Generasi Awal Klan Pratomo
Kita ke tahun 1900an
Pertemuan GKRM Haryo Pratomo dengan gadis Belanda bernama Carlotta von Hoover sangatlah diluar Nurul. Pasangan beda bangsa dengan kondisi Indonesia masih dijajah Belanda, membuat hubungan keduanya ditentang pihak kerajaan Yogyakarta.
Namun Haryo sangatlah keras kepala. Dia tetap memilih Carlotta sebagai pasangannya. Keduanya diuji saat Haryo diharuskan menikahi seorang gadis ningrat Jawa.
Bagaimana sikap Haryo?
Ini adalah generasi awal klan Pratomo
Jika ada salah sejarah, mohon dimaafkan karena cerita ini fiktif belaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran
Hari Sabtu di Kediaman Keluarga von Hoover
Wicaksono dan Surtini bersama dengan putra mereka Atmaja dan Haryo serta Gito, sudah sampai di kediaman keluarga von Hoover. Semalam Wicaksono bersama keluarganya tiba di rumah Demangan untuk menyiapkan segala sesuatunya buat lamaran esok hari.
Haryo mengakui bahwa selera kakaknya memang sangat tinggi melihat kain batik tulis yang memang mahal, kain untuk kebaya atau gaun serta perhiasan yang Haryo tahu merupakan bagian dari warisan ibu mereka. Setidaknya tidak malu-maluin dari keluarga yang sudah mbedal ( keluar ) dari keraton.
Dan pagi ini keluarga von Hoover menerima kedatangan keluarga Buntaran dan Pratomo meskipun hanya keluarga inti tanpa adanya ayah dari Surtini dan Haryo.
Kedua keluarga pun langsung akrab apalagi Caroline sangat senang dengan gaya Surtini yang mirip dengan Haryo, humble dan cerdas. Usai acara lamaran yang tentu saja diterima Daniel dan Caroline, para kaum pria mengobrol di ruang tengah sementara kaum wanita mengobrol di ruang makan.
Daniel bisa melihat mengapa Surtini memilih Wicaksono menjadi suaminya padahal bukan dari kalangan ningrat karena pria ini sangat dewasa dan cerdas. Terlihat bagaimana dia bisa mengemong Surtini dan menjadi pengganti ayah mertuanya.
"Jadi nanti kamu tetap tinggal di Sleman ?" tanya Daniel.
"Iya Meneer von Hoover. Rumah itu adalah rumah warisan keluarga saya dan kami sangat suka tinggal disana karena sangat tenang dan udaranya juga sejuk" senyum Wicaksono.
"Apa kalian tidak ingin kembali ke keraton?" tanya Daniel.
"Matur nuwun tapi mboten ( tidak )" gelak Wicaksono. "Saya dan jeng Tini sudah nyaman tinggal di luar keraton malah dik Haryo juga memutuskan keluar kan juga karena tidak betah."
"Aku tidak betah Oom. Jadi lebih baik berdikari dengan kemampuan aku sendiri" senyum Haryo. "Dan Oom Daniel tidak perlu khawatir, aku akan bertanggung jawab pada Carlotta dan tidak akan membiarkan Carlotta kekurangan."
***
Caroline tertawa geli saat mendengar cerita kalau Carlotta menangis saat memotong bawang untuk sambal. Selain itu Caroline juga kagum dengan bagaimana Surtini mengajarkan banyak hal yang berhubungan dengan Haryo apalagi kebiasaannya yang suka ngemil wortel.
"Serius ? Haryo macam seekor kelinci?" tanya Caroline tidak percaya.
"Serius Tante Caroline. Dik Haryo itu paling suka ngemil wortel dan mentah. Tidak tahu kenapa dia sangat suka seperti itu" jawab Surtini.
"Tapi jadi sehat lho mbak" senyum Carlotta. "Tapi memang bagusnya sih dikukus sebentar jadi masih crunchy biar nggak mentah."
"Mana mau dia, Lotta. Sudah kebiasaannya seperti itu."
Acara pun dilanjutkan makan siang dan kedua keluarga sepakat untuk melakukan acara pernikahan secara sederhana di kediaman keluarga von Hoover dua Minggu kemudian sesuai dengan perhitungan Jawa dari weton Haryo dan weton Carlotta. Meskipun keluarga von Hoover agak sedikit skeptis tentang hal-hal yang diluar pola pikir barat tapi mereka tinggal di tanah Jawa jadi harus mengikuti budaya dimana mereka tinggal.
***
Seminggu usai acara lamaran, Haryo dan Carlotta makin dekat dan mulai menyiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat ke Den Haag. Sudah direncanakan bahwa seminggu usai menikah, mereka akan berangkat ke Batavia untuk naik kapal menuju Den Haag.
Haryo dan Carlotta memilih tidak membawa banyak barang karena bisa dikirimkan kemudian hari usai mereka tiba di Den Haag dan sudah siap segala sesuatunya termasuk tempat tinggal yang sedang diusahakan oleh Haryo untuk dapat di daerah yang tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja. Haryo meminta tolong pada sahabatnya yang berada di Deh Haag untuk mencarikan rumah yang pas buat keluarga kecil mereka nanti.
Carlotta juga tidak ketinggalan, meminta bantuan tantenya yang berada di Den Haag untuk mencarikan rumah. Jadi setibanya disana, baik Haryo dan Carlotta tinggal memilih mau dimana.
***
Seminggu sebelum acara pernikahan, Haryo dan Carlotta menjalani acara pingitan selama tujuh hari dan keduanya pun mengikuti saja aturan adat Jawa itu. Surtini memilih tinggal di rumah Demangan sampai acara selesai. Haryo sudah mengatakan pada kakak perempuannya jika usai menikah, mereka akan tinggal di rumah Peninggalan ibunya sebelum pergi ke Batavia.
Haryo menghabiskan waktu sambil menyiapkan kamar untuk digunakan dirinya dan Carlotta untuk tinggal usai menikah. Disaat dia sedang mendekorasi, Gito datang tergopoh-gopoh ke dalam kamar.
"Mas Den... Mas Den... Gawat !"
Haryo yang sedang menata lukisan, menoleh ke arah asistennya. "Ono opo?"
"Mas Den ditimbali ( dipanggil ) Gusti Kanjeng Sultan. Besok harus menghadap !" ucap Gito.
"Buat apa aku harus menghadap Kanjeng Sultan?" tanya Haryo bingung.
"Kata Sukoco yang tadi mencari aku dan mas Den, soal pernikahan Mas Den..."
Haryo mengerenyitkan dahinya. "Aku dan Carlotta?"
"Sanes ( bukan ). Rencana Mas Den akan ke Solo buat menemui Ndoro Sundari."
Haryo terkejut. What the hell !
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaaaa gaeeesss
Sorry pendek karena aku sudah ngantuk
Thank you for reading and support author
don't forget to like and vote.
Tararengkyu ❤️🙂❤️
🌹☕ ❤