Cerita ini adalah lanjutan dari novel ~MIRA~
_____
Enam tahun telah berlalu di mana kejadian aksi bunuh diri Mira belum bisa dilupakan oleh Raka Alendra. Pria muda tampan yang memiliki kelebihan dapat mendengar isi pikiran orang lain.
Dengan kemampuannya itu ia dapat membangun perusahaan terbesar serta perusahaan lainnya. Seorang Presdir termuda di Perusahaan Welfin di kota Byusan. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan Sovia indriani, wanita yang baru tiba dari luar negri sekaligus seorang single mom yang memiliki rupa yang sama dengan Mira dan memiliki seoarang Putra yang bernama Deva. Sovia bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan Welfin.
Tiba-tiba saja seorang wanita lain hadir dan memiliki wajah yang juga mirip dengan Mira. Wanita itu mencoba untuk mengambil perhatiaan Raka. Namun karena gadis kecil yang bernama Dean, Putri kecil dari Raka mencoba untuk menyingkirkan wanita tersebut, karena tak ingin Ayahnya terjebak akan rencana jahatnya.
Begitupun dengan bocah yang bernama Deva, ia mencoba membantu Dean untuk mempersatukan Ibunya dengan Ayah Dean. Dan ternyata kedua bocah itu adalah saudara kembar yang artinya Sovia dan Raka adalah orangtua kandung mereka.
Lalu bagaimana semua itu terungkap?
Yuk kita baca sampai selesai:)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asti Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kencan, Presdir?
...{Beri like dan komen}...
Sovia merasa begitu terburu-buru menerima persyaratan tadi. Ia takut akan digosipkan telah memiliki hubungan dengan Presdir Welfin, ia dengan rasa takut bercampur cemas memberanikan diri untuk mengubah keputusannya itu.
"Presdir! Bisakah aku menolak?"
"Kenapa? Ada yang salah?"
Raka tidak sangka Sovia masih dapat menolak keputusan itu. Begitu banyak wanita di luar sana yang ingin pergi dengannya, sedangkan Sovia masih saja dapat menolaknya.
"Hehe, aku rasa itu tak pantas, ma-maksudku istri Presdir akan marah jika mengetahui ini." Sovia terbata bata, dia mulai takut jika istri Raka nantinya akan marah padanya.
"Tidak usah banyak alasan, kamu sudah menyetujuinya maka dari itu bekerja samalah denganku." jelas Raka mulai kecewa dengan ucapan Sovia.
"Mulai besok turuti semua yang ada di surat itu dan jangan buat aku malu di hadapan banyak orang!" Raka memerintah dengan raut wajah serius.
"Baik, Presdir." Sovia membungkuk ketakutan.
"Dan ingat! Jangan panggil Presdir di acara perayaan, bersikaplah seperti kita sedang pacaran sungguhan. Sudah itu saja, kamu boleh keluar!" Raka berbalik membelakanginya.
Sovia keluar dengan amarah di hatinya, ia mulai tidak tenang, ini hari ke empatnya bekerja dan sudah terjebak dengan Presdir yang berhati dingin.
"Pacar? Aaa, seharusnya aku pilih syarat lain. Bermain sandiwara di depan banyak orang terlalu ... membuatku takut."
Sovia merasa jenuh sambil duduk di kursinya.
"Dan juga, kenapa dengan penampilanku? Memangnya aku ini jelek?"
Sovia mengumpat kesal sambil cemberut.
Sedangkan, karyawan di sampingnya yang bernama Anita yang melihatnya cemberut, ia pun mengajak Sovia berbicara, bahkan dia ingin sesekali ingin akrab dengan teman kerjaannya itu.
"Ada apa? Kok cemberut?" tanya Anita sedikit canggung. Sebab mereka memang tidak pernah mengobrol sama sekali.
"Ah! It-itu." Sovia merasa malu, ini pertama kalinya dia diajak bicara oleh teman rekannya.
"Haha, santai saja ... namaku Anita." Anita memperkenalkan dirinya sambil terseyum dan mengulurkan tangannya.
"Sovia." Sovia tersenyum membalas uluran tangan Anita.
"Kamu orangnya baik tidak sombong." jelas Anita memujinya sambil tersenyum.
"Eh! Kamu juga baik ... makasih ya." Sovia tersenyum kembali padanya.
"Ternyata dia begitu ramah, tidak ada salahnya jika aku berteman denganya."
Anita perempuan yang mudah akrab dengan siapa pun, jika dia tau dari awal Sovia wanita baik, ia pasti sudah berteman dengannya.
"Sovia bisakah kita berteman." Anita sedikit malu mengajak Sovia untuk berteman. Tentu ajakannya diterima langsung oleh Sovia tanpa keraguan sedikitpun.
"Teman? Tentu saja boleh, aku sangat senang jika punya teman di sini." Sovia tersenyum kepadanya. Terlihat sangat cantik bahkan kelopak matanya yang berwarna coklat memiliki arti tersendiri di dalamnya.
"Oke, jadi sekarang kita temenan." Anita merasa kegirangan mendengarnya. Sovia hanya tertawa geli melihat tingkah temannya itu.
Tetapi pikirannya belum bisa berhenti memikirkan surat kontrak dari Raka. "Ya udahlah, jalani saja, lagian ini cuma sementara." gumam Sovia melihat sebentar surat di lacinya itu.
...****...
Hari menjelang petang, Sovia mulai bersiap untuk pulang dan diikuti Anita di sampingnya, dia masih saja mengingat ucapan Raka, tidak tau harus berbuat apa lagi untuk menghadiri acara perayaan itu.
"Aduh, gimana nih ... aku tidak mau merusak hubungan keluarga orang lain, menjadi pasangan Presdir pasti akan membuat banyak orang menganggapku pelakor."
Sovia terdiam sambil berjalan di samping Anita. Anita yang heran dengan mimik wajah Sovia ingin sekali menanyainya, tetapi dia urungkan karena sudah berada di luar perusahaan.
"Aku balik duluan ya, Vi!" Anita berkata pada Sovia, lalu berjalan ke arah yang berlawanan.
"Oke! Dahh!" Sovia melambai pada temannya itu. Kini dia menuju di mana motornya terparkir, disaat menaikinya, motornya malah mogok tidak bisa berfungsi.
"Lahh! Kok bisa bocor sih tadi pagi baik-baik saja," Sovia kesal melihat ban motornya pecah. Sibuk memikirkan cara pulang tiba-tiba saja mobil mewah berwarna hitam berhenti di dekatnya, seseorang memanggilnya dari dalam.
"Naik!!" ternyata itu Presdir Raka sedang menyuruh Sovia masuk ke dalam mobil.
"Eh! Tidak usah Presdir, saya bisa pulang sendiri." Sovia menolak halus. Dipikirannya, pasti memiliki maksud lain.
"Aku tak ingin mengantarmu pulang." jelas Raka dengan sikap coolnya.
"Apa dia mengajak ku untuk kencang pertama?" Sovia mulai mengada-ada.
"Terus? Ada apa ya, Presdir?" Sovia bertanya kembali dengan wajah polosnya.
"Naik saja! Kamu juga akan tahu sendiri!!" Raka membentak Sovia yang selalu saja bertanya. Emosinya mulai terlihat akibat tingkah bodoh wanita ini. Karena Sovia takut dipecat dan dibawa ke kantor polisi, dia pun menurutinya. Ketika membuka pintu, Sovia dikagetkannya lagi.
"Duduk di depan!!" Raka menyuruh Sovia disaat wanita itu ingin duduk di belakang.
"Saya duduk di belakang saja, Presdir." ucap Sovia menunduk.
"Aku bukan supirmu jadi jangan membuatku mengulanginya lagi!!" Raka mulai marah melihat Sovia yang tidak sedikitpun menghormatinya.
"Apa sih, dikit-dikit sifatnya berubah-ubah, hmp!!" Sovia merasa kesal sambil berjalan dan memasuki mobil itu lalu mereka pergi bersama ke sebuah toko pakaian yang cukup besar di Kota ini. Di dalam perjalanan, Sovia hanya diam begitu pula juga Raka, sebab keduanya merasa canggung satu sama lain.
...***...
...Wih, awas loh Presdir Raka, jangan terlalu keras sama Sovia. Siapa tau Sovia adalah Mira selama ini ><...
...Halo Readers...
...Jangan lupa...
...Like...
...Komen...
...Dan...
...Vote...
Maaf aku blm bca season 1 soalnya . Mau bca tp males ah..kpngen lgsug bca yg ini aja🤭