Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
Erwin meninggalkan kediaman Angga.
Clara mematikan lampu dinding dan menutup matanya, terlelap dalam tidurnya.
Keesokan paginya.
Pagi harinya, sekitar pukul 06.30 lebih, Clara sudah terbangun.
Iya, hari ini dia harus mengantar Elsa ke sekolah.
Di dalam kamar hanya ada dia seorang diri.
Tampaknya Erwin memang tidak kembali semalam.
Clara tak lagi memperdulikannya.
Raut wajah Clara tampak normal seperti biasa.
Dia melihat jam dan menyadari Elsa masih belum terbangun dari mimpi indahnya.
Dia pun pergi untuk membangunkannya.
Kamar Elsa masih dalam keadaan terkunci.
Dia terpaksa mengetuk pintu.
Setelah beberapa saat, barulah Elsa terbangun dan membuka pintu.
"Mama, keras sekali ketuk pintunya. Pusing tahu dengarnya." Omel Elsa mengerucutkan bibirnya tampak kesal saat melihat Clara.
Semalam, Elsa menceritakan semuanya pada Tante Vanessa.
Tante Vanessa lantas menghiburnya dan bilang memang itu adalah kewajiban ibunya mengantar ke sekolah.
Namun, suara Tante Vanessa ditelepon terdengar sangat kecewa saat mendengarnya.
Hal itu membuat Elsa merasa bersalah dan bermimpi buruk beberapa kali.
"Jarak dari sini ke sekolah jauh, Kalau kamu tidak bangun, bisa terlambat nanti ke sekolah," Ucap Clara lembut meski tahu Elsa sedang marah padanya.
Elsa sebenarnya tidak ingin pergi ke sekolah karena bukan Vanessa yang mengantarnya.
Dia hanya mengeluh tanpa mengatakan apapun.
Meskipun memiliki watak yang keras, dia tahu akan tanggung jawabnya pergi ke sekolah.
Dia berbaring di atas ranjang dan berkata dengan cemberut, "Iya, aku tahu."
Setelah berbaring tanpa melakukan apa-apa, dia menetap Clara, dan berkata, "Ma, bantu aku tekan odolnya,"
"Ya." Jawab Clara.
Clara segera pergi ke kamar mandi.
Elsa mengambil ponselnya baru kemudian masuk ke kamar mandi setelah mengirim pesan.
(Selamat pagi) pada Vanessa.
Dia mulai menggosok giginya.
Setelah hampir selesai menggosok gigi, Clara menghangatkan handuk dengan air panas dan memerasnya, baru kemudian dia beri pada Elsa untuk menyeka wajah.
"Mau pakai baju yang mana?" Tanya Clara saat membuka lemari pakaian Elsa.
"Biar aku saja, Ma. Mama keluar saja dulu," Jawab Elsa.
"Baiklah," sahut Clara sambil menutup pintu lemari.
Begitu Clara keluar, Elsa mengeluarkan pakaian yang di bawahnya kemarin dari rumah dan langsung memakainya.
Seragam kamuflase motif layaknya tentara yang super keren.
Tante Vanessa yang memilihnya kemarin.
Elsa ingin memakai seragam itu hari ini untuk menyemangati Tante Vanessa!
Suasana hati Elsa mendadak membaik saat teringat balap mobil malam nanti.
Bagaimana tidak, dia akhirnya bisa melihat Tante Vanessa memakai racing suite.
Selesai memakai seragam, Elsa mau ngambil ponselnya.
Namun, hanya dalam waktu sekian detik, dia mendadak mengerutkan keningnya.
Vanessa masih belum membalas pesannya.
Biasanya, pesan yang dia kirim selalu dibalas Vanessa dengan cepat.
Tapi hari ini, dia bahkan sudah selesai mandi dan mengganti pakaian, Vanessa tetap tak kunjung membalasnya.
Apa mungkin Vanessa marah?
Begitu memikirkannya, dia buru-buru mau ngirim pesan pada Vanessa.
(Tante Vanessa kenapa? Marah ya?)
(Tante, Tante juga tahu aku sebenarnya tidak suka diantar Mama ke sekolah. Aku lebih suka Tante yang mengantar. Tante Vanessa jangan marah dong.)
Selang beberapa saat, tetap tak ada balasan dari Vanessa.
Di sisi lain, selesai mengemasi barang, Clara menghampiri Elsa di kamarnya.
"Elsa? Sudah selesai belum? sudah waktunya turun buat sarapan," Panggil Clara.
Elsa yang belum menerima balasan dari Vanessa tentu saja merasa cemas.
Begitu mendengar suara Clara memanggilnya turun, dia semakin kesal.
"Iya, Mama. Bisa nggak sih Mama jangan ngomel-ngomel? Berisik tau nggak!" Bentak Elsa sembari mengambil tas sekolah lalu turun ke bawah.
Clara hanya terdiam dan mengikuti putrinya tanpa berkata apa-apa.
Tapi dia menyadari bahwa pakaian Elsa tampak asing.
Gaya berbusana Elsa sebelumnya selalu disiapkan oleh Clara.
Tentunya, apa yang Clara siapkan sudah mbak lalui proses persetujuan dan kesukaan Elsa.
Namun, sejak tinggal bersama Erwin di Lavin gaya dan selera berbusana Elsa telah berubah.
Dengar-dengar, itu karena Elsa belajar panjat tebing dan skateboard dari Vanessa.
Kabarnya, Vanessa bukan hanya berprestasi dalam bidang akademik, tapi juga memiliki beragam hobi.
Dia seorang wanita yang mempesona dan menawan.
Dia mahir dalam bermain skateboard, panjat tebing, paralayang, dan masih banyak yang lainnya.
Tidak heran Elsa sangat mengaguminya dan membuat standar dirinya pun berubah.
Clara sedih melihat kedekatan Elsa dan Vanessa.
Namun, apa daya, semua itu adalah pilihan putrinya, dia tak pernah melarangnya.
Bahkan 2 tahun belakangan ini, semua baju yang dibeli sudah sesuai dengan selera putrinya.
Tapi Elsa tetap sama sekali tidak pernah menyentuh baju yang Clara belikan untuknya.
Jangankan memakainya, meliriknya saja malas.
Dia hanya mau memakai baju yang Vanessa pilih untuknya.
Saat melihat baju yang dikenakan Elsa, Clara langsung bisa menebak Apa yang sedang terjadi.
Namun, dia tidak menanyakannya dan berpura-pura tidak menyadari.
Dia hanya menatap ke bawah menyusuri tangga.
Mereka berdua pun turun dan tak melihat Maya dan yang lainnya di sana.
Besar kemungkinan mereka semua masih nyenyak dalam tidurnya.
Iyah, meski sudah lanjut usia, Nenek masih terbiasa bangun pagi.
"Loh, Clara dan Elsa Kenapa sudah bangun pagi-pagi begini?" Ucap nenek sedikit heran.
"Pagi, Nenek!" Sapa Clara.
Elsa sedang dalam suasana hati yang buruk.
Dia mau nyapa nenek dengan kesal.
"Pagi Nenek buyut," Sapa Elsa sedikit kesal.
"Elsa kenapa? Marah? Memangnya ada apa?
Elsa tahu mengatakan sepatah kata pun.
Dia tak ingin berkata apa-apa.
"Nona Elsa pasti kesal karena dibangunkan oleh Bu Clara, iya kan?" Celetuk pelayan sembari tersenyum teringat suara ketukan pintu yang keras di pintu kamar Elsa.
Nenek pun terkekeh saat mendengarnya, lalu mengubah topik bertanya, "Mana Erwin? Belum bangun?"
"Erwin semalam ada urusan, jadi dia keluar," Jawab Clara tampak tenang seperti biasa.
Raut wajah nenek berubah suram.
Agaknya, dia tahu apa yang terjadi.
Hanya saja, ada anak kecil di sana.
Nenek tidak ingin mengkritik Erwin di depan Elsa.
Nenek pun memilih untuk diam.
Tak lama kemudian, mereka selesai sarapan.
Saat hendak berangkat, Elsa sadar ada barang yang tertinggal di kamarnya.
Dia pun segera naik ke atas.
Clara duduk terdiam di sofa menunggunya.
Pada saat ini, sebuah pesan masuk ke layar ponsel Elsa.
Seseorang mengirimnya sebuah pesan.
Notifikasi di layar ponsel pun terlihat jelas nama pengirim pesan, (Tante Vanessa tersayang).
Clara langsung terdiam.
Clara menghormati privasi putrinya meski usianya terbilang masih kecil.
Clara tidak pernah diam-diam melihat isi ponsel milik Elsa.
Namun kali ini berbeda.
Saat melihat notifikasi pesan dari Vanessa, Clara langsung mengambil ponsel Elsa.
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....