Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.
Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.
Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Ruangan kantor Damien terasa sunyi dengan suara denting jam dinding. Damien duduk santai di kursinya, memainkan ponselnya sambil sesekali mengetuk meja kayu di depannya dengan jemari panjangnya. Calvin berdiri tegak di hadapannya, menunduk hormat.
“Tuan, terjadi keributan di kantor Pengurus Wang,” lapor Calvin dengan hati-hati.
Damien tidak menoleh, hanya bertanya dengan nada santai. “Apa yang terjadi?”
“Pengurus Wang marah besar pada Nona Barbie Lu. Dikabarkan Nona Barbie merobek hasil desainnya karena menolak karyanya digunakan oleh Eliza He.”
Damien menghentikan ketukan jarinya di meja. Matanya perlahan menatap Calvin dengan tajam. “Siapa yang memutuskan itu? Bukankah Barbie dan Eliza harus menyerahkan desain mereka kepada Jimmy Liu?”
Calvin menelan ludah sebelum menjawab, “Tapi… Jimmy Liu malah menyuruh Nona Barbie menyerahkan karyanya pada Eliza. Alasannya, agar nama perusahaan semakin terkenal jika mengunakan nama Eliza. Sedangkan Nona Barbie hanya akan menjadi desainer sampingan.”
Damien menghela napas pelan, lalu menegakkan tubuhnya. Sorot matanya berubah dingin dan mematikan. “Berani sekali membuat keputusan sendiri… menindas gadis kecilku… sepertinya mereka sudah bosan hidup.”
Di ruangan Pengurus Wang, suasana panas dan tegang. Barbie berdiri dengan tatapan dingin, kedua tangannya terlipat di depan dada. Sementara itu, Pengurus Wang menatapnya dengan mata melotot penuh emosi, tangannya mengepal di atas meja.
“Barbie, kau baru bergabung dan sudah menimbulkan masalah!” bentaknya, suaranya menggema di seluruh ruangan. “Kenapa kau menolak kerja sama dengan Eliza? Jangan lupa kau karyawan baru. Seharusnya mendengar perintah Manager-mu!”
“Apakah Eliza… begitu tidak berguna… sampai harus menggunakan karyaku hanya untuk membuatnya terkenal?” ucapnya tajam. “Aku jadi curiga… dengan keahliannya yang tak seberapa… bagaimana bisa dia dikenal?”
“Apa maksudmu bicara seperti itu?!” teriak Eliza, suaranya bergetar menahan malu dan amarah. Ia menatap Barbie seolah ingin menerkamnya saat itu juga.
Jimmy menatap Barbie dengan tatapan dingin. “Barbie, jangan cari masalah!” ujarnya dengan nada perintah. “Kalau kau masih ingin bekerja, lebih baik lanjutkan desain baru untuk Eliza. Kita mengajukannya untuk perusahaan juga.”
Barbie menatap Jimmy tanpa rasa takut, kedua alisnya terangkat sinis. “Tidak mau,” jawabnya pelan tapi tegas, suaranya terdengar seperti tamparan keras di telinga mereka.
Wajah Pengurus Wang memerah menahan amarah. “Kalau kau menolak… maka segera angkat kaki dari sini!” bentaknya sambil menunjuk pintu dengan kasar.
Barbie tersenyum tipis, matanya bersinar tajam penuh ejekan. “Kalian adalah atasan kami… tapi tidak adil…” ucapnya, menatap Eliza dengan sorot mata menghina sebelum menoleh kembali ke Pengurus Wang dan Jimmy. “…hanya karena dia putri dari David He… kalian membelanya mati-matian. Dasar pengecut… menindas orang lemah demi menjilat orang berkuasa.”
Keributan di ruangan Pengurus Wang begitu besar hingga terdengar ke seluruh lantai kantor. Para karyawan berhenti bekerja dan saling menatap dengan wajah tegang.
Barbie, yang sudah muak, tanpa berkata apa pun, ia membalikkan badan dan melangkah keluar dengan dagu terangkat tinggi.
Namun langkahnya terhenti saat suara tegas dan dalam terdengar dari belakangnya.
“Barbie, tindakanmu hanya akan merugikan dirimu sendiri. Cepat minta maaf pada Pengurus Wang!” titah Jimmy sambil menahan lengan Barbie dengan kasar.
Barbie menoleh pelan, menatap tangannya yang dipegang Jimmy sebelum menatap mata pria itu dengan sorot mata tajam bak pisau. “Jangan bermimpi… kalian semua tidak pantas menjadi atasan ku,” ujarnya dengan suara pelan tapi tegas, Barbie menarik tangannya paksa dan melangkah pergi. “Aku lebih rela berhenti… daripada bekerja di sini.”
Suasana mendadak hening saat suara langkah kaki berat terdengar di lorong kantor. Semua orang menoleh dengan tatapan hormat dan takut.
“Siapa yang berani melawan putriku?” suara pria paruh baya itu terdengar tegas dan dingin, menimbulkan aura menekan di sekitarnya. Dia adalah David He, ayah Eliza sekaligus salah satu pemegang saham terbesar perusahaan.
“Tuan He…” sapa Pengurus Wang cepat sambil menunduk hormat, wajahnya pucat menahan gugup.
“Paman…” sapa Jimmy dengan nada pelan dan menunduk, menahan rasa takut.
Sementara itu, Eliza berlari kecil mendekat dan langsung meraih lengan ayahnya. “Papa…” ucapnya manja sambil melirik Barbie dengan senyum sinis penuh kemenangan.
Barbie menatap pria itu dengan mata membulat, napasnya tercekat. Dadanya sesak menahan emosi. Namun tatapannya tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun, justru tatapan itu semakin tajam menembus mata David He.
Di saat yang sama, di ujung lorong, Damien yang hendak melangkah keluar dari ruangannya terhenti. Ia menatap ke arah mereka dengan mata dingin dan bibir tersenyum tipis. Ia memilih menunggu, ingin mendengar percakapan itu sebelum turun tangan.
David He menatap Barbie dengan sinis, matanya menyipit tajam. “Kau… adalah orang yang berani menentang Eliza?” tanyanya dengan nada meremehkan.
Barbie menatap pria itu tajam tanpa gentar. Sudut bibirnya terangkat kecil, menyiratkan ejekan. “Apakah semua orang kaya… sama… suka memanjakan anaknya tanpa melihat benar dan salah?” sindirnya pelan, namun suaranya terdengar jelas di telinga semua orang.
Wajah David He mengeras mendengar sindiran Barbie. Matanya menatap tajam seolah ingin menelan gadis itu bulat-bulat. “Hebat sekali…” ujarnya dingin. “Hanya seorang gadis biasa… berani bersikap sombong di sini. Aku mendengar informasi… kau menolak kerja sama dan menimbulkan keributan.”
Ia melangkah mendekat hingga jarak mereka hanya beberapa langkah. “Apa orang tuamu tidak mendidikmu menjadi orang yang tahu diri? Menjadi wanita… kau harus tahu posisi,” sindir David dengan tatapan penuh penghinaan.
Barbie terdiam sejenak. Matanya memerah, sorotnya berkaca-kaca namun tatapan itu tetap tegas menatap mata David He tanpa gentar. Ia melangkah mendekat perlahan, menatap pria itu dari dekat hingga wangi parfum mahal pria itu tercium di hidungnya.
“Nasibku… tidak seberuntung putrimu, Tuan He,” ucap Barbie pelan, "Ayahku… pergi bersama selingkuhannya… saat aku baru berusia dua tahun. Dia lebih rela membesarkan anak selingkuhannya… daripada anak kandungnya sendiri. Jadi… yang salah bukan aku… tapi ayahku yang lebih hina dari pengemis di jalanan.”
Dalam seketika David He terdiam menatap gadis itu.
"Kenapa gadis ini sangat mirip dengan anak itu?" batin David.
damien pokoknya hrs jagain barbie trs yaaa ..titip barbie sampai bab nya end heheheh
bqrbie emg ank nya david ya...tp ko knp gk mau ngurus yaaa....pasti gara2 emak nya si eliza niihhhh....