Dibuang Setelah Melahirkan

Gaza mulai mencari tahu siapa David sebenarnya. Dilihat dari nama belakangnya saja, terlihat sekali David berasal dari keluarga kaya. Namun, ketika ia mencarinya di internet. Ia tak menemukan informasi apapun mengenai David. Ia hanya menemukan informasi tentang perusahaan Gian Group dan presdirnya yang bernama Giandratama. Gaza sih menebak kalau David adalah anak dari pimpinan perusahaan itu. Tapi, ia tidak bisa asal menyimpulkan tanpa adanya bukti.

Gaza meminta seseorang untuk mencari tahu seputar perusahaan Gian Group beserta pihak keluarga Giandratama. Ia berharap, pencariannya itu akan membuahkan hasilnya.

Haaah!

Terdengar helaan napas dari Gaza. Ia merasa menyesal karena membiarkan orang yang dicintainya memilih laki-laki lain. Andai saja dulu, ia tidak dipaksa kedua orang tuanya untuk kembali ke Jakarta dan melanjutkan kuliahnya disana, mungkin ia sudah lebih dulu menyatakan perasaannya pada Gea. Tapi, memikirkan hal itu, Gaza jadi teringat kalau Gea hanya menganggap dirinya sebagai sahabat. Bahkan Gea selalu mengatakan ini sejak dulu.

"Kamu harus janji sama aku. Kalau kita akan terus bersahabat sampai kakek nenek. Sampai kita punya cucu masing-masing."

"Asal kamu tahu Ge, aku sudah jatuh cinta padamu sejak kita SMA. Tapi aku tidak berani mengatakannya karena kamu selalu mengingatkan aku pada janjiku dulu sebelum aku mulai mencintaimu."

Gaza menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya. Ingatannya berputar di beberapa tahun lalu, ketika ia sedang pulang ke kampung.

Di waktu itu, Gaza selalu menyempatkan diri untuk mampir ke tempat kerja Gea. Lalu ketika pulang kerja, Gaza selalu menemani Gea.

Betapa terkejutnya ia ketika mendengar kalau Gea sudah dilamar oleh seorang pria.

"Ga, aku dilamar. Rasanya senang sekali. Lihat, ini cincinnya Ga!" ucap Gea sambil memamerkan cincin yang ia kenakan. Bahkan senyuman pun terus terpancarkan dari wajah Gea. Sementara Gaza hatinya terasa sesak mengetahui wanita yang diam-diam ia cintai sudah dilamar dan kelihatannya Gea sangat mencintai laki-laki itu.

"Kamu dilamar sama siapa? Memangnya ada orang yang mau melamar wanita berisik kaya kamu?" tanya Gaza yang sebenarnya berharap apa yang didengarnya tadi tidaklah nyata.

"Sembarangan kamu! Berisik, berisik gini yang suka sama aku tuh banyak Ga. Cuma aku kan pemilih, hehe."

"Tapi, sama dia entah kenapa aku langsung bisa suka Ga. Udah jodoh kali ya, makanya jatuh cinta pada pandangan pertama," tambah Gea lagi.

"Memangnya kamu udah kenal lama sama dia? Sampai-sampai kamu memutuskan untuk menerima lamarannya?"

"Eum, belum sih, baru mau 3 bulan jalan sih aku kenalnya. Tapi, dia tuh baik banget Ga. Ah, pokonya laki-laki idaman aku banget," jawab Gea dengan antusias.

"Anti-ati Ge. Laki-laki yang baru kamu kenal itu belum tentu baik. Aku yang terlihat baik di matamu saja, kamu tidak jatuh cinta padaku tuh."

Bug!

Gea memukul lengan Gaza sedikit keras.

"Aww! Sakit Ge!"

"Mana mungkin aku jatuh cinta sama kamu. Kamu tuh udah aku anggap kaya keluargaku sendiri. Kita kan sudah janji untuk bersahabat sampa kakek nenek."

Gaza hanya bisa menghela napasnya saja.

Lalu beberapa Minggu kemudian, Gaza hadir di pernikahan Gea dan David. Disana lah pertama kalinya Gaza melihat wajah David. Tapi, sepertinya David tidak menyukai dirinya. Ya, wajar saja sih, pasti David tahu kalau dirinya menyukai Gea.

Semenjak hari itu, Gaza mencoba untuk menghilangkan nama Gea di dalam hatinya. Apalagi melihat wajah bahagia Gea ketika menikah dengan David. Bertambah sesak lah hatinya. Makanya, setelah Gea dan suaminya pergi dari kampung, Gaza pun kembali lagi ke Jakarta untuk mengurus perusahaan ayahnya. Bahkan Gaza jadi semangat bekerja. Padahal kenyataannya, ia melakukan itu supaya sibuk dan bisa cepat melupakan Gea.

Sekitar setahun tidak pernah lagi mengirim pesan pada Gea, tiba-tiba saja wanita itu yang mengirimkan pesan duluan padanya. Apalagi isi pesannya, membuat Gaza terkejut. Ia jadi memikirkan bahwa rumah tangga Gea sedang tidak baik-baik saja. Sedih sih memang. Tapi, hatinya justru bahagia, karena ada secerca harapan untuknya bisa bersama dengan Gea.

Sampai akhirnya Gaza tahu semuanya. Ia sudah bertekad untuk membantu Gea sampai bisa mendapatkan anaknya kembali. Lalu ia akan berjuang untuk mendapatkan hati Gea. Ia sudah tidak peduli pada janji mereka dulu. Sudah berulang kali mencoba melupakan Gea, tapi Gaza tetap tidak bisa. Gea seolah sudah masuk ke bagian hatinya paling dalam.

Ingatannya terhenti, Gaza fokus kembali pada pekerjannya.

*

*

Seperti biasa, Gea mulai berjualan keliling lagi di kampung. Perlahan namun pasti, usaha kue Gea mulai disukai warga. Bahkan Gea juga mulai menitipkan kuenya di warung-warung. Alhamdulillah, hasilnya lumayan. Tidak sia-sia Gea mengeluarkan keringat dan tenaganya selama ini.

Lambat laun, minat orang-orang pada kue buatannya pun semakin banyak dan merambah ke kampung sebelah. Karena jarak yang cukup jauh, tidak mungkin Gea harus berjalan kaki terus. Alhasil, Gea membeli motor second yang penting bisa ia pakai untuk kesana kemari.

Di kesehariannya yang sudah semakin sibuk, membuat luka yang ada di dalam hatinya sedikit terkikis alias Gea tidak terlalu memikirkannya lagi. Toh, sudah jadi luka, mau diapakan lagi. Ia hanya harus menyembuhkan luka itu dan bangkit kembali menjadi Gea yang dulu. Ya walau berat. Tapi kan semuanya memang butuh proses. Di dunia ini tidak ada yang instan. Mie yang katanya instan saja perlu direbus dulu sebelum dimakan.

*

*

TBC