Nabila Pratomo adalah seorang dokter bedah yang tergabung dengan doctors without Borders, membuatnya bisa bekerja di semua rumah sakit seluruh dunia. Tanpa ada yang mengetahui -- kecuali keluarganya -- dibalik sikap cuek, barbar dan masa bodoh, Nabila memiliki rahasia yang membuatnya skeptis dengan namanya pernikahan.
Semuanya berantakan ketika Nabila bekerja di RS Royal Infirmary Edinburgh Skotlandia. Disana dia bertemu dengan dokter bedah bernama Mike Cahill. Keduanya bagaikan Tom and Jerry.
Disaat Mike mulai membuka hati kepada Nabila, gadis itu pergi menuju negaranya untuk bekerja disana. Dan Mike tetap mempertahankan Nabila karena hanya dirinya yang menerimanya apa adanya.
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagas
Nabila tiba di rumah sakit tempat kerjanya yang baru. Sebuah rumah sakit swasta yang belum lama berdiri namun sudah mendapat banyak pasien dan rekomendasi yang bagus karena pelayanannya yang baik serta peralatan yang lengkap ditambah para dokter, suster dan staffnya sangat kompeten. Nabila beruntung mendapatkan pekerjaan yang memang dicintainya di rumah sakit ini.
Setelah mengurus tag nama dan administrasi di HRD, Nabila lalu mengikuti kepala rumah sakit, Dokter Hamid, ke arah aula untuk diperkenalkan kepada seluruh dokter, suster dan staff yang masuk pagi. Acara ramah tamah pun berlangsung secara meriah dan Nabila bersyukur dirinya bisa diterima dengan baik.
Pagi ini Nabila dijadwalkan untuk visite pasien bersama dengan dokter Mawar sebagai seniornya dan suster Farah yang bertugas menjadi asistennya. Rita sendiri mengawal dari jauh dengan berperan sebagai penunggu pasien.
Sembari berjalan beriringan, dokter Mawar menjelaskan banyak hal kepada Nabila.
"Rumah sakit ini walaupun tampak mahal, tapi disini tetap menerima pasien tidak mampu. Pemilik rumah sakit ini mempunyai sikap tegas pada kami para dokter, untuk tetap melayani siapa saja tanpa melihat kondisi pasien. Keselamatan dan kesehatan pasien itu paling utama. Dan selama ini kami para dokter, suster dan staff tidak memiliki masalah akan hal itu karena kami pun mendapatkan benefitnya, rumah sakit ini menjadi terkenal."
Nabila mengangguk. "Misinya bagus dan alhamdulilah sudah berjalan ya dokter Mawar. Boleh tahu siapa pemiliknya?"
Dokter Mawar menoleh ke Nabila. "Dokter Nabila pernah mendengar nama keluarga Pratomo?"
Tiba-tiba perasaanku tidak enak. Jangan-jangan ini salah satu milik Daddy atau Oom Aryanto! Nab, kamu stupid bangets nggak ngecek!
"Siapa yang tidak kenal keluarga Pratomo". Dalam hati Nabila bersyukur tidak memakai nama belakangnya ketika mengurus administrasi karena dia memang tidak mau dianggap mendompleng nama besar keluarganya.
"Rumah sakit ini milik Ranti Pratomo, istri Aryanto Pratomo" bisik dokter Mawar.
Nabila ber 'oh' ria walaupun dalam hati dia merasa ini ada campur tangan papanya.
DADDY!!!
***
Kantor Pusat PRC group.
"Haattssyyiiinnggg!!!" Adrian Pratomo mengusap-usap hidungnya setelah bersin. Tiba-tiba hawa dingin terasa di tengkuknya.
Sepertinya Nabila sedang memakiku. Adrian tersenyum kemenangan.
"Bapak tidak apa-apa?" tanya Krisna asistennya yang terkejut mendengar bossnya bersin.
"Aku nggak papa Kris. Hanya saja ada yang ngrasani aku" kekehnya.
"Bapak nggak sakit kan?" tanya Krisna khawatir.
"Tenang saja, Kris. Ini gara-gara Nabila marah padaku. Hahahaha"
Krisna hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat bossnya bahagia ngerjain anaknya.
***
Nabila sudah selesai melakukan visite pasien dan sekarang berada di kantin rumah sakit. Walaupun sudah disediakan tempat makan khusus para dokter, tapi Nabila tetap memilih di kantin umum. Sekarang dia menikmati soto Betawi bersama Rita yang datang menemani.
"Nona Nabila nggak makan di ruang khusus dokter?" tanya Rita.
"Nggak lah, ngapain. Sini juga enak kok" sahutnya. "Hhmmm soto Betawi nya enak. Apa karena aku sudah lama ga makan." Rita tersenyum melihat tingkah bossnya.
Keduanya lalu ngobrol berbagai macam topik sembari menikmati makan siang.
Ketika Nabila dan Rita hendak kembali ke ruang praktek, ada suara bariton yang memanggilnya.
"Nabila!"
Nabila dan Rita pun menoleh. Tampak seorang pria tampan dengan setelan jas warna hitam, kemeja hitam tanpa dasi dan mengenakan anting di telinganya berada di belakang Nabila.
"Kamu benar Nabila kan?" tanya pria itu lagi. Nabila melirik Rita yang sudah siaga satu.
"Iya. Maap, Anda siapa pak?" tanya Nabila sopan.
"Kamu tidak mengenaliku Bil?" Nabila menggeleng. "Aku Bagas, Bagas Prawiraatmadja. Kakak kelas SMA mu dulu".
Mata Nabila membulat. Kenapa juga harus bertemu dengan orang brengsek satu ini disini, pas hari pertama kerja pulak!"
"Oh. Apa kabar pak Bagas" sapa Nabila dengan nada formal.
Bagas tertawa. "Ya ampun Bil. Nggak usah sok formal gitu lah!"
"Maap pak Bagas. Ada perlu apa bapak disini?" Nabila tetap tidak bergeming.
"Astaga Nabila. Kamu tuh benar-benar banyak berubah ya. Aku disini juga kerja lah. Perkenalkan Bagas Prawiraatmadja, Kepala Divisi Humas" Bagas mengulurkan tangannya yang hanya disambut jabatan singkat Nabila. Usaha Bagas untuk lebih lama memegang tangan Nabila tidak berhasil karena gadis itu sigap.
"Maapkan saya pak Bagas, saya tidak tahu kalau bapak salah satu pimpinan disini karena ini hari pertama saya."
"Makanya aku kaget melihat kamu disini. Bagus lah kita bisa dekat lagi" ucap Bagas dengan mata menggoda yang Dimata Nabila mata itu mata mesum.
"Baik pak Bagas. Maap saya harus kembali ke ruang kerja saya. Permisi." Nabila dan Rita pun berbalik meninggalkan Bagas.
"Aku akan menelponmu Bila" seru Bagas namun Nabila sudah masuk lift.
***
Sesampainya di ruang prakteknya, Nabila bersyukur keputusan papanya untuk memberikan Rita sebagai pengawalnya. Setidaknya dia tidak sendirian ketika bertemu Bagas.
"Brengsek! Kenapa juga makhluk itu kerja disini sih!" Nabila mencak-mencak sampai rasanya ingin meninju samsak. Sepertinya ide yang bagus kalau ada Samsak di ruangannya untuk menyalurkan emosinya.
"Sabar Nona. Memang siapa pria tadi?" tanya Rita sambil menyerahkan sebotol air mineral.
"Manusia gadha akhlak!" umpat Nabila sambil minum air mineralnya.
Rita hanya menyaksikan nona mudanya mondar mandir macam setrikaan.
"Nona mau ke gym?" tawar Rita yang tahu kalau nonanya bisa bela diri.
"Aku mau ke Dojo Rit. Ada tempatnya disini? Terkahir aku ke Dojo di Jakarta sepuluh tahun lalu." Nabila langsung semangat. Emosi nya harus disalurkan.
"Ada tempat latihan saya dulu Nona." jawab Rita.
"Oke. Nanti setelah jadwal ku selesai, kita langsung ke dojomu."
***
Di ruangan yang mewah, tampak Bagas tersenyum melihat CV dan profil Nabila yang diberikan oleh pihak HRD.
"Ternyata jauh-jauh kau pergi akhirnya kembali kepadaku juga. Nabila....Nabila, kamu tidak akan bisa lepas dariku." Bagas menatap foto Nabila di layar laptopnya dengan raut yang tidak bisa digambarkan. "Aku tidak peduli kau mandul, yang penting kau menjadi milikku dan sahammu di PRC group akan segera aku kuasai. Kau kira aku tidak tahu siapa kau Bila."
Bagas lalu membuka berkas yang diberikan oleh orang kepercayaannya tentang siapa Nabila. Matanya membulat ketika melihat foto Nabila berpelukan dengan seseorang yang tidak nampak wajahnya karena mengenakan masker, kacamata hitam dan topi di bandara Edinburgh.
Siapa pria ini?!
Bagas meremas foto itu dengan penuh kebencian.
***
Babang Bagas
Dokter Nabila mau ke Dojo
mlah baca kisah Abi dan Dara Giandra🤣🤣🤣🤣
loncat²...bayikk putuskan membaca berurutan hihihi😍😍😍
Ugh mike sweet banget kamu muach muach
aku juga baru baca nih