NovelToon NovelToon
Seharum Cinta Shanum

Seharum Cinta Shanum

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Selingkuh / Cinta Terlarang / Ibu Mertua Kejam / Pelakor jahat
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Shanum dan Wira Wiguna sudah menikah selama 6 tahun dan memiliki seorang anak bernama Mariska namun kebahagiaan mereka harus diuji saat Niar, mertua Shanum yang sangat benci padanya meminta Wira menikah lagi dengan Aura Sumargo, wanita pilihannya. Niar mau Wira menikah lagi karena ingin memiliki cucu laki-laki yang dapat meneruskan bisnis keluarga Wiguna. Saat itulah Shanum bertemu Rivat, pria yang membuatnya jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ancaman Jahat

Setelah pertemuan tak terduga di depan toko roti, Rivat tidak main-main dengan janjinya. Ia tahu Shanum membutuhkan pekerjaan, bukan sekadar kata-kata penghiburan. Sejak saat itu, Rivat nampak sangat serius dalam menepati janjinya. Pria muda itu menghabiskan waktu luangnya, bahkan di sela-sela pekerjaannya sendiri, untuk mencari lowongan yang cocok untuk Shanum.

Setiap hari, ia mengunjungi toko-toko di sekitar pasar, bertanya pada kenalan, dan bahkan membagikan informasi dari mulut ke mulut. Ia tidak pernah lelah meski sering mendapat penolakan. Rivat percaya, wanita sekuat Shanum layak mendapatkan kesempatan. Ia melihat ketulusan dan keteguhan hati Shanum di balik air matanya.

Satu minggu kemudian, Rivat datang ke kontrakan Shanum dengan wajah yang cerah. Shanum, yang sedang menjemur pakaian, melihatnya dengan tatapan penuh harap.

"Ada kabar baik, Bu Shanum," kata Rivat, senyumnya mengembang. "Saya sudah menemukan pekerjaan yang cocok untuk Ibu."

Shanum terkejut, air matanya langsung menetes. "Benarkah, Mas? Pekerjaan apa?"

"Ibu bisa bekerja di kantin sekolah dekat sini. Pemiliknya seorang teman lama saya. Dia butuh bantuan untuk memasak dan melayani pembeli," jelas Rivat. "Dia tidak masalah jika Ibu punya anak. Malah katanya, anak Ibu bisa sekolah di sana dan mendapat keringanan biaya."

Hati Shanum mencelos, rasa syukur tak terhingga meluap-luap. Ia tidak bisa berkata-kata, hanya bisa menatap Rivat dengan mata berkaca-kaca.

"Mas... saya tidak tahu harus berterima kasih bagaimana," ucap Shanum lirih. "Mas sudah terlalu banyak membantu saya."

Rivat tersenyum, menepuk pundak Shanum lembut. "Sudah tugas kita sebagai sesama manusia, Bu Shanum. Yang penting, sekarang Ibu bisa bekerja dan anak Ibu bisa sekolah dengan nyaman."

Keesokan harinya, Rivat mengantar Shanum ke kantin sekolah itu. Pemiliknya, seorang wanita paruh baya yang ramah, menyambut Shanum dengan hangat. Ia tidak menanyakan latar belakang Shanum, hanya melihat Shanum sebagai seorang wanita yang membutuhkan pekerjaan. Shanum langsung merasa nyaman.

Shanum bisa mendapat pekerjaan di sana. Ia bekerja sebagai asisten juru masak, membantu menyiapkan hidangan sederhana untuk para guru dan murid. Setiap hari, ia bekerja dengan penuh semangat, menuangkan semua keahlian memasaknya ke dalam setiap hidangan. Ia tidak lagi merasa takut atau putus asa. Senyumnya kembali mengembang, karena ia tahu, ia sedang berjuang untuk masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan Mariska.

Rivat menepati janjinya, dan itu adalah titik balik bagi kehidupan Shanum. Sebuah awal baru yang sederhana, namun penuh dengan harapan dan kehangatan.

****

Niar duduk di sofa ruang tamu mewahnya, matanya menatap kosong ke layar ponsel. Ia baru saja menerima laporan dari salah satu orang suruhannya yang ditugaskan untuk mengawasi Shanum. Laporan itu berisi foto-foto Shanum yang tersenyum saat melayani pembeli di sebuah kantin sekolah. Hati Niar seketika diselimuti amarah yang membara. Ia mengira Shanum hidup menderita, namun wanita itu justru tampak bahagia.

"Tidak bisa dibiarkan!" geram Niar, napasnya memburu. Ia tidak sudi melihat Shanum kembali bangkit. Ia menganggap kebahagiaan Shanum adalah penghinaan terbesar baginya. Niar harus segera bertindak. Ia tidak akan membiarkan Shanum menikmati hidupnya, apalagi di dekat anak-anak.

Keesokan harinya, Niar datang ke sekolah tempat Shanum bekerja. Dengan gaun mahal dan tatapan arogan, ia meminta bertemu dengan kepala sekolah. Kepala sekolah bernama Bu Rini, seorang wanita paruh baya yang terlihat berwibawa, menyambut Niar dengan sopan di ruangannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Ibu?" tanya Bu Rini ramah.

Niar tidak berbasa-basi. "Saya ingin Anda memecat salah satu karyawan kantin di sini. Namanya Shanum."

Bu Rini mengerutkan dahi. "Maaf, Ibu. Saya tidak bisa melakukan itu. Shanum adalah karyawan yang sangat rajin dan jujur. Dia bekerja dengan baik."

Mendengar penolakan itu, Niar merasa geram. Ia meletakkan tas Hermes-nya di atas meja dengan kasar. "Dengar, Bu Rini. Saya tidak meminta pendapat Anda. Saya meminta Anda untuk memecatnya. Wanita itu adalah aib bagi keluarga kami. Saya tidak ingin dia berada di lingkungan terhormat seperti sekolah ini."

Bu Rini tetap pada pendiriannya. "Maaf, Ibu. Saya tidak mengenal Ibu dan saya juga tidak mengenal Shanum secara pribadi. Tetapi selama dia bekerja dengan baik, saya tidak memiliki alasan untuk memecatnya."

Niar tersenyum sinis. Ia lalu membuka tasnya dan meletakkan segepok uang tunai di atas meja. Tumpukan uang itu tebal dan terlihat sangat menggiurkan.

"Bagaimana dengan ini, Bu Rini?" tawar Niar, nadanya penuh intrik. "Anggap saja ini sumbangan untuk sekolah. Dan imbalannya, saya ingin Shanum keluar dari sini hari ini juga."

Bu Rini menatap uang itu, lalu menatap Niar. Ada keraguan dan konflik batin di matanya. Namun, godaan itu terlalu besar. Niar tahu kelemahan manusia.

"Bagaimana, Bu Rini? Mau atau tidak? Jangan sampai saya turun tangan dengan cara saya sendiri," ancam Niar, matanya menyalang.

Akhirnya, Bu Rini menghela napas panjang, menatap Niar dengan wajah pasrah. Ia menggeser uang itu lebih dekat. "Baik, Bu. Saya akan bicara dengannya."

Niar tersenyum penuh kemenangan. Ia berhasil menghasut kepala sekolah untuk menuruti permintaannya. Shanum akan kembali jatuh, dan Niar akan memastikan ia tidak pernah bangkit lagi.

****

Shanum sedang sibuk melayani seorang guru di kantin ketika matanya tak sengaja menangkap sosok yang sangat ia kenali. Jantungnya langsung berdebar kencang, firasat buruk menyelimutinya. Dari kejauhan, ia melihat Niar keluar dari ruangan Bu Rini dengan senyum puas yang menakutkan. Shanum menunduk, berusaha menyembunyikan diri di balik tumpukan piring, namun ia tahu, Niar pasti sudah melihatnya.

Tak lama kemudian, langkah kaki terdengar mendekat. Bu Rini kemudian diikuti Niar menuju arahnya, wajah Bu Rini terlihat tidak enak, sementara Niar tersenyum mengejek, berdiri dengan angkuh di belakangnya.

"Shanum," panggil Bu Rini, suaranya terdengar kaku. "Bisa ikut saya sebentar?"

Shanum meletakkan piring yang dipegangnya, tangannya bergetar. Ia menoleh ke arah Niar yang menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan. Shanum tahu, kebahagiaannya akan berakhir di sini.

"Shanum, saya minta maaf," kata Bu Rini, menghindari kontak mata. "Tapi... kamu tidak bisa bekerja lagi di sini."

Shanum terkejut, hatinya mencelos. "Tapi, Bu... Kenapa? Apa saya melakukan kesalahan?" tanyanya, suaranya bergetar.

Bu Rini hanya bisa menggelengkan kepala. "Tidak ada kesalahan apa pun. Ini... ini keputusan manajemen. Maaf, Shanum." Bu Rini tidak berani menatap Niar, seolah takut pada sosok yang berada di belakangnya.

Niar maju satu langkah, senyumnya semakin melebar, menjadi seringai keji yang mengerikan. Ia menatap Shanum dari atas sampai bawah dengan tatapan meremehkan. "Kau dengar itu, wanita rendahan? Kau dipecat!"

Air mata Shanum mulai menggenang. "Kenapa Mama sejahat ini? Apa salah saya?"

Niar tertawa, tawa yang dingin dan menakutkan. Ia menatap Shanum dengan mata menyalang, penuh kebencian. Lalu, dengan suara lantang yang sengaja dibuat agar didengar semua orang di kantin.

"Ini baru permulaan, Shanum!" teriak Niar. "Kau pikir kau bisa hidup tenang setelah menentangku?! Tidak akan! Aku akan membuat hidupmu lebih buruk dari neraka! Aku akan memastikan kau tidak punya pekerjaan, tidak punya uang, tidak punya siapa-siapa! Aku akan membuat kau menjadi hancur sampai tak berbekas penuh hina!"

Ancaman itu bagaikan belati yang menusuk hati Shanum. Ia merasakan ketakutan yang luar biasa. Niar tidak main-main. Ia benar-benar akan menghancurkan hidup Shanum.

1
Rohmi Yatun
dari awal cerita kok wira sama Bpk nya tu gk pinter jdi laki2.. heran aja🤔
Hatus
Shanum yang sabar ya.. terkadang mendapat suami baik ada aja ujiannya, apalagi jika ujian itu dari mertua 🥹
Hatus
Padahal, senang itu di puji🤭
Hatus
Romantisnya 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!