Gadis 147 cm

Abiseka tak habis pikir mengapa Faiha memutuskan secara sepihak dengan mengatakan kalau hubungan mereka telah putus kepada mama Malika.Hal itu tentu saja akan sangat melukai dan mengecewakan keluarganya yang telah menerima Faiha dengan tulus untuk menjadi bagian dari keluarganya.

"Sial si Faiha, mau cari perkara dia sama aku.Lihat saja pembalasanku nanti."

Sebenarnya Abiseka ingin mencari Faiha terlebih dahulu guna meminta penjelasan dan maksud dari tindakannya tersebut. Namun, karena ia sangat mengenal sifat sang mama yang keras akhirnya ia memutuskan untuk segera pulang.

Abiseka melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh tak ingin membuat mama Malika semakin marah. Sepanjang jalan ia memikirkan apa yang harus ia jelaskan pada sang mama.Faiha ternyata bukan gadis yang mudah di kendalikan, kecil-kecil cabe rawit. Sekali bertindak membuat kacau semuanya.

"Assalamuallaikum."

"Wa'allaikumsalam. Duduk!"

"Maafkan Abi, ma." Abiseka menunduk tak berani menatap wajah kecewa sang mama. Dalam hati ia merutuki apa yang telah di lakukan Faiha tanpa persetujuan dulu dengannya.

"Awas ya kamu ,Faiha. Aku tidak akan dengan mudah melepaskanmu."

"Abi–Abiseka Jayendra! kenapa kamu malah bengong. Coba kamu jelaskan pada kami, apa yang telah terjadi. Mengapa tiba-tiba hubungan kalian berakhir.Mama ingin mendengar versimu terlebih dahulu sebeljm Faiha tiba."

Wajah Abiseka berubah tegang ketika tahu mama Malika juga memanggil Faiha untuk datang ke kediaman Jayendra.

"Mama memanggil Faiha.Untuk apa ,ma?"

"Untuk apa kamu bilang?"

"Ck—Abiseka Jayendra. Apa kamu masih waras,nak. Umurmu sudah berapa? Harusnya kamu bersyukur bisa mendapatkan gadis sebaik Faiha. Cantik, pintar bahkan masih muda. Betapa beruntungnya kamu, Bi."

Baru saja ingin menjawab pertanyaan sang mama, tiba-tiba terdengar suara Faiha memberi salam. Gadis itu baru saja tiba.

"Assalmuallaikum."

"Wa'allaikumsalam.Hai, cantik. Ayo sini-sin duduk dekat mamai!"

Faiha pun menurut lalu duduk di sebelah mama Malika. Abiseka tak lepas menatap Faiha dengan sorot mata tajam.Namun, yang di pandang malah bersikap cuek dan hanya fokus pada mama Malika.

"Apa kabar sayang? Mama ngak terima hubungan kalian tethenti sampai si sini. Apa yang sebenarnya terjadi? Kalau ada masalah diantara kalian, selesaikanlah secara baik-baik dan dengan kepala dingin jangan pakai emosi." Mama Malika mengusap bahu Faiha, tersenyum lembut.

"Ehemm—"

suara deheman mengalihkan fokus obrolan keduanya, lalu menatap ke arah Abiseka yang memasang wajah cemberutnya. Membuat mama Malika mengulum senyum melihat tingkah sang putra.

"Oh iya, sampai lupa. Lanjutkan bi, apa alasan sampai kalian mengambil keputusan seekstrem ini. Padahal pernikahan kalian baru saja di rencanakan."

"Boleh Abi mulai bicara,ma?"

"Iya iya, cuss lanjutkan!"

Sebenarnya Abi tidak menginginkan perpisahan ini. Tapi, Faiha memutuskannya secara sepihak hanya karena kesalah pahaman. Faiha tidak setuju jika, pernikahan kami nanti dilaksanakan dengan pesta besar-besaran dan juga Faiha cemburu dengan salah satu klien wanita Abi, ma."

"Hah–kapan aku cemburu sama dia.Trus, pernikahan mewah? Siapa juga yang mau menikah dengannya? Ngaco banget ni, kanebo garing.Mulutnya lihai juga kalau ngomong.sial– bisa kejebak lagi ini." Monolog Faiha didalam hati merasa sangat kesal pada Abiseka.

Faiha sampai ternganga mendengar ocehan Abiseka yang tak ada satupun yang benar. Ternyata seorang Abiseka Jayendra punya keahlian lain yaitu pintar mengarang bebas. Faiha menggeleng tak percaya Menatap laki-laki yang duduk dengan santai tepat di hadapannya.

"O—jadi, begitu ceritanya. Ya, Allah.Kami kira ada masalah besar apa. Mama mengerti kalau Faiha masih sangat muda dan kamu Abi harusnya bisa mengayomi calon istrimu. Harus memakluminya juga, secara kamu kan lebih tua, umur kalian jaraknya juga lumayan jauh,kan."

"Jangan bawa-bawa umur dong,ma. Umur boleh matang...matang ya,ma bukan tua. Tapi, jiwa Abi masih muda dan pastinya bisa mengimbangi cara berpikir Faiha yang masih labil itu."

"Enak saja bilang orang masih labil, memangnya aku abg.Dasar kanebo garing."

"Ups–maaf, ma-" Faiha leceplosan sampai mengatai Abiseka dengan julukan kanebo garing. Semua yang mendengar seketika terhenyak dan menahan tawa melihat mata Abiseka yang melotot geram menatap Faiha.

"Tidak apa-apa,sayang. Mama ngerti. Memang cocok kok, Abi menadapat julukan itu." Kali ini Eyang Retno yang berkomentar sambil terkekeh geli.

Semua anggota keluarganya memihak Faiha dan seolah dialah yang bersalah, padahal sih iya. Karena Abisekalah yang telah menjerumuskan Faiha masuk kedalam permasalahannya.Laki-laki itu tidak bisa membalas hanya memasang wajah kesalnya melihat mereka mentertawakannya terutama gadis mungil yang ikut cekikikan sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan seolah mengejeknya.

"Jadi, sekarang sudah clear kan duduk persoalannya. Kalau begitu, ayo kalian berdua berbaikan. Sebentar lagi kalian akan segera menikah dan harus selalu saling menyayangi, jangan bertengkar lagi ok!"

Mama Malika meraih tangan Abiseka lalu menuntunnya agar mendekat pada Faiha.Wanita paru baya itu pun menautkan telapak tangan pasangan tersebut. Menyunggingkan senyum bahagianya. Mama Malika sungguh merasa lega karena akhirnya hubungan anak dan calon menantunya berakhir baik dan secepat mungkin hubungan percintaan keduanya segera di sahkan.Hubungan palsu tepatnya.

Pasangan pura-pura itu pun mulai bersandiwara kembali dengan menyunggingkan seyum palsunya.

"Iya, Ma.Aamiin." Sandiwara Abiseka totalitas, Faiha sampai ternganga tak percaya.

"Ma, Abi mau bicara empat mata sama Faiha sebentar ya,ma." Beranjak dari duduknya lalu mengulurkan tangannya kepada Faiha.

"Tenti saja boleh, sayang. Sudah, sana.Eh–tapi jangan di dalam ruangan ya. Di taman belakang saja. Bahaya ngak boleh berdua-duaan di tempat tertutup karena kalian belum sah."

Iya iya,ma. Cerewet sekali."

"Ayo,sayang!" Bersikap semanis mungkin,melangkah beriringan sambil menggandeng mesra tangan sang calon istri tercinta.

"Sudah sampai, tolong lepaskan tangan saya. Seneng ya bisa pegang-pegang gadis secantik saya?"

Refleks Abiseka langsung melepaskan tautan tangan mereka, saking menghayati peran sampai lupa di lepaskan. Faiha melirik Abiseka yang terlihat salah tinhkah dengan wajah bersemu merah.

"Ih— percaya diri sekali, situ sudah bercermin belum? wajah dan body seperti ini di bilang...OMG." Menepuk jidatnya sambil menggeleng ria.

"Tapi, tuan Andre bilang saya cantik dan imur serta menggemaskan, tuh."

"weeekk–"

"Andre? Tidak mungkin dan 100 % tidak percaya."

"Ya sudah, kalau tidak percaya ngak ada urusannya juga sama saya. Tadi, apa maksud Tuan mengatakan kalau saya cemburu pada anda?"

"Itu kan cuma akting saja biar mereka percaya. Lagi pula memangnya kamu tega melihat mereka sedih dan kecewa karena kita tidak jadi menikah?"

Faiha memicingkan matanya menatap curiga pada Abiseka.

"Maksudnya–?

"Ya, kita akan menikah. Secepatnya. Kita realisasikan keinginan orang tua kita."

"OTW Sah dan halal." Tersenyum menyeringai

"Apa—menikah beneran" Jawab Faiha cengo.

Bersambung

Hai-hai, saya kembali lagi dengan cerita terbaru semoga kalian suka ya. Jangan lupa like dan komennya . Terima kasih.