NovelToon NovelToon
Always Gonna Be You

Always Gonna Be You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: Sephinasera

Season 2


Bersama Rendra -The young and dangerous-, Anggi menjalani kehidupan baru seperti menaiki wahana rollercoaster.

Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti.
Sempat jatuh, namun harus bangkit lagi.

Hingga akhirnya Anggi bisa berucap yakin pada Rendra, "It's always gonna be you."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. "Lemme Show You Something...."

Anggi

Tengah malam ia mendadak terbangun karena kerongkongannya terasa kering. Diliriknya jam digital fasilitas hotel, 01.27 WITA.

"Kenapa?" Rendra menyipitkan mata.

"Haus," jawabnya singkat.

Namun dengan gerakan taktis Rendra bangkit lebih dulu, berjalan menuju ruang makan. Dalam sepersekian detik sudah kembali sambil membawa segelas air putih.

"Ngelihatinnya biasa aja dong," Rendra terkekeh sambil meminumkan air putih terhadapnya.

Ia sempat mencibir sebelum mulai menyesap air tersebut sampai licin tandas.

"Lagi?" Rendra menawarkan.

Ia menggeleng, "Enggak, makasih."

Rendra kembali berjalan ke ruang makan. Kali ini sedikit lebih lama dibanding yang pertama tadi. Begitu muncul lagi, tangannya dipenuhi oleh segelas air putih dan sebotol air mineral. Lalu meletakkannya di atas nakas.

Dan definisi sempurna dari julukan The Young and Dangerous untuk Rendra terbukti di sini. Karena setiap kali mata mereka beradu, maka Rendra akan memasang wajah memohon.

"Again?" ia sungguh tak mengerti. Isn't it enough for him?

***

"Kita sarapan disini aja ya," ujar Rendra sambil menelepon layanan kamar. "Kamu mau makan apa sayang?"

"Terserah," ia tak merasa lapar.

"Sambil nunggu makanan datang.....," pantulan wajah bersinar Rendra tertangkap di bayangan cermin di belakangnya. "Lemme show you something....."

Dan kalimat lemme show you something kemudian mengalir tiada henti dari mulut Rendra. Seolah menjadi motto utama hidup mereka hari ini.

"Abang bukannya mau ketemu temen-temen?" bisiknya diantara napas yang tak tertahankan.

"Gampang...."

"Kita bukannya mau ke pantai?"

"Masih ada waktu...."

"Abang...."

"Lemme show you something....."

***

Rendra

Ia menatap wajah yang masih pulas terlelap.

Sungguh ia tak pernah merasa puas memandangi wajah polos Anggi saat terlelap. Padahal ia sudah melakukan selama hampir dua minggu. Sejak pertama kali gadis galak keras kepala ini menjadi istrinya. Baginya, puluhan kali pun tak pernah terasa cukup. Dan dari relung hati yang terdalam, melantunkan doa dengan penuh kesungguhan, semoga ia bisa terus memandangi wajah lelap Anggi sepanjang sisa hidupnya.

"Lucky for me...."

***

Ia terbangun karena mendengar suara air shower yang mengalir deras. Matanya mengerjap melihat jam digital telah menunjukkan pukul 15.30 WITA. Sambil menguap ia mencoba mendudukkan diri di sandaran tempat tidur. Tangannya kemudian meraih segelas air putih yang telah disiapkan oleh Rendra sebelumnya, lalu menyesap hingga habis.

"Udah bangun?" Rendra keluar dari kamar mandi dengan handuk menggantung di leher.

"Mau minum lagi?" tanya Rendra sambil mengisi kembali gelas air putih yang telah kosong karena baru saja diminum olehnya. Namun ia menggeleng.

Kini Rendra mulai bergerak ke arah koper yang tergeletak di lantai, lalu mulai mencari sesuatu. Membuatnya tiba-tiba teringat apa yang selalu Mamah lakukan untuk Papah, salah satunya yaitu menyiapkan baju setelah mandi. Hal yang belum pernah sekalipun ia lakukan selama hampir dua minggu menikah.

"Sebentar," ia buru-buru melingkarkan selimut mengelilingi tubuhnya. Kemudian terseok-seok mendekati Rendra.

"Kenapa?" Rendra mengernyit heran melihatnya.

"Kamu mau pergi ke mana?" ia balik bertanya sambil memeriksa koper milik Rendra. Baru menyadari jika selama dua minggu ini mereka berkemas menggunakan koper yang berbeda tanpa tahu detail isi koper masing-masing.

"Aku siapin baju buat kamu," ia mulai meneliti isi koper Rendra yang luar biasa rapihnya. Disusun berdasarkan jenis pakaian dan digulung rapi hingga sekecil mungkin.

Kepanikannya membuat Rendra terkekeh, "Udah....kamu tiduran aja," sambil menarik sebuah kaos yang sangat dikenalnya. Kaos hitam saat bonding cluster. Hmm. Dan langsung memakainya.

"Kamu mau ke mana?" ia kembali bertanya. "Kaos dekil itu masih dibawa?" keluhnya tak percaya.

Rendra pun kembali terkekeh. "Mau jalan ntar," lalu mulai memakai celana jeans. "Kamu tenang aja....nggak ikut juga nggak papa. Cuma ketemuan bentar sama anak-anak ini."

"Aku ikut," tukasnya cepat. "Cuma bukan itu masalahnya."

"Loh, kita punya masalah?"

"Kaos kamu," sungutnya. "Nggak pantes buat jalan. Terlalu dekil...."

Rendra tertawa, "Kaos masih bagus gini dibilang dekil."

"Ganti!" ujarnya cepat sambil matanya meneliti deretan kaos yang tergulung rapi di dalam koper Rendra. Kemudian mengambil satu, "Pakai ini aja," sambil mengangsurkan polo shirt putih.

"Itu kaos pantesnya buat tidur, bukan buat jalan," lanjutnya setengah memaksa.

Sambil menggelengkan kepala dan tertawa kecil, Rendra melepas kaos yang telah dipakainya, lalu mengambil kaos yang diulurkannya dan langsung memakainya.

"Yang bener aja kaos begini mau dibawa jalan-jalan," sungutnya sambil melipat kaos legend tersebut lalu menggulungnya agar bentuknya sama seperti baju Rendra yang lain yang ada di dalam koper.

"Kaos dekil nggak masalah, yang penting orangnya nggak dekil," Rendra masih tertawa.

"Justru kalau kamu pakai baju dekil ntar aku yang dikira nggak bisa ngurus suami," sahutnya cepat. "Hayo!"

Satu jam kemudian Rendra telah menepikan kemudi ke sebuah pantai yang terletak tak jauh dari hotel tempat mereka menginap, tepat di belakang area Polda Kaltim.

Pantai cantik dengan pemandangan pasir putih yang halus dan banyak ditumbuhi pohon kelapa itu terlihat teduh. Ditambah desiran ombak yang tenang serta air yang hijau kebiruan, menambah suasana menjadi sangat menyenangkan.

"Ini Jimbarannya Balikpapan," bisik Rendra sambil mengajaknya mendekati salah satu meja di pinggir pantai yang telah diduduki beberapa orang.

"Oyyy!" sambut salah satu diantara mereka begitu melihat Rendra. "Apa kabar bosku?!"

Kemudian Rendra ber high five dengan semua yang duduk disana. "Baik lah," jawab Rendra sambil tertawa.

"Woy! Apakabar Ces?!" teriak Rendra pada salah satu orang yang paling nyentrik. "Orang baik-baik kah?!"

Orang itu memeluk Rendra erat, "Macam jadi orang benar saja kamu!" Lalu mereka tergelak bersama. Setelah semua mendapat giliran disapa, Rendra mulai merengkuh bahunya lembut, "Kenalin nih, istriku...."

Yang disusul dengan anggukan sopan dari semua yang duduk disana.

"Nih kukenalin," Rendra mulai mengabsen satu-satu. "Dari sini nih," sambil menunjuk orang yang duduk di sebelah kanan mereka.

"Hengky, terus Marcell," Rendra mulai menunjuk satu-satu orang yang sedang duduk disana. "Kevin, Dayat, Fandi, sama the one and only," ujar Rendra sambil menunjuk orang yang paling nyentrik diantara mereka semua. "Jeki."

Ia pun balas mengangguk sambil tersenyum.

"Duduk...duduk...," Hengky mempersilahkan mereka untuk duduk. "Orang mau pesan apa? Makan dulu lah."

Kemudian Rendra dan teman-temannya mulai memesan berbagai hidangan khas laut yang menggugah selera. Diselingi obrolan dan candaan yang tak jarang mengundang gelak tawa.

"Kok mau sama Rendra?" pertanyaan yang cukup mengejutkan namun tak asing terlontar dari mulut Dayat tertuju padanya. Dayat, yang meski bernama Indonesia banget, namun wajahnya justru mirip orang Korea.

"Dia dulu paling madesu," sambung Kevin. "Eh, tiba-tiba dunia terbalik," lalu terbahak. "Sekarang paling cerah masa depannya."

"Udah cerah Ces!" potong Rendra cepat. "Aku sekarang udah kawin," sambil merengkuh bahunya. "Kalian kalah semua belum ada yang kawin."

"Siapa bilang kami belum kawin!" sergah Hengky.

"Kawin sering....nikah yang belum....," gumam Marcell yakin diikuti ledakan tawa mereka semua.

"Hush! Sopan dikit!" Rendra berlagak protes. "Ada istriku ni...Kontrollah omongan kalian!"

"Nggak macam orang beli kucing dalam karung kah?" rupanya Dayat masih penasaran dan kembali bertanya padanya. Sebelum ia sempat menjawab Rendra lebih dulu angkat bicara, "Dia tahu semua. Nggak ada yang tersisa...."

"Termasuk tahu berapa kali nginap di kantor polisi?" Dayat masih tak percaya.

"Iyap," lagi-lagi Rendra yang menjawab, diikuti anggukan kepalanya sambil menahan senyum.

"Luka sabetan samurai....," lanjut Dayat semakin penasaran. "Orang tahu kah?"

Kalau yang ini ia hanya meringis.

"Hampir mati gara-gara OD dia!"

Yang benar saja.

"Sudahlah," Fandi yang sejak tadi diam mendengarkan mulai bersuara. "Orang sudah bahagia tak usah diungkit-ungkit lagi!"

"Iri bilang bos," Rendra terkekeh penuh kemenangan sambil mengerling kearah Dayat yang mencibir.

Suasana senja yang semakin temaram membuat mereka bisa menyaksikan sunset, menampilkan panorama matahari terbenam ke ufuk barat yang begitu indah. Sebelum Rendra pamit lebih dulu, tiga orang gadis cantik menghampiri meja mereka.

"Nah, ini yang ditunggu-tunggu...," ujar Dayat gembira. Ternyata mereka bertiga adalah kekasih Dayat, Kevin, dan Hengky.

"Yang lain baru mau nyusul, masa kamu malah pulang," Hengky berusaha menahan Rendra. "Sebentar lagi full team kita."

"Wah, sori bosku, kapan-kapan lagi lah," jawab Rendra yang tetap mengajaknya pulang lebih dulu.

Di tengah perjalanan menuju hotel Rendra mengelus kepalanya lembut, "Kamu nggak papa tadi?"

"Kenapa?" ia balik bertanya heran.

"Sama teman-temanku...."

"Oh," ia tertawa. "Udah biasa."

Hampir dua tahun ia mengenal Rendra, dan hampir dua minggu menjadi istrinya, kalimat sekaligus pertanyaan penuh tendensi seolah menjadi menu wajib yang harus dihadapinya. Jadi, pepatah bisa karena biasa terbukti disini. Karena ia mulai bisa tersenyum ringan, tak memasukkannya ke hati, dan menganggap angin lalu, ketika orang lain meragukan kebersamaan mereka sekaligus mempertanyakan perbedaan yang jauh membentang di antara mereka berdua.

Jawaban singkat dan ringan darinya membuat Rendra kembali mengelus kepalanya.

"Besok pagi sebelum ke bandara, tolong temani aku berkunjung ke rumah Pak Suhaimi."

"Yang waktu resepsi datang pakai kursi roda?"

Rendra mengangguk, "Beliau guru yang paling berjasa membuka pikiranku."

"Tiga hal yang membuat seseorang terangkat derajatnya yaitu iman, amal, ilmu," sahutnya cepat demi mengingat kalimat paling mengena saat menggarap film pendek tentang Rendra.

"Iyap," Rendra terkekeh senang. "Besok kita berkunjung ke rumah beliau sebentar," lanjut Rendra. "Terus nengokin Mama, baru ke bandara."

Ia mengangguk setuju. Matanya memandang garis panjang pantai yang sedang mereka lewati saat ini. Menampilkan pekatnya kegelapan malam yang dihiasi kelap kelip lampu kapal di kejauhan. Sambil membayangkan kira-kira petualangan apalagi yang akan mereka lalui bersama. Apakah petualangan indah yang menyenangkan, ataukah petualangan tak terduga yang mampu membuat jantung berdebar kencang karena perasaan takut dan khawatir. We'll never know.

***

1
Esti Nengsich
ya ampun...
Mereka ngapain siii...
Afidatul Rifa
Owalahhh jadi pas Cakra masuk ganapati saat Regis ketemu Maba yg namanya Adit itu adeknya MBK Anggi Tah?? 😁 aduhhh baru ngeh pdahal baca novel ini sama si Cakra itu dah berkali" aduhh si othor memang the best bikin alur cerita dari ke 4 karya ini nyambung semua
Ardiansyah Gg
yg gk enak pas bagi raport bang... di panggil menurut absen... auto pulang terakhir kita 😆
"ariani's eomoni"
baca lagi,...gegara nonton jendela seribu sungai

gara² ada yg ngomong ikam, auto ingat Rendra
Erna P
kalo aq dah pingsang Nggi g sanggup.sejam perjalanan aja udah tepar.mabokan orangnya makanya g pernah kemana2 hu hu😭padahal pengen kek orang2.kalopun bisa jauh itu aq harus pake roda 2 baru kuat 3 4 jam jg ku jabanin
Erna P
sekarang justru momen2 sama si abang yg di inget ya bukan Dio 😁
Erna P
aq malah jd keinget momen mabanya Anggi sama si abang🤭kalo ada lagu kebyar2 gini
Erna P
abang Renen aq reread entah yg keberapa kali ini y ampun gamon bgt aq.aq salah satu mantanmu jg kah habisnya susah mupon😝😝
Naimatul Jannati
2025 aku balik lg baca,.nunggu kak thir bikin cerita bang riyadh sm inne ini😍😍
Anna Maria Hendraswari
Luar biasa
Hijri Rifai
sering bgt ku lihat nama KK author ini kl pas buka aplikasi ini... tp blm ada cerita baru... cuma judul ini yg blm di bukukan semua sudah di bukukan.... tp mmg semua ceritanya bagus bgt. apa mungkin KK author sedang melakukan riset dll utk judul baru...😂😂😂 sejujurnya ngarep bgt...
Hijri Rifai: kak nama penulisnya sama jg kl di kbm ... aku udah cari tapi blm ketemu.. aku sampai download kbm lho demi mau baca..
total 5 replies
mainrahasia
kota ini aman damai... ya Alloh... andai benar Jogja aman damai tak ada isu sara yg menjadi pemicu beberapa pertikaian... 😩😩😩
sedangkan utk saat ini sungguh..saudara2 "malika" masih banyak berulah di jogja... shg warga sendiri yg banyak menjadi korban ketidakadilan 😭
Haryo Tawang
Luar biasa
Haryo Tawang
Kecewa
St4891
udah baca gak tau udah yg k berapa kalinya, gak pernah bosen bacanya walaupun karya yg skrang udah banyak revisinya
karya nya smua bagus" bnget ak udah baca smua bnyak pembelajaran d dlam nya
syang gak ad karya yg baru lgi ya, sukses slalu
Esther Lestari
circle pertemanan yg gk kaleng2 nih....
Lala Trisulawati
Keren bngt.....♥️♥️♥️♥️♥️👍
Reni Novitasary
ga prnah bosan..baca lagi..lagi...dan lagi
Reni Novitasary
ngambil master sm dio d jepang/Smile/
Fitri Fitri
kepingin kayak cerita ini ☺☺☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!