NovelToon NovelToon
Parting Smile

Parting Smile

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alyanceyoumee

Laki Abrisam Gardia adalah seorang penyanyi religi tersohor berusia 28 tahun yang sangat akrab dengan kesempurnaan. Dia memiliki sempurna rupa, harta, dan silsilah keluarga. Ketika kuliah S-2, dia dipertemukan dengan Mahren Syafana Humairoh, sosok perempuan tangguh yang hidup sendiri dengan menanggung utang yang di tinggalkan oleh almarhum ayahnya.

Pertemuan mereka menjadi awal malapetaka. Maksud hati Laki menolong Syafa yang tengah kesulitan dengan mengamankan Syafa di salah satu hotel miliknya, malah membuat beredar kabar di sosial media, bahwa Syafa adalah wanita satu malam Laki. Kondisi semakin kacau. Desakan media dan keluarga membuat Laki dan Syafa memutuskan untuk menikah kontrak.

Janji mereka adalah, tidak ada cinta. Hanya ada parting smile, setelah 5 tahun pernikahan. Namun, waktu yang dihabiskan bersama membuat keadaan menjadi rumit. Ada luka ketika sosok lain hadir diantara keduanya. Mungkinkah cinta perlahan tumbuh diantara keduanya?

AWAS!ZONA BAPER!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alyanceyoumee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 Tak Bisa Abai

Dari jendela kamar sebuah rumah atap berwarna corak batu bata asli, tampak Syafa tengah sibuk memantaskan diri di depan cermin. Mencoba baju terbaik miliknya. Melemparnya ke atas tempat tidur. Mencoba yang lain, melemparnya lagi. Mencoba lagi, dan mengganti lagi. Tanpa lelah, sejak selesai shalat subuh dan mandi, wanita itu terus melakukannya.

Dia tidak yakin dengan semua baju miliknya. Tidak, lebih parah lagi. Saat itu, dia bahkan tidak yakin dengan hatinya.

Sambil sibuk memilih pakaian, kembali tereka di memori otaknya segala hal yang terjadi kemarin hingga tadi malam.

Ya, tepatnya kemarin.

Dengan langkah pasti Syafa meninggalkan Laki yang membuntutinya dibelakang. Berjalan cepat menuju motor matik pink nya yang terparkir di depan gedung WC Umum. Lalu sesampainya disana, Syafa menghentakkan kedua kaki berulang dengan jengkel. Dia menemukan kedua ban motor nya kempes.

Wanita itu berjongkok sambil menatap ban motor dengan nelangsa. Jika tidak ingat bahwa ada Laki disana, mungkin dia sudah mengumpat siapapun orang-orang yang menjahilinya itu dengan begitu tega.

"Ayo, saya antar pulang," kata Laki tiba-tiba.

"Apa? Pulang?! Mudah sekali untukmu ya sepertinya?!" tekan Syafa sambil menatap malas Laki dengan ujung mata.

"Loh, memang mudahkan? Tinggal..."

"Lalu bagaimana dengan motor saya?! Motor ini... ah, sudahlah. Percuma banyak bicara denganmu! Kamu tidak akan mengerti!" Syafa memotong bicara Laki, dan meluapkan semua amarah tertahannya dengan ketus.

Laki yang tengah hendak menelepon seseorang serentak menjauhkan handphone dari indra pendengar. "Apa kamu ada masalah dengan saya? Apa kehadiran saya disini salah? Ya, mungkin perkataanmu dikamar mandi tadi benar, setelah bertemu dengan saya hidupmu berkali-kali lipat lebih sulit dari sebelumnya. Semuanya jelas saya yang salah. Dengan membawamu ke hotel, itu salah saya. Memasuki kamarmu itu juga salah saya. Tapi justru karena itu, justru karena saya tau semua kekacauan ini adalah efek dari perbuatan saya, makanya saya tidak bisa tinggal diam."

Untuk sesaat Laki menghentikan bicaranya. Dan Syafa hanya membisu. Dia tidak mengira Laki mendengar apa yang dia ucapkan saat masih terkunci dalam kamar mandi tadi.

"Sebenarnya saya bisa saja mengabaikan mu. Mengabaikan semuanya. Skandal ini tidak akan mempengaruhi hidup saya, atau keluarga saya. Tidak sedikitpun, Syafa. Bahkan sampai sekarang tidak ada yang berani menyentuh saya, sebagaimana penasarannya pun mereka sama saya. Tapi kamu. Sekalinya kamu menunjukan batang hidungmu di kawasan umum, apa saja yang sudah dialami olehmu? Hm? Kamu sudah dilempari telor, di kunci di kamar mandi, bahkan ban motormu... entah kesialan apalagi yang mungkin menimpamu, saya tidak sanggup membayangkannya. Dan hal itu disebabkan oleh saya! Saya tidak bisa Syafa. Sayangnya saya tidak bisa tinggal diam dan mengabaikannya begitu saja ketika akar permasalahannya adalah saya."

Sepi, keduanya sesaat terdiam.

Drrrttt... Drrrttt...

Tiba-tiba handphone Laki bergetar disela kesunyian mereka berdua.

Dengan segera Laki menerima panggilan masuk tersebut. "Assalamualaikum, Mas. Lagi gak sibuk kan ya sekarang? Maksud telpon saya tadi, ini saya mau minta bantuan. Tolong periksa motor matik warna pink milik temen saya, ya. Terus kalau sudah di perbaiki sekalian bantu antar ke rumah temen saya, bisa?" Laki bicara panjang lebar pada salah seorang montir yang biasa menangani semua kendaraannya ketika ada masalah.

"Nanti alamat keberadaan motor sama alamat rumah pemiliknya saya kirim. Makasih sebelumnya," lanjut Laki. Lalu setelah sang montir menjawab dan menyetujui permintaannya, Laki mengucap salam dan mengakhiri panggilan.

Syafa mengatupkan kedua bibir. Ada sedikit rasa bersalah dihati. Dengan seenaknya tadi dia bicara sinis pada Laki, menjudge lelaki itu egois dan bersikap semaunya ketika hanya mengajak dirinya pulang tanpa memikirkan motornya. Padahal kenyataannya, Laki sudah memikirkan dirinya sampai sejauh itu.

Tapi, seberapa menyesalnya pun, Syafa tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya bisa mengunci bibir supaya tidak lagi bicara sembarangan seperti sebelumnya.

Sementara Laki, tampak dia tengah mengirimkan pesan whatsapp pada Mas Montir yang komunikasi dengannya beberapa menit lalu.

"Mana kunci motor nya? Sebentar lagi Mas lyan sampai. Biar saya kasih kunci motor nya," ungkap Laki sambil memasukan handphone miliknya kedalam saku celana.

Perlahan Syafa berdiri, melangkah mendekati Laki dengan ragu, dan memberikan kunci motor tersebut.

"Masuk duluan ke dalam mobil. Ini kuncinya," perintah Laki. Lelaki itu bicara dengan nada tegas bahwa dia tidak lagi menerima penolakan. Ekspresi wajahnya dingin. Tidak seperti biasanya.

Syafa menerima kunci mobil tersebut. Lalu tanpa bicara, dia berjalan pelan menjauhi Laki. Ada sedikit rasa canggung yang dirinya rasakan semenjak Laki bicara panjang lebar padanya tadi. Dan wajah dinginnya. Syafa sedikit merinding setelah melihatnya. Tapi, sepertinya bukan hanya Syafa, Laki pun merasakan hal yang sama. Canggung.

"Syafa," panggil Laki, membuat serentak langkah Syafa terhenti dan memutar tubuhnya lagi. "Hm?"

"Am-Am-i saya mau ketemu sama kamu," lanjut Laki ragu.

"Hm? Am-i? Ibu-mu maksudnya?" tanya Syafa. Laki mengangguk dengan sekali anggukan. Sementara ekspresi wajahnya tetap datar.

"Kenapa?"

"Em..., masuk saja ke dalam mobil. Saya pikirkan dulu alasannya," ungkap Laki. Ya, dia tidak berpikir dari awal bahwa bukanlah hal yang mudah mengajak Syafa menemui Ami nya. Dia butuh alasan.

Kini giliran Syafa yang mengangguk ragu. Apa maksudnya? Dia tidak mengerti. Lalu Syafa berjalan menuju mobil Laki yang terparkir beberapa meter dari gerbang bangunan WC Umum.

Syafa menggeleng berulang. Berusaha mengusir segala ingatannya tentang hari kemarin.

"Oke, yang ini saja," ungkap Syafa sambil menatap pantulan dirinya di cermin. "Oh, ya Allah... Benarkah ini?" keluhnya. Dia menjatuhkan diri di kursi rias. Menatap nanar wajahnya yang sedikit pias tanpa riasan.

Perlahan Syafa membuka alat kecantikan yang dia miliki sekedarnya. "Ya, sepertinya aku harus sedikit merias diri," ucapnya pelan. Lalu mulai memoles pelembab di pipinya yang putih bersih.

Tapi, dalam hitungan detik Syafa kembali terlihat melamun. Bibirnya sedikit mengerucut. Dia merasa jengkel ketika mengingat kejadian tadi malam, saat setelah kemarin siang Laki mengantarnya pulang dengan sepanjang jalan tidak mengajaknya bicara sedikitpun, tiba-tiba malamnya dia kembali datang dengan membawa satu pas bunga tulip warna orange untuknya. Dan gilanya lagi, tanpa alasan jelas lelaki itu melamarnya! Mengajaknya menikah! Ayolah... Memangnya nikah sama dengan selfi? Yang dengan sekali cekrek bisa langsung jadi? Semuanya terlalu tidak masuk akal untuk Syafa. Apa sebenarnya yang Laki inginkan dari Syafa?

Tapi, beberapa waktu kemudian Syafa mengerti, setelah dia membaca bukti surat pernyataan pelunasan utang sebanyak 300 juta yang terselip di sela-sela bunga. Dia benar-benar mengerti sepenuhnya. Ya, Laki sudah melunasi semua utang ayahnya. Dan lelaki itu meminta Syafa untuk bersedia menikah dengannya. Jika diterjemahkan dengan kasar, Syafa bisa menarik simpulan. Saya sudah melunasi hutang ayahmu, maka mau tidak mau kamu harus bersedia menikah dengan saya.

Awalnya Syafa mengira begitu. Jelas lah wanita berotak cemerlang yang menjunjung tinggi harga diri itu tidak mau menerima. Itu sama saja dengan menjual tubuhnya. Tidak. Tidak akan pernah.

***

To be Continued

Selamat hari Senin semua-semuanya. Semangat menuntut ilmu... Selamat membaca bab 16 dari kisah PS. Semoga suka... Jangan lupa like, komen, pote, subscribe, dan Follow nya ya.... luv you semuanya.

1
Mamaz
kirain basah karna apa ya amoun thor...
Mamaz
Ini epek Laki ga pernah nyentuh perempuan lain selain ibu sama adik-adiknya ini.../Chuckle/
Mamaz
Damar mah ga ketebak mau ngapa-ngapain teh
Mamaz
Taoi suka kan ya?
Mamaz
Senyum ga senyum tetep cantik Syafa...
Mamaz
Lama-lama cinta pasti
Andrej
saya mampir ya kak
PjMaha
Macam bunglon /Tongue/
PjMaha
Semangat 45💃💃💃 ye ye ye ye
PjMaha
Ehem-ehem /CoolGuy//CoolGuy/
PjMaha
Namanya, Laki? /Shy/
SKU
Lanjut thor;..
SKU
kenapa Syafa?
SKU
Syafa jangan asal main gigut bibir depan kucing hey....
SKU
Kucing lagi mancing ikan...
SKU
Hadoooh kalian mah.
iqueena
Menyimak dalam diam 🤭
iqueena
Apakah masa lalu?
penyuka cerita
Lanjut Thor...
penyuka cerita
Syafa sakit apa thor....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!