah berpisah. Kamu adalah istriku, selamanya hanya kamu yang akan menjadi istriku" kata Sagara yang langsung melepaskan tangan Rachel dan meraih nampan yang ada di atas meja.
"Beristirahatlah, aku akan sarapan dulu. Aku ada di ruang kerja kalau kamu butuh sesuatu. Dan ya, siang ini adalah terakhir kali kamu berada di kamar ini. Sore nanti para pelayan akan memindahkan barang-barang mu ke kamarku" kata Sagara yang langsung keluar dari kamar Rachel.
***
Bersambung...