NovelToon NovelToon
TANTE VIVIANNA

TANTE VIVIANNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:57.5k
Nilai: 5
Nama Author: Septira Wihartanti

Sepeninggal kedua orang tuanya, Dennis harus menggantungkan hidupnya pada seorang janda kaya bernama Vivianna. Sehari-harinya Dennis bekerja menjadi asisten pribadi Si Tante, termasuk mengurusi pekerjaan sampai ke keperluan kencan Tante Vivianna dengan berbagai pria.
Sampai akhirnya, Dennis mengetahui motif Si Tante yang sesungguhnya sampai rela mengurusi hidup Dennis termasuk ikut campur ke kehidupan cinta pemuda itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

“Jadi kalian berdua sudah mengerti ya kenapa saya kemarin mengomel.” Pak Regi duduk di ‘singgasananya’ dengan dagu terangkat.

Ni Bule beneran angkuh buanget.

Ingin rasanya kutonjok, tapi kenapa ada sesuatu yang menarik dalam dirinya ya? Seakan aku bisa merasakan kalau aku bisa mendapatkan banyak pelajaran berharga kalau aku dekat dengannya.

“Mengerti, Pak. Maaf kalau kemarin kami lepas kendali.” Kataku sambil menunduk.

“Tapi kan Pak Regi nggak usah-“

BRUGH!

Aku langsung menendang betis Revan.

“Njing...” keluhnya pelan menahan sakit.

Kulihat Pak Regi hanya menatap Revan dengan kesal tapi ia masih mampu tak mengindahkan cowok di sebelahku ini. Tampaknya ia sudah terbiasa menangani anak-anak bau kencur seperti kami.

“Saya sudah selidiki latar belakang, kamu. Dennis.” Katanya sambil membuka sebuah map di depannya. “Karena saya penasaran kenapa Vivi segitunya membela kamu. Tadinya saya pikir karena kamu keponakannya, tapi setelah saya pelajari latar belakang kalian, kamu bukan benar-benar keponakannya.”

“Kami masih ada hubungan saudara.” Jelasku.

“Yang gugur statusnya setelah suami Vivi meninggal. Ipar ke ipar jatuhnya.” Timpal Pak Regi.

“Tetap saja saudara ,Pak.”

“Saya malah menganggap kamu ini berondongnya Vivi.”

“Terserah Pak Regi saja.” Aku ke sini dalam rangka minta maaf jadi tak berniat untuk melawan si bule ini lebih jauh.

“Tapi itu sebelum saya tahu kenapa kamu bisa berada di bawah perwalian Vivi.” Kata Pak Regi lagi.

Revan menatapku terang-terangan, “Heh? Lu masih pake wali?!”

“Dia belum 18 tahun.” Kata Pak Regi.

“Bocil Kematian...” gumam Revan tampak takjub melihatku. “Kenapa pakai wali? Ortu lo kemana?”

“Orang tua kamu meninggal berbarengan. Sekitar sebulan yang lalu...” Pak Regi mewakilkanku menjawab Revan.

“Innalillahi... kecelakaan bro? Turut berduka cita banget.” Revan mengelus bahuku.

“Keduanya bunuh diri.” Kataku.

“Astaghfirullah...” desis Revan. “Lo... serius nih bro?”

“Hm.” aku malas menjawabnya.

Kami hening beberapa saat.

“Jadi atas dasar rasa kemanusiaan, saya akan berusaha mendukung kamu. Dengan syarat, kamu jangan bikin masalah. Patuhi peraturan, dan kerjakan tugas kamu sedisiplin mungkin. Saya juga akan mengajukan dispensasi agar kamu bisa berkuliah sambil bekerja, atau kalau record kamu baik, kamu bisa saja diizinkan naik jabatan tanpa mengenyam pendidikan kuliah. Perusahaan kami memiliki program karyawan berprestasi. Dan turun temurun, kebiasaan owner dan direksi di sini menilai karyawan dari kinerja nyata, ijazah hanya sekedar pemanis.”

Aku mengangguk, “Karena belum tentu yang memiliki ijazah memiliki sikap berpendidikan.”

Pak Regi mengangguk, “Yah, kalangan berpendidikan malah pemikirannya sering kali melenceng.”

Aku mengangguk lagi, “Ada yang bilang, Tuhan tidak pernah menciptakan produk gagal, tinggal bagaimana cara mereka menggunakan otaknya saja.”

“Tepat.” Pak Regi menunjukku.

Kami saling terdiam lagi.

Bedanya kali ini dengan senyum terpatri di masing-masing bibir kami.

Kecuali Revan yang kulihat mulai membuka kulkas kecil di mini Bar Pak Regi karena tampaknya dia bosan dengan obrolan kami. “Wih, ada cake klepon.” Desisnya.

**

“Jadi... kamu ke ruangan Pak Regi untuk minta maaf dengan membawakannya Teh Peppermint?” Tante Vivianna menopang dagunya dengan tangannya, ia memperhatikanku dari meja kerjanya. Bibir merahnya menyunggingkan senyum ke arahku.

Aku di ruangan Tante Vivianna, sedang menyortir dokumen untuk bahan meeting nanti sore.

“Demi kelancaran bersama.” Aku tersenyum tipis ke arahnya.

Namun aku merasakan suatu getaran tertentu.

Hal yang biasa kualami saat aku selesai meminta maaf ke orang lain.

Aku tahu menghormati orang lain seperti sesederhana meminta maaf adalah suatu hal yang perlu dilakukan yang bahkan bisa membawa kehidupan kita ke arah yang jauh lebih baik dari hari ini. Tapi tetap saja, ada suatu rasa di mana aku bagai direndahkan oleh sesama manusia.

Dan hal itu tidak menyenangkan bagiku.

Bukan berarti aku sombong, atau angkuh dan egois.

Bukan itu.

Tapi ada hal-hal yang secara otomatis membuat tubuhku menerima reseptor berbeda dari manusia normal lain.

Rasa amarah...

Dan kini, entah bagaimana sedang memuncak di kepalaku, siap untuk meledak.

Sembari aku memikirkan hal yang harus kulakukan agar amarah ini berhenti...

Aku lebih baik menerima lawan seperti Revan yang sama-sama labil, hingga aku bisa lebih tenang mengukur kekuatan lawan.

Revan sangat bisa ditebak.

Pun Pakde dan Budeku juga.

Bahkan orang seperti Ikhsan yang memberiku senyum palsunya, aku bisa mengukur kelemahan dan kekuatannya.

Tapi...

Pak Regi.

Astaga, senyum sinisnya itu kenapa begitu membayangi benakku?!

Aku menoleh ke samping, ke arah ruangannya yang berada di seberang kami, Jaraknya 10 meter jauhnya. Tapi masih bisa terlihat kalau ia sedang membuat seseorang marah padanya.

Dan...

Kami pun saling bertatapan.

Aku bagaikan melihat refleksi diriku.

Berusaha tenang, kalem, santai... tapi mata menatap tajam seakan menyimpan dendam.

“Kalian sama.” Desis Tante Vivianna.

Aku pun menoleh padanya.

Wanita ini masih dalam posisi yang sama dengan yang tadi, mengamatiku sambil duduk di kursinya, menopang dagunya dengan kedua tangannya.

“Ya?” aku meminta pengulangan kalimat.

“Kamu dan Pak Regi. Kalian sama saja. Kalian berdua menyimpan sesuatu yang berusaha mati-matian kalian tahan untuk tidak keluar.” Kata wanita itu.

“Dari mana Tante tahu?”

“Karena... dulu aku juga sama, Dennis. Semua ku tahan sampai akhirnya aku setengah gila. Kekuranganku adalah, aku saat itu tidak berhasil mencari pengalih perhatian.”

Aku pun menunduk.

Wah wah...

Aku terkejut loh.

Ternyata Tante tahu ya mengenai ‘penyakitku’.

“Kamu mewarisi gen Rahayu... kondisi amarah yang kurang stabil. Rahayu mengeluarkan semuanya karena ia seakan dipaksa untuk melakukan hal yang tidak disukainya. Menjadi Ibu Rumah Tangga. Rahayu menyukai pusat perhatian, dengan berada di rumah ia tidak bisa bebas mengekspresikan dirinya sendiri.”

“Jadi, Tante sebenarnya tahu bagaimana cara mengatasiku ya?”

Tante pun menggeleng.

“Aku belum tahu, Dennis. Makanya kemarin aku bertanya. Kupikir kamu sudah sembuh karena sikap kamu begitu tenang dari sejak kematian orang tua kamu.”

“Sekarang aku lagi marah.” Kataku gamblang.

“Owh...” ia hanya berujar begini.

Dan kami pun saling diam.

Aku menunggu reaksinya, dan ia menunggu kata-kata lanjutan dariku.

“Bagaimana...” ia memulai duluan.

Aku masih diam sambil menyortir dokumen.

“Kenapa kamu marah?” tanyanya kemudian, ia meralat kalimatnya. Karena mungkin dia tak tahu harus bertanya apa. Bisa jadi dia sedang dalam kondisi khawatir. Takut aku meledak.

“Jangan Khawatir, Tante. Kemarahanku ini tidak akan dikeluarkan dalam kondisi mengamuk.” Kataku.

“Justru lebih parah.” Gumam Tante Vivianna.

Aku mengangguk, “Bisa jadi. Kecenderungannya lebih seperti Ibu. Menyakiti diri sendiri.”

Tante pun menghela nafas panjang.

“Apa yang bisa saya lakukan untuk menolong kamu?”

Aku pun terkekeh.

Dikira semudah itu menghentikan rasa amarah di hatiku, yang timbul tanpa sebab yang jelas?

Tapi karena pertanyaannya itu, aku jadi ingin jahil sedikit.

“Tante bisa mulai dengan membuka seluruh pakaian Tante.” Kataku.

1
Do You Love me?😌
Kak aku ngakak
AyAyAyli
beber bgt
p
luar biasa
Naftali Hanania
nelson si cowok bendera merah ya.....ish..males bgt ganteng tp murah.........an
Naftali Hanania
wah....dimulai ni hubungan lebih nya.....ehem
Naftali Hanania
nah....jd kepikiran deh ni...iya jg ya
SasSya
pinter Denis
memancing di danau keruh
dan boom dapat ikan 🤣😂
mamaqe
laaahhh sepemikiran kita toorr
mboke nio
siap -siap gosip meraja lela
Daisy🇵🇸HilVi
wkwk sekali dayung langsung sampe qatar ya rev
Daisy🇵🇸HilVi
haaaahh kok serem sih
Daisy🇵🇸HilVi
astaga iya lagi🤦🏻‍♀️tadinya kepikiran klo hpku adalah bestiku yg selalu mengerti diriku😂😂iiiiyyyuuuhh kan jadi takut sama hp sendiri, jgn2 ada jinnya🤣
Daisy🇵🇸HilVi
pokoknya yg cuan embat aja ya den
Daisy🇵🇸HilVi
wkwk wisata horor ini mah
Wiwit Duank
yeyyy akhirnyaaa...dari sehari jadi berhari² 🤭
Wiwit Duank
udah yg jelas² aja Denis gak usah aneh² kek si Yusuf..ada si Tante kok.di provokasi dikit langsung nawarin diri 😂
D_wiwied
hmmm trio opo iki, padakne arep nonton sinetron po yoo 😆😆
Emi Wash
waduh melebihi cenayang yak...
sune aja
wes kompak
ngerti kebiasaAne othor yg maha segala
Eni Istiarsi
ini Pak Andra nya masih di Padmasari apa udah pindah sih 😄
Angspoer: masih hehehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!