NovelToon NovelToon
Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Keluarga / Romansa / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:575.3k
Nilai: 4.3
Nama Author: Sadewi Ravita

Jika menurut banyak orang pernikahan yang sudah berjalan di atas lima tahun telah berhasil secara finansial, itu tidak berlaku untuk rumah tangga Rania Salsabila dan Alif Darmawangsa. Usia pernikahan mereka sudah 11 tahun, di karuniai seorang putri berusia 10 tahun dan seorang putra berusia 3 tahun. Dari luar hubungan mereka terlihat harmonis, kehidupan mereka juga terlihat cukup padahal kenyataannya hutang mereka menumpuk. Rania jarang sekali di beri nafkah suaminya dengan alasan uang gajinya sudah habis untuk cicilan motor dan kebutuhannya yang lain.

Rania bukanlah tipe gadis yang berpangku tangan, sejak awal menikah ia adalah wanita karier. Ia tidak pernah menganggur walaupun sudah memiliki anak, semua usaha rela ia lakoni untuk membantu suaminya walau kadang tidak pernah di hargai. Setiap kekecewaan ia telan sendiri, ia tidak ingin keluarganya bersedih jika tahu keadaannya. Keluarga suaminya juga tidak menyukainya karena dia anak orang miskin.
Akankah Rania dapat bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadewi Ravita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Cemburu

Tiga hari kemudian.

Alif dan Rania masih tinggal serumah, namun mereka sudah tidak tidur bersama lagi. Rania benar-benar bersikukuh dengan pendiriannya, walaupun begitu ia masih memberikan kesempatan hatinya untuk lebih memantapkan pilihannya.

Sedangkan Alif hanya pasrah, ia tetap menjalankan rutinitasnya bekerja walaupun sudah tidak mempunyai semangat. Ia sangat tidak menyangka istrinya serius menginginkan pernikahan mereka berakhir. Ia hanya berusaha memperbaiki keadaan, melakukan yang terbaik yang ia bisa. Berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk istri dan anak-anaknya.

"Sayang, besok kan hari minggu ayah ingin mengajak kalian pergi. Kalian mau kan jalan sama ayah?" tanya Alif saat sore menjelang.

Alisa tampak ragu dan enggan menjawab, sedangkan Bintang diam tanpa ekspresi. Sekalipun mereka melihat ayahnya banyak berubah beberapa hari ini, namun kejadian tempo hari masih menyisakan luka di hati suci mereka. Tindakan ayah mereka yang sangat fatal hingga tega memukul wanita yang telah melahirkan mereka akan membekas seumur hidup anak itu.

"Ehm... aku tanya Ibu dulu ya Yah,"

Alisa segera menemui ibunya yang sedang sibuk memilah barang dagangannya, kesibukan yang padat dan pesanan yang meningkat sedikit mengalihkan perhatian Rania tentang masalah perceraian.

"Bu, apa boleh aku dan Bintang besok jalan-jalan bersama ayah?" tanyanya.

"Boleh, Sayang. Kalau kalian mau pergi saja, ibu tidak keberatan,"

Sebenarnya ia sudah mendengar saat suaminya tadi berbicara kepada mereka, ia juga tidak mungkin membatasi mereka, bagaimanapun mereka adalah ayah dan anak yang tidak mungkin di pisahkan.

"Apa Ibu juga akan ikut?" tanya Alisa lagi.

"Tidak, kalian pergi bertiga saja. Ibu sedang banyak pekerjaan, hati-hati ya jaga adik baik-baik,"

Rania berusaha tetap tersenyum, dia memang menjaga jarak dengan suaminya. Bahkan sering ia sudah menganggap pria itu tidak ada dalam hidupnya. Dirinya tidak lagi melakukan kewajibannya sebagai istri, Alif selalu mengambil makan sendiri, membuat kopi sendiri, bahkan tersentuh sedikit saja Rania akan segera menghindar.

Alif menghela napas kasar, ia kecewa mendengar Rania tidak mau pergi bersama mereka. Jika selama ini dia selalu menolak jika istrinya ingin mengajak jalan-jalan, sekarang justru istrinyalah yang tidak mau di ajak pergi olehnya. Sepertinya memang sudah tidak ada kata maaf lagi untuk dirinya.

☆☆☆

Keesokan harinya.

"Sayang, ibu sudah menyiapkan baju ganti serta perlengkapan kalian untuk berenang nanti ya. Ibu juga membawakan bekal, takut kalian lapar. Ibu hari ini harus mengantar banyak pesanan dan belanja beberapa barang, ibu berangkat dulu ya,"

Rania membangunkan Alisa yang masih mengantuk, ini memang masih pagi sekali. Gadis itu menggeliat sembari menguap menahan rasa kantuk. Matanya reflek melihat ke arah jam di dinding yang masih menunjukkan pukul 6 pagi.

"Masih jam 6. Ibu cantik sekali, mau kemana?" tanya Alisa.

Tampaknya Alisa memang masih mengantuk, sehingga tidak mendengarkan ibunya berbicara dengannya tadi. Rania mengusap rambut Alisa dengan lembut seraya tersenyum ke arahnya.

"Hari ini ibu akan berbelanja barang dagangan dan mengirim pesanan yang belum ibu kirim. Nanti kalau berangkat kuncinya di taruh di pot bunga seperti biasanya ya Nak. Kalian jaga diri baik-baik, jangan merepotkan ayah ya,"

Alisa menyimak dengan baik ucapan ibunya sambil bermain-main dengan jilbab yang Rania pakai. Ia tampak terpesona melihat penampilan ibunya yang tidak seperti biasanya. Selama ini wanita itu memang tidak pernah berdandan selain ke undangan, jadi wajar anaknya merasa takjub melihat penampilannya saat ini.

Rania segera beranjak dan mengambil tasnya yang ia letakkan di meja kamar, tanpa sengaja ia bertabrakan dengan suaminya yang baru selesai mandi. Wangi sabun menusuk hidungnya, hati keduanya berdebar. Rania mengalihkan pandangannya dari tubuh suaminya yang bertelanjang dada, sudah lama tidak menyalurkan hasrat membuat napas keduanya terasa berat. Alif tidak dapat memalingkan tatapannya dari istrinya yang terlihat sangat cantik hari ini.

"Rania, Kamu cantik sekali," ucap Alif spontan memuji istrinya.

Wajah Rania tersipu memerah, jujur ia merasa senang di puji begitu. Hal sederhana yang selama ini sudah tidak pernah ia dengar dari mulut suaminya. Namun semua hanya sebentar, karena detik kemudian ia tersadar tentang keputusannya. Rania membisu sambil menetralkan perasaannya yang tadi sempat berbunga.

"Kamu mau kemana, apa mau ikut dengan kami?" tanya Alif merasa gembira.

"Aku mau keluar, tolong jaga anak-anak dengan baik," ia berusaha tetap bersikap tenang.

"Nia, kita masih suami istri. Aku harus tahu kamu akan kemana dengan dandanan cantik seperti itu,"

Alif memegang lengan istrinya untuk mencegahnya terus melangkah. Ia tidak rela kecantikan istrinya di nikmati orang lain di luaran sana.

"Ya Mas, memang saat ini kita masih suami istri. Tapi saat kamu tega memukul ku tempo hari, aku sudah berhenti mencintai mu. Sebentar lagi kita akan berpisah, jadi tolong secepatnya kamu pergi dari rumah ini,"

Rania menepis tangan suaminya dan melanjutkan langkahnya, ia tidak ingin hatinya goyah dengan berlama-lama bersama pria yang sudah menemaninya selama 11 tahun ini.

"Nia, aku tidak akan menceraikan kamu. Aku masih mencintai mu sampai kapanpun,"

Alif berteriak, namun Rania tetap pergi dengan motornya dan tak mengindahkan ucapan suaminya.

"Alisa, ibu mau kemana katanya?" tanya Alif yang masih penasaran.

"Katanya ibu mau belanja barang sama mengantar pesanan," jawab Alisa.

"Apa ibu tidak bilang lagi mau kemana?"

Alisa hanya menggelengkan kepalanya. Alif merasa cemburu, hatinya gelisah melihat istrinya berdandan cantik saat keluar rumah, padahal selama ini Rania tidak pernah berdandan jika tidak ada acara. Ia segera mengambil ponselnya dan segera menghubungi nomor istrinya, berulangkali mencoba namun tidak ada jawaban.

"Yah kita jadi kan mau pergi jalan-jalan?" tanya Alisa.

"Iya Nak, Kamu mandi dulu sana,"

Alisa segera mandi sedangkan Alif masih sibuk dengan ponselnya.

"Assalamualaikum Kak, apa Rania ada di situ?" tanyanya.

"Tidak ada, dia tidak bilang mau kesini. Memangnya ada apa, apa kalian bertengkar lagi?" tanya Tiara.

"Tidak Kak, ya sudah terima kasih. Assalamualaikum,"

Alif segera memutuskan panggilan, ia tidak ingin kakak iparnya lebih banyak bertanya lagi. Kini hatinya semakin tidak nyaman mengetahui istrinya tidak ada di rumah kakaknya.

Setelah semua selesai berganti baju, mereka berangkat menuju ke kolam renang. Alif berhenti sebentar di minimarket untuk membelikan anaknya camilan, betapa terkejutnya dia melihat istrinya tengah berbicara dengan seorang pria. Hatinya panas, bahkan sudah lama ia tidak melihat senyum istrinya merekah seperti itu, ia terlihat bahagia sekali. Ingin rasanya ia menangis jika tidak mengingat sekarang berada di tempat umum, antara sedih bercampur amarah perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan. Rasa cemburu itu membakar hatinya.

"Nia, jadi ini alasan mengapa kamu mantap ingin kita bercerai?"

1
Deli Waryenti
sidang perceraian adalah kasus perdata Thor, jadi gak ada jaksa. mohon survey dulu sebelum menulis
Deli Waryenti
surat dari Pengadilan agama
Deli Waryenti
tuh kan, makanya Rania kamu jangan lemah
Deli Waryenti
Rania oon...jangan lupa juga tanyain sama Alif masalah uang kontrakan rumah
Deli Waryenti
Rania plin plan
Deli Waryenti
alif lebay
Deli Waryenti
by the way Thor
Deli Waryenti
ternyata oh ternyata
Deli Waryenti
astaga...alif norak
Deli Waryenti
sukurin lu alif
Deli Waryenti
bapaknya alif anggota isti ya
Deli Waryenti
harusnya alif paham siapa ibunya
Deli Waryenti
ceritanya bagus dan bahasanya rapi, tapi kok sepi ya
Deli Waryenti
Luar biasa
Deli Waryenti
kok ada mertua begini
Deli Waryenti
buang saja mertuamu ke laut, Rania
Deli Waryenti
😭😭😭
Deli Waryenti
setujuuuu
Deli Waryenti
kerja apa sih si alif
Deli Waryenti
gak punya uang tapi masih merokok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!