Di nikahi karena hamil anak sang majikan tidak menjamin membuat hidup Kanaya Bahagia. Ia justru semakin menderita dari sebelumnya.
Belum seberapa lama ia menikah, Kanaya harus kembali menelan pil pahit ketika suaminya dengan tega menikah lagi dengan wanita yang di cintainya.
Sakit, lahir dan batin Kanaya rasakan saat Aditya sang suami lebih mengutamakan istri mudanya di bandingkan dirinya.
Terlebih, sebuah fitnah yang datang dari ibu mertua dan madunya membuat Kanaya di usir dalam keadaan hamil muda.
Terpaksa Kanaya Harus merawat anaknya seorang diri dengan penuh ketulusan. Hingga beberapa tahun setelahnya Kanaya bertemu dengan seorang pria Duda beranak dua yang mampu menerima dirinya apa adanya.
Akankah Kanaya bahagia dengan Pria tersebut? Atau Justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlambat
Keesokan harinya kini Aditya dan Erik sang asisten tengah berada di dalam salah satu rumah yang terlihat lebih mapan dari rumah yang lainnya.
Ialah rumah pak Soleh yang menjabat sebagai Bapak Kampung di desa tersebut. Sebuah desa di mana dulu ia di temukan dan dirawat hingga sembuh, Serta desa tempat dimana Kanaya sang istri pertama tinggal.
Istri pertama? Ralat, mantan istri lebih tepatnya. Perjalanan yang cukup jauh membuat Aditya banyak-banyak istirahat, terlebih hujan yang begitu turun dengan deras semalam, membuat Erik semakin waspada dalam berkendara.
Semalam Aditya dan Erik hanya beristirahat di dalam mobil dan kembali melanjutkan perjalanan tepat pukul tiga pagi.
Dan pada pukul 05.30 Kedua pria tampan tersebut sampai ke tempat tujuan.
Ketika masuk ke dalam sebuah desa tersebut, Aditya memang sempat kebingungan. Sepuluh tahun lamanya, Ia Sudah meninggalkan desa itu, dan semua sudah banyak yang berubah.
Entah kebetulan atau bagaimana, Tepat ketika dua pria itu kebingungan ada seorang kakek tua yang terlihat masih bugar berjalan di daerah sana. Dan kakek itulah yang mengantarkan Aditya dan sang asisten ke rumah pak kampung tersebut.
Berawal dari bertamu, mengobrol dan sebagainya kini Aditya pun bertanya-tanya tentang Kanaya dan tentang seorang pria yang Bernama Hasyim. Aditya juga mengatakan bahwa dia adalah seorang pemuda yang dulu pernah di tolong oleh bapak Hasyim Ketika hanyut di sungai.
"Owh.. jadi mas ini, Pemuda itu toh..."Ucap Soleh dengan ekspresi terkejut.
"Iya, itu saya pak...Dan kebetulan saya kemari berniat ingin bertemu dengannya beliau dan juga putrinya....
"Iya, iya saya inget sama Mas nya.. Orang dulu saya juga ikut nolong kok.. pas mas Adi ini di temuin oleh pakde hasyim..."Ucap Soleh, Sementara Aditya dan Erik hanya tersenyum saja menanggapinya.
"Jadi masnya kesini itu mau ke rumah pakde hasyim begitu..."Aditya kembali mengangguk membenarkan.
"Sebelumnya saya mohon maaf buat Mas Aditya dan mas Erik ini, kalian sudah jauh-jauh datang ke desa ini.. Tapi sekali lagi saya minta maaf mas.. Pakde hasyim, itu sudah meninggal dunia sekitar dua tahun yang lalu...."Ucapan itu membuat Aditya terenyak, Jadi pria yang sempat menolong dan merawatnya telah tiada.
"Me..meninggal? E.. kalau putrinya?
"Pakde hasyim itu meninggal karena sakit mas.. Sementara putrinya, Ada.. tapi sudah tidak tinggal di desa ini lagi...
"Kemana?" Tanya Aditya, padahal sebenarnya ia sudah tau tentang Kanaya.
"Katanya sih pergi ke kota mas.. Bilangnya sih mau cari kerja gitu.. alasannya karena selalu kebayang-bayang sama Alm. Gitu....
"Kanaya itu kembang desa di sini mas..gadis yang paling cantek disini ya, cuma Kanaya.. kalau sama gadis yang lainnya, ya.. jauh lah... masih Kanaya nomor satu..."Aditya mengangguk. Walau sebenarnya ia juga kepanasan saat telinganya mendengar pria lain memuji kecantikan Kanaya.
Setelah cukup lama berada disana, bertanya ini dan itu. Kini Aditya pamit pulang. Sebelum kembali ke kota Aditya menyempatkan mampir ke rumah pak hasyim dulu. Di lihatnya rumah itu yang dulu begitu nyaman, kini sudah tak terawat lagi, Apalagi pak Soleh tadi juga menyampaikan jika Tidak ada Kanaya pulang ke desa itu. Aditya juga meminta nomor telepon pak kampung tersebut, Takut saja Kanaya tiba-tiba pulang.
"Saya tidak percaya jika dulu anda pernah tinggal di rumah ini Tuan.."Ucap Erik membuat sang Tuan hanya bisa menarik nafas panjang.
"Tapi kenyataan memang begitu Erik... aku pernah tinggal di rumah ini, dan anehnya aku tidak pernah mengeluh sedikitpun..aku merasa damai, aman dan tenteram..
"Tentu saja, terlebih ada Kanaya yang berperan penting. Dan sekarang anda sudah terlambat Tuan...
"Aku belum terlambat Erik. Aku akan tetap mencari Kanaya dan membawanya pulang...
"Tapi Kanaya tidak akan mau pulang jika anda masih bersama nona Aline Tuan..."Aditya reflek menoleh pada sang asisten.
"Kita pulang.. Dan perintahkan semua anak buah agar mencari Kanaya sampai ketemu.."Perintah Aditya mencoba mengalihkan pembicaraan, Sementara Erik hanya mengagguk saja.
.
.
.
Jika Aditya datang ke desa tempat di mana Kanaya tinggal, serta mencari wanita itu. Kini orang yang di cari-cari tengah berada jauh dari ibu kota.
Wanita yang kini tengah hamil tersebut sedang makan dengan lahapnya, maklum wanita hamil memang mudah merasakan lapar yang amat sangat.
Bu Ningsih tersenyum menatap Kanaya yang makan dengan begitu lahapnya. Jika begini ia jadi ingat dengan almh. Putrinya.
Kanaya selesai dengan makannya, Wanita itu minum dan sedikit bersendawa membuat bu Ningsih terkekeh di buatnya.
"Maaf bu..."Ucapnya malu-malu..
"Gapapa.. namanya juga baru makan ya gitu..."Ucap bu Ningsih tersenyum.
Kanaya melihat sekeliling rumah yang ia tempati itu. Rumahnya cukup sederhana dan terasa sangat nyaman.
"Kenapa? Kamu gak suka tinggal disini?
"Suka kok bu... cuma, kanaya jadi keinget sama bapak aja..."Ucap wanita itu sendu.
"Dengar.. kamu bisa anggap bapak sama ibu ini ayah dan ibu kandung kamu.. gak usah sungkan.. toh kita juga gak punya anak.. pasti kita seneng banget.. apalagi akan hadir keluarga baru nantinya, pasti tambah rame..."Ucap Bu Ningsih sembari mengelus perut Kanaya yang sedikit menonjol.
"Ia nduk.. kamu gak perlu mikirin apapun.. bapak juga seneng loh kamu bisa tinggal sama kita..
"Makasih..beruntung saya bertemu dengan kalian.. "Ucap kanaya tersenyum.
"Mulai sekarang kamu bicaranya gak usah terlalu formal sama kita.. anggap saja kita orang tuamu.. sendiri..
"Iya bu.. pak.. makasih sudah nolongin Aku...
"Ohya.. ibu boleh tanya sesuatu..."Kanaya mengangguk..
"Apa kamu benar-benar mau Menjauhkan anak yang kamu kandung ini dari Ayahnya..?" Kanaya diam, Jujur ia tidak ingin anaknya hidup tanpa seorang ayah, Tapi mengingat ucapan Aditya yang begitu menyakitkan,Kanaya tidak bisa apa-apa.
"Iya bu.. Kanaya tidak punya pilihan lain.. Apalagi sebelum aku pergi dari rumah itu, Pria itu mengatakan bahwa Haram bagi aku dan anakku menginjakakan kaki di kediamannya..."Bu Ningsih membuka mulutnya, Wanita paruh baya itu menatap sang suami yang juga tampak terkejut..
"Ya Allah dia bilang seperti itu..? kejam sekali..
"Walaupun nanti dia sadar dan ingin aku serta anakku kembali, Maaf semua sudah terlambat bu.. luka yang dia torehkan sudah sangat menyakitiku .. Sakit, bu.. pak.. sakit.. hiks..."Kanaya kembali menangis lagi. Wanita hamil itu menepuk-nepuk dadanya merasa kembali sesak.
Bu Ningsih memeluk Kanaya layaknya memeluk anaknya sendiri seraya memberikan sebuah ketenangan kepada wanita itu.
Bu Ningsih sempat berfikir, jika ia menjadi Kanaya apa kuat? Di renggut kesuciannya hingga hamil, setelah itu di poligami, Tidak sampai disana, Pria yang menjadi suaminya lebih sayang dan perhatian kepada istri mudanya. Terakhir di fitnah.. Sungguh manusia kejam.
"Yang sabar nduk.. semoga saat tiba waktunya Allah akan membalas semuanya...
.
.
.
TBC