Syahira Nazira gadis berusia 21 tahun dijodohkan dengan anak pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu agama tanpa sepengetahuan darinya.
Namun, dia tetap menjalankan perjodohan tersebut karena tidak mau durhaka dengan orang tuanya. Syahira yang berniat menikah dengan orang yang dia cintai harus menguburkan harapan itu dan mencoba menerima apa yang orang tuanya pilihkan untuknya.
Zaidan pria berusia 28 tahun, juga ikut berkorban untuk bisa melihat orang tuanya bahagia. Zaidan yang baru kembali dari Mesir harus mengorbankan perasaannya sendiri dan menerima permintaan kedua orangtuanya.
Menikah tanpa ada rasa cinta sama sekali bahkan tidak saling kenal satu sama lain. Bagaimana sikap keduanya setelah menikah?.
Ikuti terus!!!
Dukung terus karya remahan author.
berupa! Like, komen, vote, gift, and start. sebagai motivasi dan juga dukungan dari kalian semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umul khaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Ba'da Ashar Alana baru kembali ke pondok setelah mendengar cerita dan penjelasan dari Syahira, kini Syahira merasa sepi karena tidak ada siapapun di rumah. Zaidan juga belum kembali dari pondok dari pagi, sepertinya ia sudah mulai mengajar di pondok seperti apa yang ummi Aminah katakan.
Sedangkan ummi Aminah pergi bersama kiyai Ahmad pergi ke luar daerah untuk memenuhi undangan dari temannya.
Syahira kembali ke kamar untuk membersihkan dirinya karena sudah mau sore, seharian tidak ada aktivitas di luar benar-benar membuatnya bosan, untung saja Alana yang suka menulis bisa menghabiskan sebagian waktunya untuk menulis di ponselnya.
Tiba di kamar, Syahira melepaskan cadar yang menutupi wajah cantiknya menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Cukup untuk hari ini ia hanya berdiam diri di rumah besok ia akan mengikuti kembali aktifitas di pondok seperti biasanya.
Zaidan baru kembali setelah melaksanakan salat ashar di pondok, aktivitas yang membuatnya sedikit lelah tapi membuatnya bahagia karena bisa berbagi ilmu dengan mereka semua.
Namun, saat mengucapkan salam tidak ada yang menjawabnya. Zaidan masuk ke dalam rumah langsung menuju kamarnya ia yakin kalau sang istri pasti ada di sana dan bosan sendirian di rumah. Kalau saja Syahira mau pasti ia juga mengizinkan Syahira keluar tapi tidak tidur di asrama seperti yang sang istri mau.
" Assalamualaikum" ucap Zaidan membuka pintu kamar, mendapati Syahira yang sedang menikmati udara sore hari di balkon kamarnya.
" Waalaikumsalam, Abi udah pulang! Mau Syahira buatkan teh atau kopi?" Ucap Syahira beranjak dari duduk dan menghampiri Zaidan menjulurkan tangannya ke depan lalu mencium tangan Zaidan.
" Terima kasih, tapi nggak perlu. Abi mau di sini aja sama istri Abi, pasti kamu kesepian di rumah terus seharian nggak ada siapa-siapa!" Ucap Zaidan merangkul bahu Syahira membawanya ke tempat semula yaitu ke balkon kamar.
" Nggak papa, Bi. Untuk hari ini aja besok aku akan kembali ke aktivitas seperti biasa di pondok. Oh iya! Gimana kegiatan Abi di pondok?" Tanya Syahira.
" Menyenangkan, Abi suka. Para ustadz juga seru-seru" balas Zaidan
" Abi benar, mereka sangat menyenangkan. Aku jadi rindu masa-masa sekolah di pondok." ucap Syahira.
" Kamu sekolah di sini juga?" Tanya Zaidan ingin tau.
" Iya, aku sekolah di sini. Aku juga dekat banget sama ummi, aku udah anggap ummi seperti orang tua kandung aku sendiri tapi sekarang malah beneran terjadi" jelas Syahira tidak menyangka sama sekali kalau hal mengejutkan terjadi padanya.
Kedua pasangan tersebut terus bertukar cerita untuk lebih mengenali satu sama lain, Syahira menceritakan bagaimana hari-hari yang ia lewati ketika berada di pondok dan Zaidan juga menceritakan kesehariannya di Mesir.
" Kenapa nggak lanjut kuliah aja?" Tanya Zaidan.
"Aku pengennya ke Mesir sama seperti Abi tapi belum dibolehin sama Ummi dan Abah katanya mau belajar di sini ataupun di sana sama aja kalau kita punya kemauan sendiri. Abah nggak mau aku jauh-jauh, katanya khawatir karena aku perempuan " jelas Syahira.
" Kamu mau lanjut kuliah, nanti Abi daftarin?" Tanya Zaidan lagi.
" Awalnya aku mikir setelah kejuaraan ini tapi nggak tau sekarang, aku udah menikah kewajiban aku sekarang ngurusin Abi. Tapi kalau Abi bolehin aku mau" balas Syahira.
" Abi nggak akan melarang kamu, asal jangan jauh-jauh dari Abi" ucap Zaidan.
" Dasar bucin!" Ujar Syahira.
" Apa itu bucin?" Tanya Zaidan Yang sudah lama tidak pulang, jadi ada kata-kata asing di telinganya yang ia tidak tau artinya.
" Abi nggak usah sok nggak tau, Abi itu belum tua, walaupun jauh lebih tua dari aku" ucap Syahira menutup mulutnya sendiri kelepasan bicara.
" Oh jadi kamu bilang Abi udah tua" ucap Zaidan bangun dari duduknya dan menggelitik Syahira.
Syahira yang kegelian tertawa lepas, Zaidan dibuat terpana sekali lagi oleh Syahira meskipun sedang tertawa ia masih menjaga dirinya, maksudnya tidak sampai tertawa kencang ia menutup mulutnya agar tidak kelepasan tertawa yang tidak baik bagi perempuan.
" Abi, udah" ucap Syahira di sela-sela ia tertawa.
" Siapa suruh bilang Abi udah tua, Sayang! Kapan kamu siap pindah ke rumah kita. Abi ingin tinggal berdua aja sama kamu, di sini ada ummi dan Abah, Abi nggak bisa bebas kamu juga nggak enakan sama abah" ucap Zaidan berhenti menggelitik Syahira dan kembali ke tempat duduknya karena kasian dengan sang istri yang hampir kehabisan napas dibuatnya.
Sebelum menjawab pertanyaan dari Zaidan, Syahira mengatur napasnya capek karena tertawa. Zaidan tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat melihat sang istri yang bahagia. Setelah itu,. barulah Syahira menjawab pertanyaan dari Zaidan, Zaidan seolah semakin jatuh cinta dengan sang istri yang begitu dewasa meskipun umurnya masih sangat muda.
" Aku ikut Abi aja, kapanpun aku siap. Tapi aku kasian lihat ummi dan abah pasti mereka kesepian baru juga Abi pulang udah pergi lagi" balas Syahira bijak.
" Kita nggak pergi jauh, Sayang. Mereka pasti mengerti, Abi hanya ingin lebih mengenal istri Abi dan juga hidup mandiri" ucap Zaidan lagi.
" Kapanpun suami aku ajak aku akan menuruti semuanya!" Ucap Syahira.
" Katanya semua tapi sampai sekarang nggak mau mempublish hubungan kita" sindir Zaidan.
" Aku bukan nggak mau, Abi. Tapi setelah kejuaraan ini aja" balas Syahira.
" Karena aku tau kalau kita mempublish hubungan kita sekarang banyak yang men-judge aku setelah itu membuat konsentrasi aku pecah," batin Syahira yang tidak pernah ia sampaikan pada siapapun kecuali Alana sang sahabat yang memang sudah tau bagaimana sikap teman-temannya yang lain padanya.
" Kapan MTQ itu di gelar?" Tanya Zaidan.
" Minggu depan nya lagi, Abi temenin aku ya!" ucap Syahira.
" Siapa yang menemani kamu ke sana?" Tanya Zaidan lagi.
" Ustadz Zaki, beliau yang selama ini bimbing aku saat mengikuti lomba. Beliau sangat baik, dan juga sangat pintar" Syahira tidak peka kalau kata pujian yang di lontarkan olehnya membuat Zaidan merasa jealous karena memuji laki-laki lain di depannya.
" Abi mau mandi dulu" ucap Zaidan.
Syahira tidak peka sama sekali membiarkan Zaidan pergi, ia pikir Zaidan memang mau mandi karena sudah sore juga tidak ada kecurigaan dalam dirinya.
Zaidan kenal dengan ustadz Zaki yang disebutkan oleh sang istri, ustadz muda yang pintar dan juga tidak kalah tampan darinya. Zaidan tidak tau saja, sebelum dia kembali dari Mesir ustadz Zaki yang menjadi idola para santriwati termasuk Syahira sendiri.
Syahira diam-diam mengagumi ustadz Zaki yang begitu pintar dan juga soleh, namun ia masih bisa menyembunyikan rasa sukanya dari banyak orang termasuk Alana sahabatnya.
Tidak ada yang tau tentang perasaannya pada Zaki kecuali dirinya sendiri dan sang pencipta. Itu juga alasan kenapa Syahira ingin menolak ta'aruf dari Zaidan saat itu kalau bukan karena orang tuanya.
Syahira juga tidak bisa egois dengan orang tuanya sendiri, mungkin ia dan Zaki tidak berjodoh itu yang ada dalam benak Syahira saat itu, saat dimana lisannya mengucapkan 'iya' kepada kedua orang tuanya.
Syahira juga ingin melupakan Zaki dan fokus pada suaminya Zaidan saat ini dan juga untuk selamanya. Syahira akan belajar mencintai suaminya dan menerima pernikahan mereka. Tidak ada alasan baginya untuk menolak laki-laki sebaik dan setulus Zaidan.
"Setelah ini aku janji akan melupakan ustadz Zaki dan fokus sama Abi, mungkin juga ini terakhir kalinya aku mengikuti lomba seperti ini. Aku akan fokus sama suami aku dan belajar melupakannya. Selamat tinggal cinta pertama" batin Syahira melihat ke arah pondok.
Syahira segera bangun dari duduknya menyiapkan pakaian yang akan dikenakan sang suami dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, ia tidak tau saja suaminya merasa tidak tenang di dalam kamar mandi sana.
Jangan lupa mampir di karya teman author, sambil nunggu author up.