 
                            Vania dan Basir terpaksa harus meninggalkan kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Kampung itu sudah tidak beres, bahkan hal-hal aneh sudah mulai terlihat. 
Basir pun mengajak adiknya untuk pindah ke kota dan menjalankan kehidupan baru di kota. Tapi, siapa sangka justru itu awal dari perjalanan mereka. Terlahir dengan keistimewaan masing-masing, Vania dan Basir harus menghadapi berbagai macam arwah gentayangan yang meminta tolong kepada mereka. 
Akankah Vania dan Basir bisa menolong para arwah penasaran itu? Lantas, ada keistimewaan apa, sehingga membuat para makhluk astral sangat menyukai Vania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Kemarahan Sang Jin
Semua karyawan mulai memperkenalkan satu persatu nama mereka dan itu membuat Andri hanya mengangguk-angguk saja. "Baiklah, sekarang kita menjadi sebuah tim maka dari itu kita harus bisa bekerja sama dalam pekerjaan," ucap Andri.
"Baik, Pak!"
"Ok, sekarang kalian boleh kembali bekerja," perintah Andri.
Meja kerja Andri berada di depan. Andri kembali memperhatikan semua karyawan, dan lagi-lagi tatapannya tertuju kepada Vania. "Cantik sekali dia," batin Andri dengan senyumannya.
Entah kenapa Andri memilih menjadi Manager di ruangan perencanaan. Padahal dia merupakan anak pemilik perusahaan, dia bisa saja memilih jadi direktur atau pun CEO tapi dia tidak mau karena dia ingin belajar bekerja dari bawah. Semuanya mulai bekerja dengan fokus, tidak ada yang bicara sama sekali.
Vania menoleh ke arah Andri, sosok wanita itu selalu berusaha untuk mencekik Andri tapi selalu gagal. Sosok itu membuat pas bunga disamping Andri melayang dan dilempar ke arah Andri. Vania langsung bangkit dan berlari mendekati Andri.
"Awas, Pak!" teriak Vania.
Vania menarik tangan Andri sampai Andri dan Vania terjatuh ke lantai. Vas bunga itu pecah dan si sosok wanita langsung menghilang. Sedangkan karyawan lainnya kaget dengan sikap Vania yang tiba-tiba itu.
"Kok, Vasnya bisa terlempar sendiri?" seru Vanessa.
"Bapak tidak apa-apa?" tanya Vania.
Andri bukanya menjawab malah memperhatikan Vania. Vania mengerutkan keningnya lalu melambai-lambaikan tanganya di depan wajah Andir. "Pak, Bapak tidak apa-apa 'kan?" tanya Vania kembali.
"Ah iya, aku tidak apa-apa kok," sahut Andri kaget.
Andri dan Vania pun berdiri. "Terima kasih ya, kamu sudah menolong aku," ucap Andri.
"Sama-sama, Pak," sahut Vania.
"Apa di sini ada hantunya? kok aneh banget sih," celetuk Dasep.
"Sudah, mungkin barusan hanya kebetulan saja. Kembali bekerja!" seru Andri.
"Baik, Pak."
Semuanya pun kembali bekerja dengan perasaan was-was dan penuh tanda tanya. Vanessa memanggil cleaning service untuk membersihkan vas bunga yang berantakan itu. Vania kembali bekerja, tapi otaknya berpikir sangat keras.
"Siapa sosok itu? kenapa dia ingin mencelakai Pak Andri?" batin Vania bingung.
Hana diam-diam terus saja memperhatikan Andri sembari senyum-senyum sendiri. Sepertinya Hana menyukai Andri, dia lupa jika jin yang menguasai tubuhnya belum pergi dan masih bersemayam di tubuh Hana. Jin itu merasakan jika Hana menyukai Andri dan si Jin tidak menyukainya.
Beberapa saat kemudian, Andri merasakan panas di sekujur tubuhnya. "Lah, kenapa tubuh aku panas kaya gini?" batin Andri.
Dia mengipas-ngipas tubuhnya tapi rasa panas itu malah semakin menjadi. Andri bangkit dari duduknya dan segera pergi keluar dari ruangan itu. Lagi-lagi semua karyawan menatap Andri dengan tatapan heran.
"Pak Andri kenapa sih? kok sikapnya aneh banget dari tadi? aku jadi ngeri," ucap Dasep.
Vania terdiam sejenak. Lalu dia celingukan mencari sesuatu, hingga sosok Jin itu hadir di belakang tubuh Hana dengan tatapan marah. "Dia marah kepada siapa? jangan bilang sikap Pak Andri barusan ada hubungannya dengan dia," batin Vania.
Vania bangkit dari duduknya. "Mau ke mana kamu, Van?" tanya Vanessa.
"Mau ke toilet dulu sebentar," sahut Vania yang segera berlari pergi.
Vania pun keluar dan dia celingukan mencari keberadaan Andri. Setelah mencari, ternyata Andri sedang duduk di lantai depan toilet kebetulan itu jam kerja jadi toilet sepi. Andri terus saja mengusap-usap tubuhnya yang kepanasan itu.
"Astaghfirullah, Pak Andri kenapa?" tanya Vania panik.
"Gak tahu Van, tubuh aku tiba-tiba saja panas," sahut Andri dengan wajah yang pucat dan keluar banyak keringat.
Vania bingung harus bagaimana, akhirnya dia pun menghubungi Basir. Setelah tahu caranya, dia pun segera membantu Andri untuk duduk di kursi ruangan kosong. Lalu Vania mengambil satu botol air mineral.
Vania membacakan do'a yang diajarkan oleh Basir. Andri hanya bisa melihat Vania dengan seksama sembari terus merasakan panas pada tubuhnya. Setelah selesai, Vania segera memberikan air mineral itu kepada Andri.
"Pak, minumlah air ini," ucap Vania.
Tidak banyak lama, Andri pun segera meneguk air minum itu. Butuh waktu beberapa menit, akhirnya rasa panas di tubuhnya menghilang. Andri menatap Vania dengan tatapan tidak percaya.
"Kamu dukun?" tanya Andri.
"Bukan."
"Tapi kenapa tubuhku jadi tidak panas lagi setelah minum ini?" tanya Andri bingung.
"Aku hanya berdo'a kepada Allah supaya Pak Andri sembuh," sahut Vania.
"Aku penasaran sama kamu, apa kamu bisa melihat hal begituan?" tanya Andri penasaran.
Vania mengangguk. "Dan vas bunga tadi memang ada yang melempar ke arah Pak Andri dan sosok itu adalah seorang wanita," sahut Vania.
Andri menghela napas. "Sudah kuduga," lirih Andri.
"Hah, Pak Andri bisa melihat juga?" tanya Vania.
Andri menggeleng. "Tidak, aku tidak punya kemampuan melihat begituan, tapi memang akhir-akhir ini aku sering diganggu makhluk itu. Kata Ustaz yang ngobatin aku, katanya sosok itu wanita dan yang aku bingung, siapa dia? kenapa dia ingin mencelakai aku?" seru Andri.
Vani terdiam. "Mungkin Pak Andri pernah melakukan kesalahan?" tanya Vania.
Andri berpikir keras, tapi dia sama sekali tidak ingat. "Aku sudah beberapa kali berpikir, tapi aku gak ingat," sahut Andri.
"Bapak ingat-ingat saja dulu, kali aja di masa lalu Bapak pernah melakukan kesalahan karena aku yakin kalau sosok wanita itu kiriman dari seseorang," ucap Vania.
"Kamu hebat sekali," puji Andri.
"Ah, tidak juga itu hanya prediksi aku saja. Kalau begitu, aku kembali bekerja dulu Bapak bisa 'kan jalan sendiri?" seru Vania.
"Iya, aku bisa."
Vania pun akhirnya pamit dan kembali ke ruangannya. Andri memperhatikan Vania sampai Vania menghilang di balik pintu. "Aku semakin kagum sama dia," gumam Andri dengan senyumannya.
Sesampainya di ruangan, Vania menoleh ke arah Hana. Dia tahu ada sesuatu yang Hana lakukan sehingga membuat Jin yang menguasai tubuhnya sampai marah. "Apa jangan-jangan Kak Hana menyukai Pak Andri? sehingga membuat Jin itu marah," batin Vania.
Waktu istirahat pun tiba....
Seperti biasa, Vania dan yang lainnya makan di kantin kantor. Tiba-tiba, Andri datang menghampiri sembari membawa nampan makanan. "Boleh aku ikut gabung di sini?" seru Andri.
Semuanya sampai bengong karena anak bos mereka mau makan gabung dengan mereka. "Silakan Pak, sebentar aku lap dulu kursinya." Dasep dengan cepat mengambil tisu dan membersihkan tempat duduk itu.
"Jangan berlebihan, sudah-sudah," seru Andri.
Andri pun duduk di hadapan Vania. Selama makan, lagi-lagi Andri selalu curi-curi pandang kepada Vania membuat Vanessa dan yang lainnya curiga. Bahkan Ketiganya sudah saling pandang satu sama lain sebagai kode.
jangan2 pake penglaris tuh baso bisa rame banget