Mohon dukungan 😁😁
Like,komen dan vote ya cinta 👌👌👌
Aku Mawar Paramitha tidak percaya dengan ada nya Tuhan,Lalu mengapa aku diminta untuk percaya pada CINTA???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma mossely, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2.Harta yang terenggut
Mawar kecil masih berdiam diri melihat tubuh kurus Ibu nya yang berbaring tidak berdaya diatas kasur.
Jika dia ingat dengan benar,ini sudah hari ke lima sang Ibu jatuh sakit.
Sentuhan hangat menyapa Mawar.
Dia mendongak dan melihat Nenek nya tersenyum lebar kearah nya,dan di tangan Nenek ada semangkuk bubur untuk Ibunya.
"Jangan bersedih sayang,Ibu mu akan baik-baik saja."
Kata Nenek dengan lembut sembari menepuk pelan kepala Mawar.
"Ibu sakit."
Suara nya yang lembut dan serak menandakan betapa frustasi nya anak malang itu,saat ini.
"Ibu mu akan sembuh,sekarang makan lah dulu bersama Paman kecil mu,Nenek akan menyuapi Ibu mu dulu."
Bujuk sang Nenek,yang diangguki oleh Mawar.
Kaki mungil nya pun berjalan menuju meja makan,dimana Paman kecil nya sudah menunggu.
"Ayo makan gadis kecil,Ibu mu akan baik-baik saja.Paman akan membawa mu ke ladang sebentar lagi."
Sang Paman berusaha membuat Mawar merasa nyaman ketika berada di dekat nya.
Karna sejak Mawar dan sang Kakak kembali hingga saat ini,Mawar tidak pernah mau banyak berbicara.
Mawar duduk di kursi dan mulai memakan makanan yang di sajikan oleh sang Nenek.
Meski mulut kecil nya dipenuhi makanan,tetapi mata hitam jernih nya masih tertuju ke kamar,dimana sang ibu berada.
Puk
Tepukan lembut di kepala nya,menarik kembali perhatian Mawar dari kamar sang Ibu.
Dilihatnya Paman kecilnya tengah tersenyum kepada nya,dengan penuh kasih Paman kecil mengelus rambut Mawar yang panjang.
"Ayo,kita akan segera berangkat."
Suara sang Paman sangat lembut persis seperti Ibu.
Mawar kembali melanjutkan makannya,lalu setelah selesai,dia bersama dengan Paman kecil nya segera berangkat menuju ladang mereka.
Sang Paman membawa cangkul dan parang di tangan nya,sementara Mawar kecil membawa sebotol air,berjalan dengan perlahan mengikuti Paman nya.
Di pertengahan jalan,seorang pria paruh baya yang berminyak menghadang langkah mereka.
"Oh,Panji Gemilang.Bagaimana keadaan Kakak mu?"
Sapa pria paruh baya itu dengan senyum yang cerah.
"Kakak saya baik-baik saja ,tuan Bima.Terimakasih atas perhatian anda."
Jawab Panji dengan penuh kecanggungan,lalu dengan cepat berjalan melewati pria berminyak yang di panggil tuan Bima tersebut.
Namun niat Paman yang segera menjauh gagal,karna Tuan Bima kembali memanggil nama nya.
"Panji."
Langkah Paman dan Mawar kecil pun kembali berhenti.Mereka dengan kompak berbalik melihat kearah Tuan Bima yang masih menatap mereka dengan senyuman ceria.
"Kau tidak lupa kan tentang hutang Ayah mu? Yah,itu semakin membengkak karna bunga nya naik terus menerus,kapan kalian akan membayar nya?"
Tubuh Paman seketika menegang,dan Mawar mengetahui itu.
"Kami akan segera membayar nya Tuan Bima,mohon anda memberi kami waktu."
Nada bicara Paman menjadi lebih lembut,bahkan ketidak nyamanan dapat dilihat dari sikap Paman.
Ha ha ha ha
"Tentu,tentu.Tetapi Panji,aku juga tidak bisa jika terus-terusan menunggu lama.Sebenar nya hutang ini bisa saja lunas,asal kan kalian memenuhi satu syarat saja."
Tuan Bima kembali mendekati Panji dan Mawar.
Tatapan mata nya yang cabul mendarat ke tubuh mungil Mawar.
Panji yang mengetahui tentang sifat cabul tuan tanah ini,segera menarik Mawar ke belakang tubuh nya.
"Ah,jika ada yang ingin anda katakan,sebaiknya anda katakan sekarang Tuan,.Karna kami juga ingin segera pergi ke ladang."
Panji mencari alasan yang kira-kira tidak menyinggung Tuan Bima.
Namun dengan sikap nya yang menyembunyikan Mawar ke belakang nya sudah menyinggung Tuan Bima.
Kilatan gelap melintas di mata nya yang kecil,tetapi langsung hilang ketika dia tersenyum kembali.
"Kenapa kau terburu-buru seperti itu? Lagi pula kau adalah anak laki-laki,satu-satu nya dirumah.Sehingga kata-kata mu pasti sangat di perhitungkan kan?"
Panji kebingungan mengahadapi pernyataan dari Tuan Bima,namun dia tidak memiliki keinginan untuk menanyakan nya.
"Saya juga tidak tau,Tuan.Saya hanya mengikuti perintah Ibu saya.Mari Tuan."
Lagi dan lagi,Panji ingin segera meninggalkan Tuan Bima.Tetapi kali ini mereka di hentikan lagi,namun bukan oleh Tuan Bima melainkan seorang bocah laki-laki yang tampak ngos-ngosan berlari menghampiri mereka.
"Paman Panji,Paman tunggu,Paman..."
Teriakan itu membuat kedua nya berhenti lagi,namun kali ini Mawar langsung berlari menuju anak laki-laki yang berlari menuju mereka.
"Ada apa Bara?"
Panji yang mengenali ini adalah anak laki-laki yang tinggal di sebelah rumah mereka.
"Ada seorang pria berpakaian bagus dan menggunakan mobil datang ke rumah Paman,lalu..."
Mata bocah laki-laki bernama Bara itu,melirik ke arah Mawar yang menatap nya dengan lekat.
"Lalu..?" suara Mawar yang lembut membawa aura penindasan yang sangat tidak cocok untuk usia nya.
"Lalu,lalu ibu mu menangis."
Entah kenapa Bara bergidik di bawah tatapan mata bulat nan jernih itu.
Mendengar informasi yang di sampaikan oleh Bara,membuat Panji dan Mawar seketika syok.
Mereka bergegas kembali pulang menuju rumah mereka.
♧♧♧♧♧♧
Hanna yang tengah terbaring di ranjang,menatap hampa ke arah langit-langit rumah yang di penuhi sarang laba-laba.
Di samping nya,Sang Ibu senantiasa merawat nya.
"Sudahlah,Han.Untuk apa kau terus-terusan memikirkan pria bajingan seperti itu?.Kau hanya perlu hidup dengan baik bersama putri mu."
Sang Ibu kembali menasehati putri nya yang tengah patah hati.
"Dia bukan hanya berselingkuh Bu,dia juga membuang ku dan Mawar,putri kandung nya.Dan yang lebih menyakitkan adalah dia memiliki banyak anak haram yang usia nya jauh lebih tua dari putri ku.Aku marasa aku sangat bodoh,Bu."
Air mata kembali mengalir dari sudut mata nya yang sudah membengkak dan sembab.
Hanna masih mengingat betapa dingin nya,Baskara dua tahun belakangan ini terhadap nya dan putri mereka.
Tidak jarang Hanna dan Mawar harus kekaparan di rumah megah itu.
Lalu mereka dibuang begitu saja tanpa membawa apapun.
"Lalu kau ingin bagaimana lagi? Tidak masalah jika kalian di buang.Aku Ibu mu dan Adik mu masih sanggup menghidupi kalian berdua."
Bujuk sang Ibu lagi.
Ditengah perbincangan mereka,tiba-tiba terdengar suara mobil di luar rumah.
Di masa ini keberadaan mobil di desa Bulan adalah sebuah hal yang sangat langka.
Jadi ketika mendengar sebuah mobil berhenti di depan rumah,pikiran pertama Hanna adalah Baskara Paramitha.
Tubuh nya yang tadi nya lemah,langsung bersemangat kembali.
Apalagi mendengar teriakan pria yang menyebut nama nya.
"Hanna,kelaur lah.Hanna."
Bukan hanya Hanna dan Sang Ibu,bahkan para tetangga pun langsung keluar dari rumah mereka untuk melihat tontonan gratis ini.
Ceklek
Pintu kayu yang sudah tua itu pun terbuka,dan memperlihatkan wajah kuyu Hanna yang masih sangat pucat.
"Wah,ini adalah suami Hanna yang kaya raya itu."
"Benar,aku kira dia sudah tidak di inginkan oleh suami nya lagi,ternyata aku salah."
"Huh,itu belum tentu.Coba kalian perhatikan wajah pria itu,tidak ramah sama sekali.Aku yakin kali ini Hanna benar-benar di buang."
Para tetangga yang menonton kegembiraan itu juga ikut berkomentar.
Sementara itu wajah Hanna tampak semakin pucat ketika dia melihat jika bukan hanya Baskara yang hadir,tetapi seorang wanita modis yang tampak berdiri dengan jijik di sebelah Baskara.
"Dasar jalang penggoda."
Maki Hanna dengan suara lemah nya.
Kata-kata nya yang lemah sama sekali tidak membuat sepasang manusia menjijikan itu tersinggung.
Aulia bahkan melempar senyum provokatif kepada Hanna.
"Siapa wanita ini,Hanna?"
Tanya Sang Ibu yang rupa-rupa nya mengikuti nya keluar.
Air mata kesakitan kembali mengalir di wajah tirus Hanna.
"Aku tidak akan berlama-lama lagi dengan mu,aku sudah mengajukan pembatalan pernikahan kita,karna aku akan menikahi Aulia secara resmi minggu depan.Jadi si monster itu tidak lagi berada dalam catatan kartu keluarga ku.
Ini adalah kompensasi atas kerja keras mu selama ini."
Dengan mengatakan hal itu,Baskara memberikan sebuah amplop yang cukup tebal untuk Hanna.
Lalu segera beranjak dari depan rumah orang tua Hanna,bahkan tanpa sempat masuk terlebih dahulu.
Hanna yang diperlakukan seperti itu di depan Ibu nya dan para tetangga yang melihat,sontak menjerit kuat.
Ahhhh
Isak tangis nya pilu menggema namun tidak mampu merobohkan kekerasan hati Baskara.
Aulia yang melihat wanita desa menyedihkan itu,menghentikan langkah nya dan menatap Hanna.
"Tenang saja Kak,aku akan merawat suami ku dengan baik.Maaf jika aku harus menggantikan mu,lagi pula tidak mungkin keluarga Paramitha mau memiliki keturunan yang aneh seperti putri mu itu."
Kata-kata Aulia seolah-olah menambahkan garam ke luka Hanna yang masih menganga.
"Diam mulut mu jalang!!!." teriak Hanna.
Lalu dia memaksa tubuh lemah nya kearah Aulia dan menarik rambut panjang itu sekuat tenaga.
Akhhh
Jeritan Aulia mengagetkan Baskara yang sudah berada di dalam mobil.
"Hanna lepaskan!!" bentak nya,lalu mencoba menyingkirkan tangan Hanna yang tengah menarik rambut Aulia.
Terjadi aksi saling tarik menarik diantara mereka,yang membuat kerumunan semakin padat.
Apalagi ini masih pagi,dimana waktu yang tepat bagi petani berangkat ke ladang mereka.
Plak
Tamparan kuat dari Baskara membuat tubuh kurus Hanna terpelanting,hingga genggaman nya terlepas.
Baskara langsung membawa Aulia masuk ke dalam mobil dan menginjak gas dengan cepat,namun naas Hanna yang tadi masih terbaring tidak berdaya kini berlari menghalangi mobil Baskara.
Alhasil Baskara tidak mampu menginjak rem dengan tepat,dan..
Brug
Akhhh
Jeritan ketakutan menggema di didesa Bulan,ketika mobil milik Baskara menghantam tubuh Hanna dengan kuat.
Tubuh Hanna bergetar hebat dengan darah yang mengucur deras,dan semua itu terjadi tepat di depan mata putri kecilnya, Mawar.